Itu karena amarah dan kesedihan biasanya dipicu oleh sebuah kejadian, pengalaman, atau situasi dalam hidup yang sulit, menyakitkan, menantang, atau mengecewakan. Dengan kata lain, kita cenderung merasa sedih atau marah terhadap sesuatu.
Sakit kepala, tidak nafsu makan, susah tidur, tubuh lesu, dan “mata panda” yang Anda alami setelah putus cinta punbisa dibuktikan secara ilmiah. Reaksi negatif ini disebabkan oleh penurunan kadar dopamin dan oksitosin, hormon pembuat bahagia yang diproduksi oleh otak. Sebagai gantinya, otak justru meningkatkan produksi hormon stress kortisol dan adrenalin. Selain membuat mood nge-drop, tingginya hormon stres kortisol juga bisa tercermin pada rasa nyeri fisik nyata yang Anda alami setelah putus cinta. Bahkan, gejala fisik yang diakibatkan oleh peningkatan hormon stres kortisol bisa mirip dengan gejala sakau kokain.
Karena kesedihan merupakan reaksi alami manusia, ini juga berarti bahwa ketika ada sesuatu hal yang berubah positif dalam hidup Anda atau saat kita sudah bisa move on untuk menyesuaikan diri dan mengatasi kekecewaan tersebut, kegalauan dalam hati akan memudar dan menghilang sepenuhnya.
Reaksi putus cinta dan lama waktu move on setiap orang memang bisa berbeda-beda. Namun, waspadai gejala depresi karena parah hati berikut ini.
Gejala-gejala depresi karena patah hati
Beda dengan kesedihan dan amarah biasa, depresi bukanlah keadaan yang wajar ditemui. Depresi adalah penyakit mental yang bisa dipicu oleh ketidakstabilan emosi dan hormon otak dalam jangka panjang. Depresi bisa juga dipicu oleh suatu trauma di masa lalu, misalnya putus cinta. Namun pada beberapa kasus, depresi bisa muncul tanpa didahului oleh pemicu apapun.
Depresi bisa berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, stamina, selera makan, pola tidur, dan tingkat konsentrasi penderitanya. Saat depresi, kita akan merasa hilang semangat atau motivasi, putus asa dan nelangsa, terus-menerus merasa sedih dan gagal, dan mudah lelah.