Media sosial dihadirkan untuk membuat komunikasi menjadi lebih mudah. Namun sayang, pengaruh media sosial justru sebaliknya. Nyatanya, sekarang ini banyak ditemukan seseorang yang lebih asyik sendiri dengan gadget atau akun di dunia maya dari pada berinteraksi sosial di dunianya. Jadi, apa benar media sosial malah bikin Anda jadi antisosial?
Apa itu antisosial dari sisi psikologis?
Sebelum mengulas lebih lanjut, ternyata ada perbedaan antara antisosial secara ilmu kejiwaan dan antisosial yang sering disebut-sebut di percakapan sehari-hari. Antisosial dalam ilmu kejiwaan juga biasa disebut schizoid. Hal ini juga termasuk sebuah gangguan kepribadian yang bentuknya menghindari hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak emosi. Schizoid benar-benar lebih suka menyendiri dan mencari pekerjaan yang memerlukan sedikit kontak sosial.
Sedangkan antisosial yang sering jadi celetukan di percakapan sehari-hari, biasanya lebih mengacu pada dampak media sosial, yaitu lebih aktif di dunia maya dibandingkan berinteraksi di dunia nyata. Untuk lebih lengkap mengenai dampaknya, simak penjelasan di bawah ini
Penelitian menunjukkan bahwa media sosial membuat malas sosialisasi
Studi telah menunjukkan, bahwa orang-orang yang menghabiskan banyak waktu di media sosial, setidaknya dua kali mengecek media sosial dalam sehari, lebih mungkin merasa terisolasi secara sosial.
Selain itu, penggunaan media sosial zaman sekarang semakin disalahartikan, contohnya mereka mengganggap media sosial bisa mengganti pengalaman sosial yang lebih nyata. Oleh karena semakin banyak waktu yang dihabiskan seseorang di dunia maya, semakin sedikit waktu pula yang mereka lakukan untuk interaksi dunia nyata.
Shannon Poppito, seorang psikolog di Baylor Medical University di Dallas menyatakan, ketika seseorang menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial, mereka memutuskan hubungan dari kehidupan nyata dan akhirnya malah merasa kurang terhubung dengan diri mereka sendiri.
Lalu, dengan terus terlibat dalam kehidupan orang lain melaluipenggunaan media sosial setiap hari, mereka mulai membanding-bandingkan diri sendiri dengan apa yang orang lain tampilkan di dunia maya. Poppito juga mengatakan bahwa mereka bisa jadi tertekan karena tidak bisa menampilkan diri mereka sendiri di dunia nyata.
Bagaimana cara menghindari antisosial meski sering main media sosial?
Menurut Dr. Poppito, pengaruh media sosial memengaruhi perkembangan psikologis dan sosial seseorang, terutama kalau sudah mengenal media sosial sejak anak-anak.
Pasalnya, di masa kanak-kanak, anak-anak membutuhkan stimulasi dan sosialisasi di dunia yang nyata, seperti bermain dan bercengkrama satu sama lain. Otak manusia sebetulnya pun membutuhkan interaksi multi-sensorial sejak dini, guna mengembangkan sel saraf yang sehat dan berfungsi di kemudian hari.
Dr. Poppito menyarankan bagi para Anda orang tua, ataupun Anda yang memang sedang terjebak dalam keasyikan pengaruh media sosial, ada baiknya Anda membatasi pemakaian serta waktu untuk di dunia maya. Jangan lupa juga untuk terus tetap terhubung dengan dunia nyata Anda.
Usahakan berinteraksi, setidaknya saling menyapa atau memberi salam pada ketika bertemu keluarga, teman atau orang lain di luar sana.
Ambil pengaruh media sosial yang positif
Terkadang, pengaruh media sosial ini identik dengan dampak negatif, tapi tidak juga demikian. Media sosial juga menawarkan banyak keuntungan dan manfaat yang memungkinkan kita untuk tetap terhubung dengan orang yang Anda cintai, untuk berhubungan kembali dengan teman lama, dan bahkan untuk menemukan kesamaan dengan orang-orang di dunia sekitar Anda.
Tapi ingat, segala yang berlebih di dunia ini memang tidak selalu baik. Anda tetap harus membatasi dan membuat keseimbangan antara dunia maya dan nyata. Dengan tetap seimbang, kesehatan mental maupun fisik Anda pun akan baik-baik saja tidak terganggu.