Jika Anda memiliki rematik saat hamil atau saat sedang merencanakannya, Anda perlu waspada. Pasalnya, penyakit rematik sering menyerang wanita di masa suburnya, bahkan sejak proses pembuahan dan gejalanya dapat berlangsung hingga kehamilan dan persalinan. Simak penjelasan lengkap seputar rematik dan kehamilan berikut ini.
Bagaimana pengaruh rematik terhadap kehamilan?
Penyakit rematik atau rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh terlalu aktif dan keliru menyerang jaringan atau organ tubuh yang sehat. Saat Anda hamil, sistem kekebalan tubuh Anda akan menurun akibat perubahan hormon yang cukup drastis sehingga Anda rentan mengalami gejala-gejala rematik.
Mulai trimester pertama, wanita hamil yang mengalami rematik akan merasakan gejala kelelahan dan efek peradangan yang menjadi lebih aktif. Bila gejala rematik ini terus aktif, maka ada kemungkinan besar gejala ini akan terus bertambah hingga memasuki trimester kedua.
Dilansir dari Arthritis Foundation, sekitar 70 persen wanita hamil mengalami peningkatan gejala rematik saat memasuki trimester kedua. Ini bisa berlangsung hingga enam minggu pertama setelah melahirkan. Hal ini diperkirakan karena adanya peningkatan kadar sitokin antiradang dan perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Namun, bila sejak trimester kedua Anda hanya mengalami gejala-gejala rematik yang ringan, maka kemungkinan gejala ini akan tetap ringan hingga trimester ketiga.
Risiko lain yang mungkin muncul jika mengalami rematik saat hamil
Wanita dengan rematik memiliki berbagai masalah kehamilan yang dimulai sejak pembuahan, kehamilan, bahkan hingga kelahiran dan menyusui. Selain gejala rematik bertambah parah seperti yang telah dijelaskan di atas, inilah empat risiko lain yang mungkin terjadi.
1. Preeklampsia
Wanita yang memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuh lebih berisiko mengalami preeklampsia atau tekanan darah tinggi selama kehamilan. Bila preeklampsia sudah mencapai komplikasi, ibu hamil akan mengalami kejang, masalah pada ginjal, hingga yang paling parah dapat menyebabkan kematian pada ibu dan atau anak.
Selain itu, wanita yang mengalami rematik saat hamil cenderung akan melahirkan bayinya secara caesar. Pasalnya, setiap bentuk arthritis yang melibatkan daerah pinggul membuat persalinan normal (lewat vagina) menjadi lebih sulit.
2. Bayi lahir prematur
Wanita hamil yang mengalami rematik kemungkinan memiliki risiko kelahiran prematur yang lebih tinggi. Dalam sebuah penelitian pada tahun 2013, para periset dari Stanford University menemukan sebanyak 28 persen wanita melahirkan saat kehamilannya terlalu dini (kurang dari 37 minggu). Sementara itu, studi sebelumnya di tahun 2011 juga mencatat bahwa wanita dengan rematik memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan bayi prematur.
3. Melahirkan bayi berat lahir rendah (BBLR)
Data dari Taiwan National Health Insurance Research Dataset menunjukkan bahwa salah satu masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh wanita yang mengalami rematik saat hamil adalah melahirkan bayi dengan berat badan kurang. Teori ini diperkuat dengan sebuah penelitian di tahun 2009 yang menunjukkan bahwa wanita yang mengalami lebih banyak gejala rematik selama kehamilan lebih cenderung memiliki anak dengan berat lahir rendah.
4. Komplikasi kehamilan
Beberapa obat rematik dinilai dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan. Contohnya adalah disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs) yang apabila dikonsumsi dapat menjadi racun bagi janin. Oleh sebab itu, Anda wajib berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan obat yang tepat guna mengatasi rematik saat hamil.
Apa yang bisa dilakukan jika sudah punya rematik saat hamil?
Tidak semua wanita yang mengalami rematik terbebas dari nyeri sendi saat hamil. Hal inilah yang membuat sekitar 40-50 persen wanita hamil dengan rematik membutuhkan pengobatan untuk mengatasi rematik. Namun, tentu Anda tidak bisa sembarang mengonsumsi obat rematik tanpa resep dari dokter. Obat rematik yang aman untuk ibu hamil adalah prednisone steroid yang boleh dikonsumsi selama trimester kedua dan ketiga hingga saat menyusui.
Selain mengonsumsi obat, Anda harus tetap menjaga kesehatan kandungan dan diri Anda dengan menerapkan pola hidup yang lebih sehat, di antaranya:
- Makan makanan tinggi karbohidrat dan serat
- Mengendalikan kenaikan berat badan yang disarankan oleh dokter
- Berolahraga, atas persetujuan dokter
- Berhenti merokok dan minum alkohol
Meski ada risiko rematik saat hamil, tentunya hal ini bukan penghalang bagi Anda untuk merencanakan kehamilan. Yang paling penting adalah Anda dan pasangan wajib melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum hamil. Tanyakan pada dokter Anda tentang efek samping dari obat rematik yang Anda minum.
Bicarakan juga mengenai suplemen vitamin, minyak ikan, dan suplemen asam folat yang dapat membantu mengurangi risiko bayi lahir cacat. Dengan perawatan kehamilan yang baik, Anda tentu bisa menjalani kehamilan dengan lancar dan melahirkan bayi yang sehat.
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]