Anda mungkin merasa mengalami situasi yang terasa familiar padahal hal tersebut baru atau sedang terjadi. Fenomena yang sering disebut dejavu ini umum dialami oleh banyak orang.
Lantas, sebenarnya apa itu dejavu? Bagaimana fenomena ini bisa terjadi?
Apa itu dejavu?
Dejavu atau déjà vu adalah suatu keadaan saat Anda merasa familiar dengan kondisi di sekitar, seolah-olah Anda sudah pernah mengalami hal tersebut pada masa lampau.
Anda akan merasakan keadaan yang persis sama, padahal apa yang sedang Anda alami pada waktu tersebut merupakan pengalaman pertama Anda.
Fenomena dejavu bisa berlangsung selama 10–30 detik. Jika ini terjadi pada Anda, tidak perlu panik.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychiatria Danubina (2018) memperkirakan 97% orang pernah mengalami dejavu setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Déjà vu berasal dari bahasa Prancis yang berarti “sudah pernah melihat”. Sebutan ini pertama kali dicetuskan oleh Émile Boirac, filsuf dan ilmuwan asal Prancis pada tahun 1876.
Banyak filsuf dan ilmuwan juga mencoba menjelaskan mengapa fenomena dejavu bisa terjadi. Menurut Sigmund Freud, dejavu berhubungan dengan keinginan yang terpendam.
Sementara itu, Carl Jung menjelaskan bahwa fenomena ini berhubungan dengan alam bawah sadar.
Bagaimana dejavu bisa terjadi?
Penjelasan pasti terkait alasan terjadinya déjà vu sulit untuk dicari. Hal ini karena studi tentang fenomena dejavu sendiri pada umumnya tidak mudah untuk dilakukan.
Namun, ada beberapa teori yang mungkin bisa menjawab penyebab dari fenomena ini.
1. Teori slip perception
Pada teori slip perception, dejavu terjadi saat Anda melihat sesuatu pada dua waktu yang berbeda. Misalnya, Anda melihat suatu objek atau situasi pertama kali secara sepintas.
Ketika ini terjadi, otak mulai membentuk memori tentang apa yang Anda lihat, bahkan dengan informasi terbatas dari pandangan sekilas yang tidak lengkap.
Begitu Anda melihat pemandangan serupa pada waktu yang berbeda, otak seperti mengingat memori tersebut dan membuat Anda merasa bahwa telah memandang hal yang sama sebelumnya.
2. Temporal lobe seizure
Dejavu memang fenomena yang normal. Namun, kemunculannya kerap dialami oleh pengidap temporal lobe seizure, yakni epilepsi sesaat sebelum terjadinya gejala kejang-kejang.
Penyebab kejang pada lobus temporal otak terkadang tidak diketahui. Akan tetapi, trauma pada otak, infeksi, stroke, tumor otak, hingga faktor genetik dapat berperan.
Sebelum serangan epilepsi datang, umumnya pengidap temporal lobe seizure akan mengalami sensasi aneh, seperti merasakan takut yang tidak beralasan, halusinasi, dan dejavu.
3. Malfungsi sirkuit otak
Dejavu juga dapat disebabkan oleh malfungsi antara sirkuit jangka panjang (long term circuit) dan sirkuit jangka pendek (short term circuit) dalam otak.
Ketika otak mencerna keadaan sekitar, informasi yang didapat bisa jadi langsung ditransfer ke bagian otak yang menampung memori jangka panjang.
Hal ini membuat Anda mengalami dejavu, seolah-olah Anda sudah pernah melihat atau merasakan kejadian yang dialami sekarang pada masa lalu.
4. Kerja rhinal cortex
Bagian pada otak yang disebut rhinal cortex berfungsi untuk mendeteksi rasa familiar. Rhinal cortex mungkin menjadi aktif tanpa memicu kerja hippocampus yang berfungsi menyimpan memori.
Hal ini menjelaskan mengapa saat mengalami dejavu, Anda tidak bisa mengingat persis kapan dan di mana pernah merasakan pengalaman yang sama.
5. Teori memory recall
Anne Cleary, profesor psikologi Colorado University, AS, pada penelitian dalam jurnal Psychological Science (2018) menyebut dejavu berkaitan dengan cara seseorang memproses dan menyimpan ingatan.
Dalam penelitian tersebut, dejavu dapat terjadi sebagai respons terhadap suatu peristiwa yang persis dengan apa yang telah seseorang alami, tetapi mereka tidak mengingatnya.
Contohnya, Anda mungkin pernah mengalami suatu peristiwa atau melihat objek tertentu ketika masih kecil, tetapi tidak bisa mengingatnya.
Begitu dihadapkan dengan hal yang sama, Anda mungkin merasa sudah mengalaminya tanpa tahu jelasnya kapan itu pernah terjadi.
Ringkasan
Siapa saja yang berisiko mengalami dejavu?
Menurut Jean Khoury, MD, neurologis dari Cleveland Clinic, dejavu adalah fenomena yang normal. Hal ini dapat terjadi pada orang yang sehat, biasanya dalam beberapa kali dalam setahun.
Orang-orang yang berusia 15 hingga 25 tahun lebih sering mengalaminya. Kondisi ini dapat makin berkurang frekuensinya seiring dengan bertambahnya usia.
Di samping itu, beberapa orang juga dianggap lebih rentan untuk mengalami déjà vu, bila:
- berpendapatan tinggi,
- memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
- lebih sering traveling atau bepergian,
- bisa mengingat mimpi, dan
- berpandangan luas dan terbuka.