backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Mengenali Daddy Issues, Tanda-Tanda, dan Cara Mengatasinya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 26/09/2022

Mengenali Daddy Issues, Tanda-Tanda, dan Cara Mengatasinya

Pernahkah Anda mendengar istilah daddy issues? Pada umumnya, istilah ini ditujukan pada wanita yang berkencan dengan pria yang lebih tua. Bukan tanpa alasan, perilaku tersebut mungkin timbul akibat hubungan ayah dan anak yang tidak harmonis. 

Apa itu daddy issues?

Daddy issues adalah dampak psikologis akibat hubungan ayah dan anak yang tidak harmonis. Ini juga bisa terjadi akibat anak merasakan sosok ayah tidak hadir dalam hidupnya.

Padahal, peran ayah dalam mengasuh anak cukup penting. Kehadiran ayah dapat memengaruhi cara anak dalam membangun hubungan dengan orang lain saat ia beranjak dewasa.

Kondisi ini lebih sering dikaitkan dengan hubungan antara ayah dengan anak perempuannya.

Anak perempuan yang mengalaminya mungkin akan tumbuh menjadi wanita dewasa yang mengharapkan kehadiran sosok “ayah” pada pasangannya.

Tidak jarang, hal ini membuat mereka lebih senang berkencan dengan pria yang lebih tua atau melakukan perilaku yang dianggap tidak biasa dalam sebuah hubungan.

Ciri-ciri seseorang mengalami daddy issues

Pada dasarnya, daddy issues tidak merujuk pada istilah medis maupun gangguan mental yang dapat dijelaskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Namun, orang yang mengalami kondisi ini biasanya menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut.

1. Hanya tertarik pada pria yang lebih tua

menikah dengan pria lebih tua

Ketidakhadiran ayah semasa kanak-kanak cenderung membuat anak perempuan yang tumbuh menjadi wanita dewasa mendambakan sosok “ayah” pada pasangan.

Salah satu caranya ialah dengan berkencan atau bahkan menikah dengan pria yang lebih tua.

Pria yang usianya lebih tua juga dipercaya mampu memberikan cinta, kasih sayang, dan rasa aman yang tidak mereka dapatkan dari ayah sebelumnya.

2. Cemburu dan terlalu protektif

Wanita yang ditinggalkan dan dibesarkan tanpa ayah sejak masih kecil lebih sering mengalami kecemasan, termasuk saat menjalin hubungan romantis dengan orang lain.

Akibatnya, mereka mungkin akan lebih cemburu, posesif, dan terlalu protektif. Hal ini dapat membuat pasangan merasa terkekang akan segala keterbatasannya.

Orang dengan daddy issues mungkin akan terus-menerus menelepon untuk menanyakan di mana pasangannya dan bersama siapa, atau membatasi interaksi pasangannya dengan orang lain.

3. Takut ditinggalkan dan sendirian

pacar posesif

Trauma pada masa kanak-kanak cenderung membuat orang yang mengalami daddy issues takut akan kesendirian dan ditinggalkan oleh orang yang dicintainya.

Untuk mempertahankan hubungan ini, mereka cenderung berusaha menyenangkan pasangan, sering memendam amarah, dan sangat khawatir bila pasangan mulai menjauhinya.

Akan tetapi, bagi orang yang takut berkomitmen, mungkin ia akan lebih sering bergonta-ganti pasangan. Ini dilakukan agar ia tetap berada dalam suatu hubungan.

4. Selalu butuh kepastian

Karena takut ditinggalkan, orang dengan daddy issues biasanya selalu membutuhkan kepastian dari pasangannya. Ia mungkin sering menanyakan “Apakah kamu masih mencintaiku?”.

Seiring berjalannya waktu, seseorang yang mengalami kondisi ini juga cenderung akan sangat bergantung pada pasangan dalam melakukan apa pun.

Hal ini bisa jadi gejala gangguan kepribadian dependen, yakni gangguan mental yang memicu kecemasan berlebihan sehingga seseorang tidak bisa melakukan berbagai hal sendirian.

Bagaimana cara mengatasi daddy issues?

Daddy issues tak hanya berdampak pada anak perempuan, tetapi juga anak laki-laki.

Sebuah studi dari Drexel University, Philadelphia (2013) menyebutkan bahwa pria yang tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah lebih mungkin merasa kurang percaya diri dan rendah diri.

Selain itu, kurangnya panutan selama masa kecil juga bisa membuat mereka mencari role model baru untuk menggantikan ayah mereka saat dewasa.

Kondisi ini bisa mengganggu hubungan dengan orang lain. Maka dari itu, salah satu cara untuk mengatasi daddy issues yakni melalui konsultasi psikologi.

Psikolog akan membantu Anda mengatasi trauma masa kecil yang berdampak pada kehidupan Anda selama ini.

Jadi, bila mendapati orang lain atau bahkan diri Anda memiliki tanda-tanda di atas, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog. 

Kesimpulan

  • Daddy issues dapat terjadi akibat hubungan ayah dan anak yang tidak harmonis atau ketidakhadiran sosok ayah pada masa kanak-kanak.
  • Ciri-ciri orang yang mengalami daddy issues antara lain memilih untuk berhubungan dengan orang yang lebih tua, cemburuan, overprotektif, takut akan kesendirian, dan selalu membutuhkan kepastian.
  • Meski bukan termasuk gangguan kesehatan mental, konsultasi psikologi dapat membantu mengatasi trauma yang orang tersebut alami.

Disclaimer

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Klinik Chika Medika


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 26/09/2022

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan