Sebagai salah satu negara dengan kasus malaria yang tinggi, deteksi dini sangat penting dilakukan untuk mengendalikan penyebaran malaria di Indonesia. Mengingat beberapa layanan kesehatan mungkin tidak bisa mendeteksi malaria melalui pemeriksaan berbasis laboratorium, RDT bisa menjadi solusinya.
Lantas, bagaimana prosedur pemeriksaan RDT dilakukan? Apa saja kelebihan dan kekurangan jenis pemeriksaan ini? Temukan jawabannya melalui uraian berikut.
Apa itu pemeriksaan RDT malaria?
Rapid diagnostic test (RDT) malaria adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis malaria.
Prosedur ini biasanya dilakukan jika diagnosis berbasis mikroskop di suatu wilayah tidak tersedia atau kurang memadai.
RDT bekerja dengan cara mendeteksi antigen spesifik (protein) dalam sampel darah pasien yang dihasilkan oleh parasit penyebab malaria, yaitu Plasmodium.
Hasil diagnosis dengan RDT akan keluar dalam waktu 15–20 menit setelah pemeriksaan.
Karena itulah, RDT diharapkan bisa mendeteksi malaria lebih cepat sehingga pasien bisa mendapatkan pertolongan sedini mungkin.
Kelebihan dan manfaat RDT malaria
Keberadaan RDT malaria sangat membantu proses diagnosis di daerah-daerah terpencil, yang biasanya tidak menyediakan tes berbasis mikroskopis.
Prosedur ini juga mempercepat proses diagnosis bila pasien datang di luar jam kerja ketika laboratorium tidak buka.
Di samping itu, berikut adalah manfaat lain yang bisa diperoleh dari penggunaan rapid diagnostic test sebagai prosedur diagnosis malaria.
- Pemeriksaan cenderung lebih sederhana sehingga petugas kesehatan tidak membutuhkan pelatihan khusus seperti dalam pemeriksaan mikroskopis.
- Dapat digunakan dalam kondisi luar biasa (KLB) atau pendataan malaria di wilayah tertentu karena hasil tes keluar lebih cepat dan biayanya relatif lebih terjangkau.
- Lebih peka dalam mendeteksi varian parasit Plasmodium falciparum dibandingkan metode mikroskopis.
Kekurangan pemeriksaan malaria dengan RDT
Meski bisa membantu diagnosis malaria, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa RDT tidak bisa menggantikan pemeriksaan mikroskopis.
Berikut adalah beberapa kekurangan RDT yang membuatnya tetap membutuhkan konfirmasi pemeriksaan mikroskopis.
- RDT HRP-2 (indikator P. falciparum) bisa menunjukkan hasil positif sampai dua minggu setelah pengobatan malaria. Padahal, pemeriksaan mikroskopis biasanya sudah tidak menunjukkan hasil positif.
- Akurasi dalam mendeteksi beberapa jenis malaria, seperti P. ovale, P. malariae, dan P. vivax, tidak sebaik P. falciparum.
- Beberapa RDT hanya bisa mendeteksi P. falciparum saja sehingga risiko false negative tinggi.
- RDT tidak bisa menunjukkan jumlah parasit dalam tubuh.
Dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangannya, ikuti saran dokter untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang terbaik berdasarkan kondisi Anda.
Prosedur pemeriksaan RDT malaria
Anda tidak membutuhkan persiapan khusus sebelum menjalani pemeriksaan RDT karena tes ini dilakukan dengan pengambilan sampel darah seperti pada umumnya.
Lebih jelasnya, berikut adalah cara pemeriksaan malaria menggunakan metode RDT.
- Mengambil sampel darah dengan cara menusuk jari pasien yang sudah terlebih dahulu diolesi alkohol supaya steril.
- Mencampurkan sampel darah dengan lysing agent dalam strip tes atau wadah khusus. Ini bertujuan untuk memecah sel darah merah ada sehingga lebih banyak protein parasit yang dilepaskan.
- Campuran sampel darah akan diteteskan ke dalam kaset plastik (wadah khusus) yang memiliki strip nitroselulosa di bawahnya. Wadah ini terdiri dari lubang sampel dan buffer.
- Tunggu selama 15–20 menit sampai terlihat perubahan warna pada bagian results window.
Hasil pemeriksaan positif malaria dengan RDT akan ditunjukkan dengan munculnya garis berwarna pada bagian test line dan control line dalam results window.
Jika hasil tes tidak menunjukkan garis sama sekali atau hanya muncul pada bagian test line, pemeriksaan perlu diulang karena hasil dinilai tidak valid.
Berapa akurasi hasil pemeriksaan malaria dengan RDT?
Diagnosis malaria dengan rapid diagnostic test memang cukup umum dilakukan, tetapi tingkat akurasinya belum diketahui pasti.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi tingkat akurasi hasil pemeriksaan RDT.
- Merk alat yang digunakan. Beberapa merk RDT mungkin tidak bisa mendeteksi jenis malaria yang jarang menginfeksi, seperti P. ovale dan P. malariae.
- Ketepatan teknik yang digunakan petugas medis dalam melakukan pemeriksaan dan penafsiran hasil.
- Jumlah parasit di dalam darah. Contohnya, tingkat sensitivitas RDT bisa mencapai lebih dari 95% jika jumlah parasit P. falciparum >100µl. Semakin sedikit jumlah parasit, semakin rendah sensitivitas RDT.
Meski tidak bisa menggantikan pemeriksaan melalui mikroskopis, rapid diagnostic test sangat membantu dalam proses diagnosis awal malaria.
Hal ini sangat dibutuhkan mengingat deteksi dini adalah cara terbaik untuk mencegah penyebaran malaria sekaligus mengoptimalkan pengobatannya.
Kesimpulan
- RDT (rapid diagnostic test) adalah salah satu metode diagnosis malaria dengan cara mendeteksi parasit di dalam sampel darah.
- Kelebihan metode ini adalah dapat dilakukan di wilayah yang tidak memiliki laboratorium memadai, biayanya relatif terjangkau, dan memberikan hasil lebih cepat.
- Kekurangan rapid diagnostic test adalah keterbatasan beberapa alat yang mungkin hanya bisa mendeteksi jenis malaria parasit tertentu, terutama P. falciparum.
- RDT dilakukan dengan cara mengambil sampel darah pada jari pasien. Setelah itu, sampel darah akan dimasukkan ke dalam wadah khusus. Positif malaria ditandai dengan dua garis pada bagian result window di wadah tersebut.