backup og meta

Kenali Tingkat Keparahan Inkontinensia Urine pada Lansia dan Cara Mengatasinya

Kenali Tingkat Keparahan Inkontinensia Urine pada Lansia dan Cara Mengatasinya

Sering buang air kecil sampai mengompol? Kondisi tersebut sering disebut inkontinensia urine atau hilangnya kontrol kandung kemih. Anda mungkin menyadari kalau kondisi ini kerap dialami orang usia lanjut. Lantas, apakah ini berbahaya? Bagaimana tingkat keparahan inkontinensia urine pada lansia? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.

Tingkat keparahan inkontinensia urine pada lansia

Inkontinensia urine adalah kondisi seseorang mengalami kesulitan dalam mengendalikan keluarnya urine. 

Masalah ini sering terjadi pada lansia akibat perubahan fisiologis tubuh seiring bertambahnya usia, sehingga otot dasar panggul dan sfingter uretra (otot cincin yang mengontrol aliran urine dari kandung kemih ke uretra) yang digunakan untuk buang air kecil melemah.

Meskipun terbilang umum pada lansia, dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup jika tidak ditangani dengan baik. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami tingkat keparahan inkontinensia urine yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Inkontinensia urine ringan

Pernahkah Anda tidak sengaja mengeluarkan urine saat sedang batuk atau tertawa?

Inkontinensia urine ringan terjadi ketika tetesan urine keluar dalam jumlah sedikit karena adanya tekanan pada kandung kemih dan uretra yang menyebabkan otot sfingter terbuka sebentar.

Tekanan tersebut sebagian besar berasal dari aktivitas tiba-tiba dan kuat, seperti berolahraga, bersin, tertawa, atau batuk.

Penyebabnya antara lain otot dasar panggul yang lemah dan kandung kemih yang berada di luar posisi normalnya.

Mengutip American Urological Association, sebanyak 1 dari 3 wanita mengalami masalah ini di beberapa titik dalam hidup mereka.

Sementara pasien inkontinensia urine pada pria jumlahnya lebih sedikit dibanding wanita namun tetap harus waspada. 

2. Inkontinensia urine sedang

Berbeda dengan sebelumnya, inkontinensia urine sedang ditandai dengan mengalami kebocoran urine saat tidak dapat menahan dorongan untuk buang air kecil ketika melakukan aktivitas semi-aktif. Misalnya ketika mengangkat barang, menggendong cucu, bahkan berkebun. 

Inkontinensia urine juga erat kaitannya dengan kandung kemih yang terlalu aktif dan dapat menjadi tanda Anda mengalami infeksi saluran kemih (ISK).

Selain ISK, kondisi tersebut juga menjadi tanda Anda mengalami beberapa kondisi neurologis, seperti multiple sclerosis dan cedera sumsum tulang belakang.

Tentunya, inkontinensia urine sedang pada lansia dapat mengganggu rutinitas sehari-hari karena frekuensi dan volume kebocoran lebih tinggi.

3. Inkontinensia urine berat

Lansia dengan inkontinensia urine berat ditandai dengan lepasnya buang air kecil  bahkan ketika tidak melakukan aktivitas apapun, seperti berbaring. 

Hal tersebut terjadi karena kandung kemih tidak dapat dikosongkan sepenuhnya, sehingga membuat terlalu banyak urine yang tertahan. Kandung kemih yang terlalu penuh menyebabkan kebocoran urine. 

Perlu Anda Ketahui

Berdasarkan Bladder & Bowl Community, normalnya frekuensi buang air kecil pada lansia sekitar 4-6 kali terhitung dimulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali. 
Namun, untuk lansia yang mengalami buang air kecil 2 jam sekali perlu diwaspadai mengalami inkontinensia urine berat.

Sementara itu, inkontinensia urine berat banyak dialami oleh seseorang dengan masalah kesehatan, seperti tumor, batu ginjal, diabetes, atau mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Cara mengatasi inkontinensia urine pada lansia

Untuk penanganan inkontinensia urine pada lansia bergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya. Kendati begitu, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, di antaranya.

1. Latihan kegel

Senam kegel adalah serangkaian gerakan yang dirancang untuk memperkuat otot-otot dasar panggul, termasuk otot yang mendukung kandung kemih. 

Melakukan latihan ini sangat bermanfaat bagi lansia yang mengalami inkontinensia urine ringan maupun sedang. 

Anda dapat melakukan latihan kegel dalam posisi duduk, berdiri, atau berbaring. Pilihlah posisi yang paling nyaman dan memungkinkan relaksasi tubuh.

2. Menjaga pola makan 

Pada dasarnya, semua orang dengan inkontinensia urine ringan, sedang, atau berat perlu mengatur pola makan.

Sebaiknya kurangi konsumsi kopi, teh, minuman energi, dan soda yang mengandung kafein, karena dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil.

Selain itu, pastikan untuk minum cukup air setiap hari sekitar 6-8 gelas untuk menjaga tubuh terhidrasi tanpa overhidrasi yang dapat memperburuk inkontinensia.

3. Mengatur jadwal buang air kecil

Mengatur jadwal buang air kecil dapat menjadi salah satu cara untuk mengatasi semua jenis inkontinensia urine. 

Anda bisa tetapkan waktu tertentu setiap dua hingga tiga jam untuk buang air kecil. Untuk membantu Anda mengingat bisa pasang alarm. 

Selain itu, Anda bisa membuat jurnal untuk mencatat waktu buang air kecil setiap hari supaya memudahkan mengidentifikasi pola dan membantu merancang jadwal yang lebih baik.

4. Gunakan popok dewasa

Cara lain untuk mengatasi inkontinensia urine sesuai tingkat keparahannya dengan menggunakan popok Confidence yang terdapat 2 tipe, ada perekat dan celana.

Confidence Ekstra Serap, popok Dewasa celana ideal untuk inkontinensia urine berat dengan daya serap hingga 12 jam dan nyaman untuk aktivitas sehari-hari. 

lansia mengompol

Sementara untuk inkontinensia urine sedang, bisa gunakan Confidence Pants jenis tipis dan pas yang lebih cocok digunakan sehari-hari yang elastis dengan permukaan menyerap cepat kering.

Selain menerapkan cara mengatasi inkontinensia urine pada lansia tersebut, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Urinary frequency. (2021, August 16). Bladder & Bowel Community. Retrieved 16 December 2024, from https://www.bladderandbowel.org/bladder/bladder-conditions-and-symptoms/frequency/#

Urinary incontinence | Stress incontinence | UI | MedlinePlus. (n.d.). MedlinePlus – Health Information from the National Library of Medicine. Retrieved 16 December 2024, from https://medlineplus.gov/urinaryincontinence.html

Types of urinary incontinence. (2014, December 28). Harvard Health. Retrieved 16 December 2024, from https://www.health.harvard.edu/bladder-and-bowel/types-of-urinary-incontinence

Stress urinary incontinence (SUI). (n.d.). Urology Care Foundation. Retrieved 16 December 2024, from https://www.urologyhealth.org/urology-a-z/s/stress-urinary-incontinence-(sui)

Urinary incontinence in women. (2022, November 1). Johns Hopkins Medicine. Retrieved 16 December 2024, from https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/urinary-incontinence/urinary-incontinence-in-women#

Versi Terbaru

26/12/2024

Ditulis oleh Adhenda Madarina

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Riska Herliafifah


Artikel Terkait

10 Manfaat Olahraga Jalan Kaki untuk Lansia

Apa Penyebab Orang Dewasa Bisa Mengompol?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Adhenda Madarina · Tanggal diperbarui 6 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan