Persalinan biasanya dilakukan dalam posisi terlentang. Namun, tidak sedikit pula yang mempertimbangkan untuk melahirkan dengan posisi jongkok karena dinilai membantu bayi keluar lebih cepat berkat bantuan gravitasi. Meski terkesan membuat proses persalinan lebih mudah, pastikan Ibu sudah tahu pro dan kontra melahirkan dengan posisi jongkok berikut ini.
Apakah posisi melahirkan jongkok mempercepat persalinan?
Beberapa studi telah membuktikan bahwa melahirkan dengan posisi jongkok atau squatting bisa mempercepat proses persalinan, salah satunya yang diterbitkan dalam The Journal of Obstetrics and Gynecology of India (2021).
Studi tersebut melibatkan 106 ibu hamil yang melahirkan dengan posisi jongkok dan 106 ibu hamil yang melahirkan dengan posisi terlentang.
Ibu yang melahirkan dengan posisi jongkok rata-rata membutuhkan 23,35 menit untuk melewati fase dua persalinan. Sementara itu, ibu yang melahirkan dengan posisi telentang membutuhkan 35,50 menit.
Hal yang sama juga berlaku pada tahap ketiga persalinan. Kelompok jongkok hanya membutuhkan 12,19 menit, sedangkan kelompok berbaring membutuhkan 21,98 menit.
Fase kedua adalah saat pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir, sedangkan fase melahirkan yang ketiga adalah setelah bayi lahir sampai plasenta keluar.
Posisi jongkok dinilai bisa membuka panggul Ibu lebih lebar hingga 20–30 persen. Ketika diameter panggul melebar, kontraksi persalinan akan terasa lebih intens sehingga jalan lahir semakin terbuka.
Jongkok juga memungkinkan Ibu untuk mengejan lebih leluasa berkat bantuan gravitasi. Namun, pastikan Ibu hanya mengejan ketika sudah waktunya.
Bantuan gravitasi selama posisi jongkok juga dinilai bisa membantu otot dasar panggul untuk merenggang dan menjadi rileks sehingga janin mudah keluar.
Dengan begitu, posisi ini bisa mengurangi penggunaan alat bantu persalinan, seperti forsep atau vakum.
[embed-health-tool-due-date]
Manfaat melahirkan dengan posisi jongkok
Selama dilakukan atas izin atau dengan pengawasan dokter, posisi squatting bisa memberikan beragam manfaat berikut.
- Mempersingkat durasi persalinan karena dorongan dari gravitasi dan bukaan panggul yang lebih lebar.
- Mengurangi risiko penggunaan alat bantu persalinan, seperti forsep, vakum, hingga prosedur episiotomi.
- Mengurangi tekanan dan nyeri pada punggung.
- Memberikan kontrol yang lebih besar bagi ibu.
Setiap ibu hamil bisa merasakan manfaat yang berbeda karena kelancaran persalinan juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia ibu hamil, kondisi janin, dan posisi jongkok.
Risiko melahirkan dengan posisi jongkok
Di samping beragam manfaat yang ditawarkan, posisi melahirkan jongkok juga memiliki beberapa risiko berikut.
- Meningkatkan risiko ruptur perineum atau robekan di antara Miss V dan anus karena tekanan yang terlalu kuat.
- Membutuhkan kekuatan otot kaki yang baik. Ibu mungkin perlu melakukan beberapa latihan fisik sederhana untuk memperkuat otot kaki.
- Membatasi akses petugas medis karena jenis posisi melahirkan ini membuat Miss V tidak menghadap ke arah depan.
Posisi jongkok juga tidak disarankan untuk kehamilan berisiko, seperti hipertensi, usia ibu hamil yang terlalu tua atau muda, hingga ibu hamil yang terlalu kurus atau gemuk.
Lancaster General Health juga menyebutkan bahwa posisi jongkok tidak disarankan untuk ibu hamil yang memiliki riwayat anestesi spinal atau epidural.
Ibu juga perlu membicarakan dengan dokter jika ingin melakukan persalinan dengan posisi jongkok setelah operasi caesar.
Jenis posisi jongkok yang aman untuk ibu hamil
Supaya Ibu bisa mendapatkan manfaat melahirkan dengan posisi jongkok dan terhindar dari risikonya, coba temukan posisi yang tepat dari beberapa variasi berikut.
1. Jongkok dengan bersandar pada tembok
Sebagai ganti kasur, Ibu bisa menempelkan punggung ke tembok. Posisi ini akan membantu menjaga keseimbangan selama Ibu mengejan.
Ibu bisa memilih posisi ini dengan cara menyandarkan kepala sampai pantat bagian atas ke tembok. Usahakan tembok tersebut memiliki permukaan yang rata.
2. Sumo squat
Posisi sumo bermanfaat untuk menguatkan otot perut dan kaki yang menjadi tumpuan saat jongkok. Untuk melakukan sumo squat, buka kaki lebih lebar dari bahu.
Setelah itu, turunkan tubuh secara perlahan sampai ke posisi jongkok. Usahakan punggung tetap lurus saat jongkok dan tahan posisi ini selama 15–30 detik.
3. Jongkok dengan bantuan kursi
Jika bumil kurang nyaman dengan posisi melahirkan sambil jongkok seperti di atas, coba gunakan kursi sebagai alat bantu. Pertama-tama, Ibu perlu berdiri kurang-lebih satu langkah di depan kursi.
Setelah itu, turunkan tubuh ke posisi jongkok sampai bagian bokong menyentuh kursi, lalu angkat kembali tubuh Ibu. Ulangi gerakan ini sebanyak 10–15 kali.
4. Deep squat
Posisi ini akan mendorong Ibu untuk mencapai posisi jongkok yang lebih dalam. Mengutip laman Lamaze International, deep squat akan memposisikan pantat menjadi jauh lebih rendah dari lutut.
Namun, jenis squat ini hanya boleh dilakukan jika Ibu sudah merasakan tanda-tanda persalinan dan mendapatkan pendampingan dari petugas kesehatan.
Pasalnya, deep squat yang terlalu dini dikhawatirkan mendorong janin turun ke panggul lebih cepat dari seharusnya.
Kesimpulan
- Melahirkan dengan posisi jongkok memang terbukti membantu mempercepat proses persalinan. Meski begitu, manfaat yang diterima setiap ibu hamil bisa berbeda karena proses persalinan dipengaruhi berbagai faktor.
- Selain mempersingkat durasi, squatting saat melahirkan dinilai mengurangi risiko penggunaan forsep, prosedur episiotomi, hingga mengurangi nyeri punggung.
- Namun, posisi ini meningkatkan risiko ruptur perineum. Posisi jongkok juga membutuhkan kekuatan otot kaki sehingga bumil mungkin membutuhkan latihan fisik sederhana.
- Jongkok bisa dilakukan dengan bantuan tembok dan kursi. Kedalaman jongkok pun bisa beragam sehingga Ibu membutuhkan panduan dari dokter untuk melakukannya.