Pernahkah Anda mendengar istilah anak kesayangan di keluarga atau lingkungan kerja? Fenomena ini dikenal dengan sebutan favoritisme.
Meski sering diabaikan, tindakan ini dapat menimbulkan sejumlah efek negatif dalam kehidupan sosial. Apa saja dampaknya?
Apa itu favoritisme?
Favoritisme adalah tindakan atau perlakuan istimewa yang diberikan kepada orang tertentu dalam suatu kelompok.
Fenomena ini paling sering ditemukan di lingkungan kerja dan keluarga. Jika dibiarkan, favoritisme akan membuat lingkungan keluarga maupun lingkungan kerja menjadi tidak nyaman.
Berikut ini beberapa contoh favoritisme yang sering terjadi.
- Orangtua yang selalu memberi pujian atau hadiah pada salah satu anak saja, sementara saudara yang lain diabaikan.
- Bos yang memperlakukan salah satu karyawan secara spesial, misalnya sering memberi bonus tanpa alasan.
- Karyawan yang kesalahannya selalu dimaklumi tanpa teguran atau selalu diizinkan untuk libur mendadak tanpa alasan yang jelas.
- Memberi perlakuan spesial kepada individu dari golongan atau ras tertentu, baik dalam pertemanan, percintaan, hingga urusan bisnis.
Dampak negatif favoritisme
Tak dapat dipungkiri bahwa teberapa orang terkadang memilih untuk mengabaikan fenomena favoritisme yang terjadi di sekitarnya.
Padahal, tindakan ini bisa menghasilkan ketidakadilan dan kecemburuan sosial, atau bahkan mengganggu kesehatan mental orang-orang yang mengalaminya. Berikut adalah beberapa dampak tersebut.
1. Dampak favoritisme dalam keluarga
Ketika terjadi dalam keluarga, favoritisme bisa membuat anak yang tidak diistimewakan merasa dibenci atau tidak disukai oleh orangtuanya.
Kondisi tersebut berpotensi membuat anak frustasi atau bahkan depresi karena menganggap dirinya tidak berharga.
Selain itu, anak yang menjadi korban pilih kasih orangtua juga bisa menunjukkan perilaku negatif, seperti melukai diri sendiri hingga melakukan tindakan kriminal.
Perilaku negatif tersebut sering kali dilakukan demi mendapatkan perhatian dari orang tua.
2. Dampak favoritisme dalam lingkungan kerja
Favoritisme di lingkungan kerja bisa memberikan dampak negatif yang sangat beragam. Tindakan ini tentu akan membuat pekerja yang tidak diistimewakan merasakan adanya ketidakadilan.
Ketidakadilan tersebut dapat berpengaruh terhadap semangat kerja, performa, loyalitas, serta kepuasan kerja.
Selain penurunan kinerja, Ohio State University juga menyebutkan bahwa korban pilih kasih akan memiliki hubungan kerja yang buruk dengan atasan.
Mereka yang mengalami diskriminasi sering kali berakhir mengajukan surat pengunduran diri. Pasalnya, mereka merasa tidak mendapatkan keadilan dan dukungan di tempat kerja.
Cara mencegah perilaku favoritisme
Favoritisme tidak terbatas pada keluarga dan lingkungan kerja, tetapi bisa terjadi di mana saja. Tanpa disadari, Anda bisa menjadi salah satu pelaku atau korbannya.
Supaya favoritisme tidak terjadi di sekitar Anda, berikut adalah beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk mencegahnya.
1. Pahami dampak favoritisme
Favoritisme bisa berdampak buruk pada korbannya, bahkan menyebabkan trauma. Dengan menyadari keberadaan dampak ini, Anda diharapkan bisa berperilaku lebih adil.
Perilaku pilih kasih bahkan juga bisa menjadi bumerang untuk diri sendiri. Ketika Anda melakukan favoritisme, rekan kerja Anda pasti akan mempertanyakan profesionalisme Anda.
Mereka mungkin juga menilai bahwa hasil kinerja orang yang menerima perlakuan khusus tidaklah sebagus itu. Ini bisa berdampak pada upayanya mencari kerja di tempat lain.
2. Berikan penilaian yang adil
Sebelum memberikan penilaian, pastikan Anda sudah memberikan tugas secara adil dan merata.
Dengan begitu, Anda telah memberikan setiap orang kesempatan yang sama untuk berkembang dan menunjukkan kemampuan yang mereka miliki.
Setelah itu, berikan penilaian berdasarkan apa yang mereka lakukan. Jika menemukan kekurangan, berikan masukan yang objektif supaya mereka bisa berkembang.
3. Jadilah pribadi yang inklusif
Saat menjadi pemimpin dalam suatu pekerjaan atau menjalani peran sebagai orang tua, penting untuk memiliki sifat inklusif.
Dengan begitu, Anda akan terus berusaha untuk menilai suatu kondisi melalui berbagai sudut pandang demi menemukan keadilan.
Pasalnya, favoritisme sering kali terbentuk karena orang yang melakukannya hanya fokus pada satu hal saja.
4. Minta pendapat orang ketiga
Untuk menghindari favoritisme, cobalah minta pendapat dari rekan kerja mengenai penilaian Anda.
Penilaian dari orang ketiga bisa membantu Anda mengetahui apakah selama ini Anda telah bersikap adil atau tidak.
Pastikan bahwa penilaian tersebut disampaikan secara jujur sehingga Anda bisa memperbaikinya jika dinilai sudah bersikap tidak adil.
5. Tanamkan empati
Empati bisa membantu Anda bersikap lebih adil. Namun, perlu diingat bahwa tujuan dari empati bukanlah membuat Anda merasa lebih baik dari orang lain, tetapi lebih mengenali perasaan diri sendiri.
Salah satu cara meningkatkan empati yang bisa Anda lakukan di lingkungan kerja maupun keluarga adalah dengan menanyakan perasaan atau kebutuhan orang di sekeliling Anda.
Kesimpulan
Favoritisme dapat berdampak negatif bagi perilaku dan kesehatan mental korban pilih kasih.
Anda bisa mencegah tindakan ini dengan memahami dampaknya, menanamkan empati, menjadi pribadi yang inklusif, hingga meminta perspektif dari orang ketiga.