weight: 400;”>Baca semua artikel tentang coronavirus (COVID-19) di sini.
Setelah hampir dua bulan tidak memiliki kasus baru, pemerintah kota Beijing, Tiongkok pekan lalu melaporkan kemunculan kembali kasus COVID-19 di wilayahnya. Otoritas kesehatan setempat menanggapi ini dengan mewajibkan tes asam nukleat bagi orang-orang yang berisiko tinggi terjangkit COVID-19.
Kemunculan kasus baru COVID-19 di Beijing
Beijing secara resmi mengumumkan lebih dari 100 kasus baru COVID-19 pada Minggu (14/6). Ini merupakan klaster penularan pertama yang dilaporkan setelah kota tersebut memberlakukan lockdown selama hampir dua bulan.
Sumber penularan dan seberapa luas cakupannya masih diselidiki. Meski begitu, ada bukti kuat bahwa penularan berawal dari aktivitas masyarakat di pasar grosir Xinfadi. Laporan terbaru menyebutkan ada 67 kasus COVID-19 baru di pasar tersebut.
Guna mencegah gelombang kedua COVID-19, otoritas kesehatan Beijing melakukan tes asam nukleat pada lebih dari 200.000 orang yang mengunjungi pasar Xinfadi hingga 30 Mei. Pelaksanaan tes COVID-19 ini melibatkan lebih dari 79 institusi di seluruh penjuru kota.
Pada Minggu (15/6), Beijing kembali mengadakan tes asam nukleat pada 75.499 sampel dengan 59 orang dinyatakan positif. Jika ditambah dengan kasus sebelumnya, total kasus di Tiongkok kini mencapai 83.181 orang dengan 177 kasus aktif.
Saat ini, lebih dari 8.000 pedagang di pasar Xinfadi sudah diperiksa dan terus dipantau kondisinya. Sebanyak 3.852 orang yang berkontak dekat dengan pasien masih berada dalam pengawasan medis, sedangkan 392 orang sudah dinyatakan aman.
[covid_19]
Selain mendeteksi kasus baru COVID-19, para peneliti di Beijing juga menggunakan tes asam nukleat untuk mengetahui asal virus tersebut. Coronavirus yang ditemukan di pasar Xinfadi ternyata merupakan kasus impor dari Eropa.
Pemerintah setempat kini telah menutup pasar Xinfadi dan lima pasar lain yang sejenis. Mereka juga kembali membatasi perjalanan udara setelah menemukan 17 kasus positif pada penumpang.
Mengenal tes asam nukleat untuk COVID-19
Beberapa gejala COVID-19 sangat mirip gangguan pernapasan umum. Di sisi lain, banyak pula pasien COVID-19 yang tidak bergejala sehingga tidak terdeteksi. Oleh sebab itu, diperlukan tes khusus yang bisa mendeteksi penyakit ini secara akurat.
Secara umum, ada dua jenis tes yang digunakan untuk mendiagnosis COVID-19. Tes pertama adalah rapid test atau tes antibodi. Metode ini tidak mendeteksi SARS-CoV-2 secara langsung, melainkan antibodi pasien COVID-19 yang dibentuk sistem imun setelah terkena virus.
Menurut American Society for Microbiology, tes antibodi dapat menunjukkan siapa yang pernah terinfeksi virus, tapi tidak memberitahu apakah virus tersebut masih ada. Tes ini juga perlu diulang karena antibodi bisa saja baru terbentuk setelah tes dilakukan.
Metode kedua untuk mendeteksi COVID-19 adalah tes asam nukleat. Tes ini dilakukan dengan melihat bahan genetik (RNA) virus pada sampel lendir hidung dan tenggorokan. Jika terdapat RNA pada sampel, berarti virus masih ada dan pasien dinyatakan positif.
Siapa yang perlu menjalani tes asam nukleat?
Menyusul banyaknya laporan kasus baru, kota Beijing memperluas cakupan tes asam nukleat hingga lebih dari 90.000 sampel setiap hari. Badan pengendalian penyakit kota tersebut kini fokus melakukan tes asam nukleat pada orang yang dinilai berisiko tinggi terjangkit COVID-19.
Berikut kriterianya:
- Pasien COVID-19 dan semua orang yang berkontak dekat dengannya.
- Pasien yang datang ke klinik untuk perawatan demam.
- Pasien yang membutuhkan perawatan darurat di rumah sakit atau menderita gangguan pernapasan.
- Orang dari luar negeri yang datang ke Tiongkok lewat Beijing.
- Orang yang baru kembali dari Wuhan dan akan selesai dikarantina.
- Pegawai komite pusat dan pemerintah yang tiba di Beijing setelah bepergian ke wilayah berisiko rendah.
- Kedatangan domestik di Beijing yang menginap di hotel.
- Murid kelas tiga SMP dan SMA, guru, serta staf sekolah yang pulang ke Beijing setelah bepergian dari wilayah atau negara lain.
Begini Prosedur Tes Swab COVID-19 yang Katanya Bikin Sakit dan Geli