backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Hati-hati, Penyakit Tiroid Pada Ibu Hamil Bisa Sebabkan Bayi Lahir Cacat

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 22/01/2020

    Hati-hati, Penyakit Tiroid Pada Ibu Hamil Bisa Sebabkan Bayi Lahir Cacat

    Gangguan pada kelenjar tiroid memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan. Wanita hamil bahkan perlu lebih waspada karena penyakit tiroid disinyalir dapat meningkatkan risiko bayi lahir cacat. Simak informasi berikut untuk mengetahui mekanismenya dan jenis kecacatan yang mungkin terjadi.

    Penyebab penyakit tiroid selama kehamilan

    hipertiroid gejala

    Tiroid adalah kelenjar kecil berbentuk menyerupai kupu-kupu yang terletak pada leher.

    Kelenjar tiroid memproduksi hormon yang mengatur denyut jantung, laju metabolisme, suhu tubuh, gerak makanan dalam usus, kontraksi otot, dan masih banyak lagi.

    Seseorang dikatakan mengalami penyakit tiroid jika kelenjar tiroidnya memproduksi hormon dalam jumlah yang tidak normal. Secara umum, penyakit tiroid terbagi menjadi dua kondisi sebagai berikut:

    1. Hipotiroidisme

    Hipotiroidisme ditandai dengan produksi hormon tiroid yang terlalu sedikit.

    Kasus bayi lahir cacat lebih banyak ditemukan pada ibu hamil yang mengalami penyakit tiroid ini. Kurangnya hormon diduga menghambat perkembangan janin selama kehamilan.

    Hipotiroidisme selama hamil biasanya disebabkan oleh penyakit Hashimoto.

    Penyakit autoimun ini membuat sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan tiroid yang sehat. Kelenjar tiroid pun rusak sehingga tidak bisa memproduksi hormon secara optimal.

    2. Hipertiroidisme

    Hipertiroidisme adalah kondisi saat kelenjar tiroid memproduksi terlalu banyak hormon.

    Hipertiroidisme selama hamil biasanya disebabkan oleh penyakit Graves. Penyakit ini mirip dengan penyakit Hashimoto. Bedanya, serangan sistem kekebalan tubuh justru memicu produksi hormon.

    Melansir laman Hormone Health Network, hipertiroidisme bisa meningkatkan risiko hipertensi, lahir prematur, berat lahir rendah, hingga keguguran.

    Penyakit tiroid yang satu ini juga mengganggu perkembangan janin secara keseluruhan sehingga meningkatkan risiko bayi lahir cacat.

    Pengaruh penyakit tiroid terhadap risiko kecacatan lahir

    mencegah bayi lahir cacat

    Dugaan mengenai pengaruh penyakit tiroid terhadap bayi lahir cacat berawal dari studi yang dilakukan oleh Johns Hopkins Hospital pada tahun 1994-1999.

    Penelitian tersebut menemukan sebanyak 18 persen bayi lahir dengan cacat parah pada berbagai bagian tubuh.

    Beberapa kecacatan terjadi pada jantung, ginjal, dan sistem saraf. Pada bayi yang lain, terdapat kelebihan jari, bibir sumbing parah, dada cekung, dan kelainan bentuk telinga.

    Tidak hanya itu, sebanyak dua bayi pun meninggal sebelum lahir.

    Selain bayi yang cacat lahir, hasil studi dalam laman Children’s Hospital of Philadelphia juga menemukan dampak penyakit tiroid terhadap perkembangan otak.

    Beberapa bayi yang lahir memiliki IQ rendah serta mengalami hambatan perkembangan mental dan motorik.

    Selama tiga bulan pertama kehamilan, janin membutuhkan hormon tiroid dari tubuh ibu untuk mendukung perkembangan otak dan sistem saraf.

    Kelenjar tiroid janin baru dapat memproduksi hormon tiroid sendiri begitu memasuki usia kehamilan 12 minggu.

    janin

    Apabila jumlah hormon tiroid terlalu sedikit, janin tidak bisa berkembang secara optimal.

    Selain itu, rendahnya hormon tiroid juga dapat menurunkan aktivitas berbagai organ tubuh ibu dan tentunya memperlambat proses perkembangan janin.

    Penyakit tiroid yang tidak terkontrol, apalagi tidak terdeteksi sejak awal kehamilan, lambat laun bisa menyebabkan janin gagal berkembang.

    Dampaknya, ibu yang memiliki penyakit tiroid berisiko melahirkan bayi dengan kondisi cacat.

    Gangguan pada kelenjar tiroid berpengaruh besar terhadap kesehatan ibu dan janin.

    Sering kali, penyakit ini tidak terdeteksi pada awal kehamilan karena beberapa gejalanya menyerupai tanda-tanda kehamilan itu sendiri.

    Cara terbaik untuk mencegahnya adalah dengan melakukan screening awalan saat merencanakan kehamilan.

    Selain bermanfaat untuk deteksi dini, pemeriksaan screening juga akan membantu Anda menentukan langkah mengatasinya.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 22/01/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan