Menyandang status jomblo adalah hal yang sangat menyedihkan bagi sebagian orang Indonesia. Jomblowan dan jomblowati selalu dianggap nelangsa, kesepian, dan tidak bahagia karena tidak punya pacar. Berbagai cap negatif yang menempel pada status jomblo tersebut kemudian tanpa sadar jadi menanamkan ketakutan tak beralasan pada banyak orang. Entah cinta atau tidak, yang penting harus punya pacar dan jangan sampai jadi jomblo. Para ahli menyebut fenomena ‘takut jadi jomblo’ dengan istilah singlism.
Penyebab orang takut jadi jomblo
Istilah “jomblo” untuk menggambarkan orang-orang yang tidak punya pasangan hidup sebetulnya sudah ada sejak tahun 1993.
Namun, pergeseran maknanya yang menjadi negatif mungkin baru “dipopulerkan” pada tahun 2000-an. Mereka yang berstatus single bahkan sering menjadi bahan olokan karena dianggap “tidak laku di pasaran”.
Fenomena singlism alias “sindrom” takut jadi jomblo itu sendiri pernah diteliti oleh Spielmann dkk pada tahun 2013, dan telah dipublikasikan dalam Journal of Personality and Social Psychology.
Dalam studi tersebut, sindrom takut jomblo didefinisikan sebagai “perasaan khawatir, cemas, dan sulit menjalani hidup saat tidak memiliki pasangan”.
Perasaan ini bisa dialami oleh siapa saja, termasuk orang yang tidak sedang punya pacar, belum pernah memiliki pasangan, atau sedang menjalani hubungan romantis.
Pada orang yang sudah punya pasangan, sindrom singlism dapat membuatnya terus merasa cemas hubungannya akan kandas. Kekhawatiran ini kemudian membuat orang tersebut sampai rela bertahan dalam hubungan tersebut, meski ternyata toxic dan tidak merasa bahagia.
Ketika hubungannya terpaksa kandas, ia lebih memilih untuk menurunkan standar dibanding harus hidup sendiri alias jomblo.
Takut jadi jomblo mungkin tanda anuptaphobia
Pada orang yang sangat tidak mau dan takut jadi jomblo, ketakutan irasional mereka dapat menandakan kondisi fobia spesifik bernama anuptaphobia. Fobia ini kerap dianggap sebagai lawan dari gamophobia alias takut menikah.
Rasa takut berlebihan dan kecemasan tanpa alasan merupakan karakteristik utama dari fobia. Lantas, apa penyebabnya?
Faktor penyebab utama dari anuptaphobia adalah rasa takut kesepian yang mungkin dipicu oleh pengalaman traumatis di masa lalu.
Trauma fisik, emosional, maupun psikologis di masa lalu dapat membuat seseorang membangun keyakinan pribadi bahwa kebahagiaan hanya bisa diraih saat memiliki pasangan. Hal ini menyebabkan penderita anuptaphobia terus memikirkan cinta, pernikahan, dan masa depan bersama pasangan.
Faktor inilah yang pada akhirnya membuat seseorang merasa tidak utuh tanpa pasangan dan takut jadi jomblo.
Menjomblo tidak seseram yang dibayangkan
Ketakutan menjadi jomblo dapat mengarah pada kebiasaan menjalin dan mempertahankan hubungan yang tidak sehat, apalagi membahagiakan.
Ini karena orang yang takut menjomblo akan lebih mementingkan status percintaannya dibanding hubungan yang sedang dijalani.
Padahal, menjadi orang jomblo alias single tidak seburuk yang selama ini dikira. Ada banyak hal positif yang bisa Anda dapat dari hidup sendiri tanpa dampingan pasangan hidup. Salah satunya waktu yang lebih banyak untuk bersosialisasi dengan orang di sekitar, terutama orangtua, keluarga, dan teman.
Hidup tanpa pacar juga membuka kesempatan yang lebih besar untuk Anda belajar mengenal potensi diri, mencintai diri sendiri, dan memiliki cukup waktu untuk bersenang-senang.
Cara mengatasi rasa takut menjomblo
Jika Anda mulai merasa takut dan cemas menjomblo tanpa alasan jelas, coba alihkan perasaan dan pikiran negatif dengan melakukan kegiatan positif yang mampu memperbaiki mood.
Tidak apa menjalani hidup sendiri sembari terus mencari belahan jiwa terbaik tanpa harus dikejar waktu. Ingatkan diri sendiri bahwa kita tetap bisa bahagia meski tidak punya pacar.
Mendapatkan kebahagiaan adalah tanggung jawab diri sendiri, bukan untuk dibebani pada orang lain. Kebahagiaan harus Anda raih dengan usaha sendiri. Orang lain tidak bertanggung jawab untuk membahagiakan diri Anda.
Jika rasa cemas mulai mengganggu aktivitas, sebaiknya segera bicara pada psikolog atau psikiater untuk mencari bantuan.