Kuretase alias kuret adalah tindakan yang dilakukan untuk mengangkat sisa-sisa jaringan dari dalam rahim setelah keguguran. Meskipun kuretase merupakan prosedur yang aman, risiko infeksi setelahnya tetap ada. Lantas, apa saja ciri-ciri terjadi infeksi setelah kuret?
Ciri-ciri terjadi infeksi setelah kuret
Tidak hanya setelah keguguran, tindakan kuretase juga dapat dilakukan untuk membuang sisa plasenta atau ari-ari yang masih tertinggal setelah melahirkan.
Tindakan ini juga bisa dilakukan untuk mendiagnosis dan mengobati kelainan jaringan di dalam rahim, seperti polip, fibroid rahim, endometriosis, hingga kanker rahim.
Kuretase dilakukan dengan menggunakan kuret, yakni alat operasi dengan bentuk menyerupai sendok yang dapat mengikis lapisan dalam rahim.
Menurut American Society for Reproductive Medicine, infeksi setelah kuret lebih berisiko terjadi pada wanita yang mengalami keguguran atau baru saja melahirkan.
Infeksi setelah kuret mungkin terjadi akibat kontaminasi pada alat medis, kurangnya kebersihan selama prosedur, hingga pemulihan yang tidak optimal.
Adapun, ciri-ciri infeksi setelah kuret yang perlu Anda waspadai adalah:
- kelelahan,
- demam tinggi di atas 38°C,
- tubuh menggigil,
- keluarnya keputihan atau cairan berbau tidak sedap,
- perdarahan atau munculnya gumpalan darah dari vagina,
- nyeri perut bagian bawah, serta
- rahim terasa kram atau nyeri saat ditekan.
Infeksi bisa terjadi dalam satu minggu setelah kuretase berlangsung. Jika Anda mengalami satu atau beberapa gejala di atas, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Pengobatan infeksi yang terjadi setelah kuret
Infeksi setelah kuret bisa disebabkan oleh perpindahan bakteri normal dari vagina ke dalam rahim selama atau setelah prosedur kuret.
Pengobatannya melibatkan pemberian obat antibiotik untuk melawan infeksi bakteri. Dokter mungkin meresepkan antibiotik oral atau suntik, tergantung pada tingkat keparahan infeksi.
Dalam kasus infeksi yang lebih serius, tindakan lebih lanjut seperti rawat inap atau kuret ulang mungkin diperlukan.
Jangan berhenti minum obat antibiotik meski gejala infeksi telah membaik, sebab hal ini bisa menyebabkan kambuhnya infeksi dan resistensi bakteri terhadap obat.
Selain itu, penting juga untuk menerapkan pola makan sehat saat hamil, mencukupi kebutuhan cairan, dan beristirahat yang cukup untuk membantu tubuh melawan infeksi.
Apakah infeksi setelah kuret bisa sembuh?
Cara mencegah infeksi setelah kuret
Untuk mendukung pemulihan setelah kuret dan mencegah terjadinya infeksi, berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.
- Istirahat yang cukup untuk mempercepat proses pemulihan.
- Hindari hubungan intim setidaknya selama dua minggu atau sesuai anjuran dokter.
- Gunakan pembalut, bukan tampon, untuk menyerap perdarahan setelah kuret.
- Jaga kebersihan area kewanitaan, terutama saat buang air kecil atau buang air besar.
- Konsumsi makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
- Minum obat antibiotik sesuai resep dokter.
- Kontrol rutin ke dokter sesuai jadwal yang telah ditentukan untuk memastikan pemulihan berjalan dengan baik.
Efek samping kuret yang umum terjadi meliputi kram perut, perdarahan ringan, dan kelelahan. Kondisi tersebut umumnya akan membaik dalam beberapa hari.
Apabila kondisi di atas makin memburuk atau disertai dengan gejala infeksi, segera kunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
- Infeksi setelah kuret bisa terjadi akibat kontaminasi pada alat medis, kurang terjaganya kebersihan selama prosedur, hingga proses pemulihan yang tidak optimal.
- Ciri-ciri terjadi infeksi setelah kuret meliputi demam tinggi, nyeri perut, keluar keputihan berbau tidak sedap, dan perdarahan yang tidak normal.
- Dokter dapat meresepkan obat antibiotik untuk menangani infeksi bakteri. Dalam kasus tertentu, tindakan opname atau kuret ulang mungkin diperlukan.
[embed-health-tool-due-date]