backup og meta

Mengenal Virus Langya, dari Gejala hingga Risiko Bahayanya

Mengenal Virus Langya, dari Gejala hingga Risiko Bahayanya

Sebuah virus baru bernama Langya henipavirus tengah ramai menjadi bahan perbincangan di seluruh dunia. Hingga artikel ini ditulis (11/8/2022), virus Langya diketahui telah menginfeksi sebanyak 35 orang di China.

Seberapa bahaya virus Langya? Bagaimana penularannya terjadi?

Apa itu virus Langya?

tikus dapat menularkan virus langya

Langya henipavirus (LayV) atau virus Langya adalah salah satu virus penyebab penyakit zoonosis, yang penularannya terjadi dari hewan ke manusia.

LayV masih tergolong satu keluarga dengan virus mematikan seperti virus Nipah dan virus Hendra.

Temuan terkait virus ini disampaikan dalam studi berjudul A Zoonotic Henipavirus in Febrile Patients in China yang diterbitkan pada Agustus 2022.

Studi tersebut merupakan bentuk tindak lanjut dari temuan terkait virus ini untuk pertama kalinya di Provinsi Shandong, China, pada tahun 2018.

Dalam waktu sekitar dua tahun, virus ini diketahui turut menginfeksi 34 orang lain yang tinggal di kawasan Shandong dan Henan.

Para peneliti juga menyebutkan, mayoritas penduduk yang mengalami penyakit infeksi ini bekerja sebagai petani.

Meski masih satu keluarga dengan virus mematikan seperti virus Nipah dan Hendra, hingga saat ini belum ada temuan kasus meninggal dunia akibat LayV.

Namun, infeksinya disebutkan dapat menyebabkan kemunculan gejala ringan hingga berat.

Gejala virus Langya

salah satu gejala virus langya yang paling sering muncul adalah demam

Gejala infeksi virus Langya berbeda pada masing-masing pengidapnya. Beberapa pasien yang terinfeksi bahkan tidak mengalami adanya gejala pada diri mereka.

Dari total 35 orang yang terinfeksi LayV, hanya 26 orang yang merasakan kemunculan gejala. Beberapa gejala virus Langya yang dilaporkan, meliputi:

  • demam (100%),
  • leukopenia atau sel darah putih rendah (54%),
  • kelelahan (54%),
  • gangguan makan anoreksia (50%),
  • batuk (50%),
  • myalgia atau nyeri otot (46%),
  • mual (38%),
  • sakit kepala (35%),
  • muntah (35%),
  • trombositopenia atau trombosit rendah (35%),
  • gangguan fungsi hati (35%), serta
  • gangguan fungsi ginjal (8%).

Jika Anda merasakan salah satu atau beberapa gejala di atas, segera konsultasikan ke dokter. Penanganan sedini mungkin membantu mencegah kondisi Anda bertambah parah.

Cara penularan virus Langya

Sama seperti penyakit zoonosis lain, penularan virus Langya terjadi dari hewan ke manusia. Penelitian menyebut, mamalia kecil seperti tikus menjadi rumah untuk virus ini sebelum kemudian menginfeksi manusia.

Tak hanya tikus, hewan peliharaan diketahui juga berpotensi menjadi perantara virus. Dalam studi disebutkan, hewan peliharaan yang dapat menjadi perantara penularan virus ini antara lain anjing (5%) dan kambing (2%).

Meski demikian, hingga saat ini belum ada hasil studi yang mendapati penyebaran virus Langya dari manusia ke manusia lainnya.

Peneliti juga telah melakukan pelacakan pada beberapa pasien terinfeksi, yang mana hasilnya tidak menunjukkan adanya penularan LayV pada anggota keluarga mereka.

Akan tetapi, peneliti belum dapat memastikan apakah virus ini benar-benar tidak dapat menular antar manusia karena kecilnya sampel yang mereka miliki. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikannya.

Selain itu, peneliti juga mengingatkan agar masyarakat tetap waspada dengan adanya virus ini. Apalagi, pandemi COVID-19 yang masih berlangsung sampai saat ini juga berawal dari penyakit zoonosis.

Pengobatan yang tersedia

Langya henipavirus masih tergolong baru. Maka dari itu, sampai saat ini belum ada pengobatan khusus yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi infeksinya.

Selain itu, vaksin untuk mencegah penularan henipavirus juga belum tersedia. Jika Anda merasakan gejala infeksi virus ini, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan sedini mungkin.

Seberapa bahaya virus Langya?

LayV tergolong sebagai henipavirus, sama seperti virus Nipah dan Hendra. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kedua virus tersebut memiliki persentase case fatality rate (kasus kematian akibat penyakit) sebesar 40 hingga 75 persen.

Apalagi, hingga saat ini belum ada vaksin yang bisa digunakan untuk melawan henipavirus. Namun, belum adanya temuan kasus meninggal dunia terkait infeksi LayV mungkin dapat membuat Anda sedikit bernapas lega.

Selain itu, beberapa ilmuwan juga menyebut bahwa risiko virus ini menjadi epidemi atau pandemi masih kecil karena belum terbukti dapat menular dari manusia ke manusia.

Meski begitu, tidak ada salahnya Anda tetap waspada dengan kehadiran LayV.

Kesimpulan

Virus Langya adalah virus penyebab penyakit zoonosis yang dengan gejala berupa demam, sakit kepala, kelelahan, anoreksia, hingga gangguan fungsi hati dan ginjal.
Hingga saat ini, belum ada temuan kasus meninggal dunia akibat virus ini. Penyebarannya pun masih terbatas dari hewan ke manusia.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

New Potentially Fatal Langya Virus Identified in China—Here’s What You Need to Know. (2022). Retrieved 11 August 2022, from https://www.prevention.com/health/health-conditions/a40859425/what-is-langya-henipavirus/

Newly-discovered Langya virus infects 35 people in China. (2022). Retrieved 11 August 2022, from https://www.livescience.com/china-detects-new-langyu-virus

Langya Virus Zoonotic Spillover in Eastern China. (2022). Retrieved 11 August 2022, from https://www.contagionlive.com/view/langya-virus-zoonotic-spillover-in-eastern-china

Newly identified Langya virus tracked after China reports dozens of cases. (2022). Retrieved 11 August 2022, from https://www.theguardian.com/science/2022/aug/10/newly-identified-langya-virus-tracked-after-china-reports-dozens-of-cases

New Langya virus that may have spilled over from animals infects dozens. (2022). Retrieved 11 August 2022, from https://www.washingtonpost.com/health/2022/08/10/langya-virus-china-shrews-henipavirus/

Versi Terbaru

07/09/2023

Ditulis oleh Bayu Galih Permana

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Demam Lassa, Infeksi Virus dari Urine dan Feses Tikus

Virus RSV


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Bayu Galih Permana · Tanggal diperbarui 07/09/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan