Fenomena ini didukung oleh sebuah jurnal penelitian yang terdapat di Intelligence. Penelitian yang dilakukan kepada 383 orang dewasa tersebut mencari tahu kualitas apa yang dicari dalam pasangan, serta ketertarikan mereka pada tingkat kecerdasan yang berbeda-beda.
Hasilnya menunjukkan bahwa “kecerdasan” menempati posisi kedua pada kualitas yang paling disukai dalam pasangan, setelah “baik dan pengertian”.
Mengapa seseorang bisa “jatuh cinta” dengan tingkat kecerdasan?
Raab menambahkan di dalam artikelnya bahwa identitas manusia terbentuk dari apa yang terjadi selama masa kecilnya, termasuk bagaimana dia memandang hubungan asmara.
Faktor-faktor yang mendasari hal tersebut meliputi hubungan dengan orangtua, pengalaman cinta pertama, serta pengalaman intim pertama dengan pasangan.
Ada kemungkinan kita mencari pasangan dengan sifat atau kualitas diri yang tidak pernah kita miliki. Fenomena ini ternyata juga dapat membantu kita mengenal diri sendiri lebih dalam.
Sebagai contoh, sewaktu masih kecil, orang-orang di sekitar Anda sering mengatakan Anda kurang pintar. Atau mungkin, Anda memiliki orangtua yang selalu menuntut Anda mendapat ranking satu di sekolah.
Itu sebabnya, setelah beranjak dewasa, Anda selalu ingin menjadi pribadi yang lebih cerdas, dan Anda juga mencari kualitas tersebut pada calon pasangan Anda. Aspek-aspek masa kecil inilah yang dapat berpengaruh pada preferensi asmara serta seksual Anda.
Namun, tidak menutup kemungkinan seorang sapioseksual juga mempertimbangkan kualitas lain di samping kecerdasan pasangannya. Misalnya seperti penampilan fisik, kebaikan hatinya, atau selera humor.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar