Sampai belakangan ini, banyak pakar dan neurologis yang mengklaim bahwa depresi kronis disebabkan oleh suatu perubahan dalam otak. Tapi sekarang terbukti bahwa kerusakan otak tidak menyebabkan depresi, namun justru sebaliknya: depresi kronis justru menyebabkan kerusakan otak.
Gejala depresi kronis bisa terus menetap setelah Anda sembuh
Gejala umum dari depresi termasuk perubahan suasana hati, yang juga disertai oleh hambatan fungsi kognitif — sulit mengingat, sulit membuat keputusan, merencanakan, menetapkan prioritas, dan mengambil tindakan. Studi pencitraan otak menggunakan MRI scanning menunjukkan bahwa gejala depresi umum ini berhubungan dengan kelainan di daerah tertentu dari otak, termasuk hippocampus (pusat memori), amygdala, dan korteks prefrontal (yang terlibat dengan perencanaan dan kegiatan mengeksekusi).
Depresi dianggap sebagai penyakit kronis yang terkait stres. Penderita depresi kronis diketahui sering memiliki ukuran hippocampus yang lebih kecil daripada orang sehat. Hippocampus adalah daerah otak yang memiliki peran penting dalam pembentukan memori baru dengan mengolah kenangan untuk disimpan jangka panjang.
Kini sebuah studi terbitan jurnal Moleculum Psychiatry telah memberikan bukti kuat bahwa depresi kronis yang berulang memang menyusutkan hippocampus sehingga menyebabkan hilangnya fungsi emosi dan perilaku. Jadi, seseorang yang depresi tetap memiliki kesulitan mengingat dan berkonsentrasi bahkan setelah sembuh dari penyakitnya. Hampir sekitar 20 persen dari pasien depresi kronis tidak pernah bisa pulih sepenuhnya.
Bagaimana depresi memengaruhi otak?
Depresi meningkatkan produksi kortisol dalam otak. Kortisol adalah hormon stres yang bersifat racun bagi sel di dalam hippocampus. Paparan berlebih terhadap kortisol dalam jangka panjang dicurigai menyebabkan penyusutan ukuran hippocampus, yang akhirnya menyebabkan masalah memori alias kesulitan mengingat.
Tapi ketika hippocampus mengecil, ini bukan hanya sekadar kesulitan mengingat password Facebook. Anda juga mengubah segala macam perilaku lain yang terkait dengan memori Anda. Oleh karena itu, penyusutan hippocampus juga dikaitkan dengan hilangnya fungsi normal sehari-hari.
Ini karena hippocampus juga terhubung ke banyak daerah otak yang mengatur bagaimana kita merasa dan menanggapi stres. Hippocampus terhubung ke amigdala yang mengontrol pengalaman kita terhadap rasa takut. Pada orang dengan depresi kronis, amigdala justru membesar dan lebih aktif sebagai akibat dari paparan kelebihan kortisol dalam jangka panjang.
Amigdala yang membesar dan hiperaktif, dikombinasikan dengan aktivitas abnormal lainnya dalam otak, dapat menyebabkan gangguan tidur dan pola aktivitas. Hal ini juga menyebabkan tubuh melepaskan sejumlah hormon dan bahan kimia lainnya, dan menyebabkan komplikasi depresi lainnya.
Bagaimana cara mengobati gejala depresi sedini mungkin untuk mencegah kerusakan otak?
Menurut Profesor Poul Videbech, spesialis psikiatri di Centre for Psychiatric Research di Aarhus University Hospital, depresi menghasilkan penyusutan hippocampus hingga sepuluh persen yang meninggalkan jejak dalam otak, mengutip Science Nordic. Lanjut Videbech, dalam beberapa kasus, pengurangan ini bisa terus berlanjut ketika depresi itu sudah berakhir.
Kabar baiknya, hippocampus adalah daerah otak yang relatif, di mana kondisinya sangat memungkinkan untuk dapat tumbuh saraf-saraf baru. Inilah mengapa dokter dan pakar kesehatan lainnya tak henti-hentinya menekankan pentingnya mengobati gejala depresi sedini mungkin. Pengobatan depresi berhubungan dengan normalisasi mood, perilaku, dan banyak kelainan otak lain yang berhubungan dengan depresi.
Peningkatan kadar kortisol akibat depresi diketahui menghambat pembentukan saraf baru, tapi obat-obatan depresi dan terapi depresi lainnya dapat melawan efek negatif ini. Antidepresan bekerja membalikkan penyusutan hippocampus serta mengobati masalah mood dan memori yang disebabkannya, dengan mengubah pola aktivitas otak dan menyeimbangkan jumlah kortisol dan bahan kimia lainnya dalam otak. Ini semua kemudian mempromosikan pertumbuhan sel otak baru. Menyeimbangkan tingkat bahan kimia dalam tubuh juga dapat membantu meringankan gejala depresi kronis.
Penting untuk dicatat bahwa pertumbuhan saraf baru di hippocampus memakan waktu sampai enam minggu sampai komplit total; dan ini di waktu yang sama dibutuhkan untuk khasiat dari sebagian obat antidepresan monoaminergik (misalnya SSRI) hingga bisa berdampak optimal.