backup og meta

Waduh! Orang yang Hidup Membujang Lebih Rentan Terkena Depresi

Waduh! Orang yang Hidup Membujang Lebih Rentan Terkena Depresi

Di zaman modern seperti sekarang ini, tren hidup sendiri sebatang kara alias membujang kian meningkat atas alasan beragam. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah hidup menyendiri benar berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang, seperti apa kata orangtua?

Efek negatif hidup sendiri dengan mental seseorang

1. Kesepian

Kesepian memang sudah menjadi dampak nyata dari hidup sendiri. Orang yang hidup sendirian cenderung merasa sering kesepian, dibandingkan dengan orang yang tidak sendirian. Meski hidup sendiri bisa menurunkan kemungkinan seseorang untuk marah akibat tidak adanya pertengkaran, hal itu juga bisa menjadi hambatan untuk terhubung dan berinteraksi dengan orang lain serta untuk membentuk hubungan yang bermakna.

Hal ini bisa menjadi masalah bagi sekelompok orang tertentu. Misalnya, bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik mungkin mengalami kesulitan untuk melakukan perjalanan yang diperlukan untuk meninggalkan rumah.

Salah satu alasan utama pengaruh negatif hidup sendiri terhadap kesehatan mental yaitu bahwa orang-orang yang tinggal sendiri cenderung menghabiskan banyak waktu sendiri. Menghabiskan waktu dengan orang lain mungkin akan meningkatkan interaksi negatif, tapi juga penting dalam mencegah kesepian dengan mempromosikan rasa dukungan sosial Anda.

2. Depresi

Telah lama diketahui bahwa dampak hidup sendirian adalah rentan akan depresi dan masalah kesehatan mental lainnya. Penelitian baru menunjukkan pola yang sama juga dapat ditemukan pada orang dewasa dan orang yang lanjut usia. Pria dewasa yang hidup membujang cenderung lebih merasa tertekan daripada laki-laki yang tinggal seatap dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya. Begitupun dengan janda. Wanita yang mungkin saja baru-baru ini tinggal sendiri untuk pertama kalinya (entah karena cerai atau pasangan meninggal dunia) bisa berada pada risiko depresi yang lebih besar daripada mereka yang telah tinggal sendiri untuk jangka waktu yang lebih lama.

Dalam sebuah penelitian pada 3.500 pria dan wanita  yang berusia 30 sampai 65, para periset di Finlandia menemukan bahwa orang-orang yang tinggal sendiri lebih cenderung menerima resep dan mengonsumsi obat antidepresan. Hal itu berlaku ketika dibandingkan dengan 16% dari mereka yang tinggal dengan pasangan, keluarga, atau bahkan teman sekamar.

3. Pola makannya lebih tidak sehat

Penelitian lainnya juga menunjukkan, bahwa ketika hidup sendirian Anda cenderung makan makanan yang kurang menyehatkan. Misalnya Anda akan makan lebih sedikit sayuran setiap hari daripada orang yang sudah berpasangan. Orang yang hidup bersama dengan orang lain, akan memasak atau makan makanan sehat guna menjaga kesehatan. Kesehatan  mereka dijaga juga karena ingin hidup dan bahagia lebih lama dengan orang-orang yang tinggal bersama mereka.

Tapi tak semua orang yang hidup sendiri akan rentan depresi

Sejauh mana dampak hidup sendiri bisa memengaruhi kesehatan mental, tampaknya bergantung pada karakteristik individu. Misalnya usia, jenis kelamin, kesehatan, serta karakteristik kehidupan sosial masing. Sebetulnya, tidak semua hal yang merujuk pada kesendirian hidup dikaitkan negatif. Kembali lagi pada, niat dan manfaat yang orang tersebut terima. Namun, alangkah lebih baiknya jika Anda tinggal dengan orang lain untuk menghindari dampak hubungan antara kondisi mental dan pola hidup yang Anda jalani.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

4 Ways Being Lonely Can Affect Your Health http://www.health.com/relationships/4-ways-being-lonely-can-affect-your-health

Versi Terbaru

22/06/2021

Ditulis oleh Novita Joseph

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Ajeng Pratiwi


Artikel Terkait

Lost Interest dalam Hubungan, Apa Tanda-tandanya?

8 Ide Kado Valentine untuk Rayakan Hari Kasih Sayang


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 22/06/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan