Keguguran alias miscarriage atau abortus adalah gagalnya kehamilan secara spontan sebelum usia kehamilan 20 minggu, atau sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Kebanyakan orang menganggap semua keguguran merupakan kondisi yang sama. Padahal, ada macam-macam jenis abortus yang bisa dialami oleh ibu hamil. Berikut penjelasannya.
Apa yang menyebabkan keguguran pada ibu hamil?
Terkadang, penyebab pasti dari keguguran sulit untuk diketahui. Akan tetapi, berdasarkan data dari Mayo Clinic, sekitar 50% abortus terjadi karena adanya gangguan kromosom pada janin.
Risiko keguguran juga bisa meningkat seiring dengan usia ibu hamil. Semakin tua usia ibu saat hamil, maka semakin rentan mengalami keguguran.
Diketahui, risiko keguguran mencapai 20% jika ibu hamil saat berusia 35 tahun. Risiko ini akan meningkat hingga 40% di usia 40 tahun dan terus bertambah hingga 80% saat memasuki usia 45 tahun.
Meski begitu, perlu diingat bahwa keguguran bukan menandakan ibu tidak bisa hamil kembali di kemudian hari.
Dilansir dari Cleveland Clinic, sekitar 87% wanita yang pernah mengalami keguguran bisa kembali hamil dan mengandung hingga tiba waktu persalinan.
Macam-macam jenis abortus
Sekitar 10-20% kehamilan bisa berakhir dengan keguguran. Namun, angka tersebut masih bisa lebih tinggi lagi.
Ini karena sebagian besar wanita tidak mengetahui bahwa ia hamil dan baru menyadarinya setelah keguguran.
Keguguran paling sering terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Keguguran perlu dibedakan dengan bayi yang meninggal setelah usia kehamilan 20 minggu.
Kondisi tersebut tidak disebut sebagai keguguran, melainkan bernama lahir mati (stillbirth).
Ada macam-macam jenis keguguran berdasarkan dunia medis. Beberapa di antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Abortus terancam
Ibu hamil yang mengalami abortus terancam biasanya akan mengeluhkan munculnya perdarahan dari jalan lahir berupa flek-flek yang berwarna merah terang atau agak kecokelatan.
Terkadang, kondisi ini juga disertai dengan kram perut bagian bawah atau nyeri punggung bawah.
Pada abortus terancam, leher rahim (serviks) masih tertutup sehingga janin masih hidup di dalam rahim dan umumnya masih bisa diselamatkan.
Jika Anda mengalami gejala di atas, segera datang ke dokter spesialis kandungan untuk dilakukan pemeriksaan dalam serta USG untuk mengetahui kondisi janin.
Ibu hamil dengan abortus terancam harus istirahat bed rest selama beberapa hari dan menghindari aktivitas yang terlalu berat, setidaknya selama dua minggu.
Bila Anda mengalami abortus terancum, satu dari macam-macam jenis abortus, Anda disarankan pula untuk tidak melakukan hubungan seksual karena dapat memicu terjadinya keguguran.
2. Abortus inkomplit
Pada abortus inkomplit, proses kehamilan tidak dapat dilanjutkan lagi karena serviks telah terbuka atau menipis, terlebih jika disertai ketuban pecah.
Akibatnya, sebagian dari janin telah keluar dari rahim. Ibu hamil akan mengalami perdarahan yang lebih banyak disertai rasa nyeri perut yang semakin berat.
Selain itu, pada darah yang keluar juga dapat ditemukan benda seperti daging yang keluar dari jalan lahir.