Posisi litotomi atau mengangkang menjadi posisi yang paling umum dilakukan selama melahirkan normal. Ada sejumlah manfaat sekaligus risiko yang mungkin diperoleh dengan menerapkan hal ini dalam persalinan. Penasaran apa saja? Simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Apa yang dimaksud dengan posisi litotomi?
Posisi litotomi adalah posisi di mana pasien terlentang dengan pinggul dan lutut tertekuk serta paha membuka.
Mengutip beberapa sumber, posisi mengangkang ini biasanya digunakan selama operasi ginekologi, rektal, dan urologi. Posisi ini juga sering digunakan dalam proses persalinan.
Pada posisi ini, seorang ibu yang hendak melahirkan harus berbaring di atas tempat tidur dan menggantungkan betisnya pada penopang yang biasanya ada pada tempat tidur obstetri.
Sebagian besar dokter mungkin akan merekomendasikan posisi likotomi dengan tujuan agar dapat dengan leluasa mengukur perkembangan proses melahirkan.
Ada beberapa manfaat posisi litotomi bagi ibu melahirkan, yakni sebagai berikut.
- Jarak tempuh janin untuk keluar jadi lebih pendek sehingga memudahkan proses persalinan.
- Suplai oksigen pada ibu ketika mengejan juga dapat berlangsung secara optimal.
Risiko posisi litotomi yang perlu Anda ketahui
Meski umum digunakan, tapi beberapa penelitian mengungkapkan adanya risiko yang akan ditimbulkan dengan posisi litotomi ini.
Salah satunya dalam penelitian berjudul Comparative Study on The Influence of Three Delivery Positions on Pain Intensity During the Second Stage of Labor tahun 2016, disebutkan bahwa posisi litotomi dapat menurunkan tekanan darah yang dapat membuat kontraksi terasa lebih menyakitkan.
Bahkan penelitian terbaru telah menghubungkan posisi litotomi dengan peningkatan risiko beberapa komplikasi, di antaranya sebagai berikut.
1. Meningkatkan faktor risiko cedera saraf perifer
Cedera saraf perifer telah dilaporkan terjadi setelah melakukan operasi dalam posisi litotomi. Cedera saraf ini memang salah satu risiko yang paling umum terjadi.
Gejalanya meliputi kelemahan motorik yang dirasakan pada pergelangan kaki, termasuk sulit melakukan gerakan menekuk (eversi) pergelangan kaki, dan menggerakkan telapak kaki ke arah depan atau atas (dorsofleksi).
Oleh karena itu, ketika mengambil posisi ini penting untuk menghindari fleksi dan abduksi sendi panggul yang ekstrem atau membuka kaki terlalu lebar.
Pastikan juga posisi Anda yang tepat, termasuk bantalan saraf perifer yang terbuka, dan menghindari ketegangan yang tidak perlu pada pinggul serta lutut.
2. Mengalami sindrom kompartemen akut
Sindrom kompartemen akut (ACS) terjadi ketika tekanan meningkat dalam area tertentu dari tubuh Anda.
Peningkatan tekanan ini bisa mengganggu aliran darah hingga merusak fungsi jaringan di sekitarnya.
Posisi litotomi meningkatkan risiko sindrom kompartemen akut karena mengharuskan kaki Anda diangkat ke atas lebih tinggi dari jantung untuk jangka waktu yang lama.
Risiko mengalami sindrom kompartemen akut lebih sering terjadi selama operasi yang berlangsung lebih dari empat jam.
Biasanya untuk menghindari hal ini, dokter bedah Anda akan menurunkan kaki Anda dengan hati-hati setiap dua jam sekali.
Dalam hal ini, jenis penyangga kaki yang digunakan juga dapat berperan dalam meningkatkan atau menurunkan tekanan kompartemen.
Penyangga betis yang berbentuk seperti sepatu bot bisa meningkatkan tekanan kompartemen (otot), sedangkan penyangga yang hanya untuk pergelangan kaki dapat menurunkannya.
Perlu diingat bahwa Anda harus mempertimbangkan situasi dan kemungkinan manfaat yang akan didapat daripada risikonya.
Tidak ada salahnya untuk konsultasi dengan dokter Anda tentang kekhawatiran yang ada dalam benak Anda tentang persalinan atau operasi yang akan dijalani, terutama bila Anda ingin melahirkan di rumah sakit.
Dokter mungkin dapat memberi Anda gambaran yang lebih baik tentang kemungkinan risiko dan memberi tahu Anda perihal tindakan pencegahan apapun yang akan mereka ambil jika menggunakan posisi litotomi.
[embed-health-tool-due-date]