Sebagai salah satu upaya menekan laju kasus COVID-19, pemerintah terus menggalakkan pemberian vaksin di seluruh daerah. Meski informasi vaksin COVID-19 sudah cukup berlimpah, namun masih ada sebagian warga yang tidak mau mendapatkan vaksin COVID-19. Menurut studi, tidak mendapat vaksin COVID-19 berpotensi menimbulkan risiko yang dapat merugikan diri sendiri juga orang-orang di sekitar. Apa saja risiko yang dihadapi?
Apa saja risiko yang dihadapi jika tidak mendapat vaksin COVID-19?
Vaksin merupakan produk yang dibuat sedemikian rupa untuk membantu membentuk kekebalan atau imunitas tubuh terhadap suatu penyakit. Sementara COVID-19 merupakan wabah penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 dan mampu menyerang berbagai sistem organ.
Salah satu cara untuk mengurangi keparahan gejala penyakit dan risiko kematian yang diakibatkannya adalah dengan pemberian vaksinasi.
Akan tetapi, masih ada sebagian masyarakat yang belum atau bahkan memilih tidak divaksin karena alasan-alasan tertentu. Fenomena tersebut tak hanya terjadi di Indonesia, namun di berbagai belahan negara lain. Menurut data Lembaga Survei Indonesia, salah satu alasannya adalah sebanyak 26,5% warga Indonesia masih belum yakin dengan keamanan vaksin COVID-19.
Padahal setiap jenis vaksin yang kini dipergunakan telah melalui uji klinis tahap 2 dan 3 serta telah disetujui oleh WHO dan BPOM. Di Indonesia sendiri sudah ada 6 jenis vaksin COVID-19 yang tengah dipergunakan. Siapa pun bisa mendapatkan vaksin COVID-19 dengan gratis.
Belum atau memilih tidak mendapat vaksin meski memenuhi syarat vaksinasi sama artinya dengan menempatkan diri dalam risiko tinggi. Apa saja bahaya yang bisa muncul jika tidak vaksin COVID-19?
1. Mengalami gejala COVID-19 lebih berat
Mendapatkan vaksinasi COVID-19 memang tidak akan membuat tubuh Anda 100% kebal dari penularan COVID-19. Akan tetapi, vaksinasi terbukti berhasil mengurangi tingkat keparahan gejala hingga risiko kematian jika terpapar virus.
Sebuah studi dari CDC Amerika Serikat menyatakan bahwa orang-orang yang belum divaksin memiliki peluang 10 kali lebih besar untuk dirawat inap di rumah sakit akibat COVID-19 dan meningkatkan risiko kematian 11 kali lebih tinggi akibat infeksi COVID-19.
Studi tersebut menjelaskan bahwa sistem imun orang yang belum mendapat vaksin bisa merespons dan bekerja melawan infeksi ketika terpapar virus penyebab COVID-19. Namun proses tersebut membutuhkan waktu jauh lebih lama hingga berminggu-minggu dibandingkan orang yang mendapat vaksin.
Dalam kurun waktu tersebut, virus biasanya sudah telanjur menyebabkan berbagai kerusakan pada organ tubuh dan menimbulkan gejala-gejala COVID-19 berat bahkan berisiko pada kematian.
Dengan mendapatkan vaksin COVID-19, Anda tidak perlu menghadapi risiko tersebut. Vaksin membantu sistem imun tubuh membangun antibodi lebih cepat dan kuat dalam membasmi virus COVID-19 dengan optimal.
2. Berisiko terkena Long COVID
Tidak hanya terancam risiko gejala berat dan kematian, orang yang tidak mendapatkan vaksin COVID-19 juga lebih rentan mengalami kondisi yang disebut dengan long COVID.
Long COVID, atau yang disebut juga dengan istilah post acute sequelae syndrome of SARS-CoV-2, adalah gejala sisa yang bertahan setelah pasien COVID-19 dinyatakan negatif. Gejala-gejala sisa tersebut biasanya akan muncul selama berminggu-minggu hingga berbulan-bulan setelah pasien sembuh dari COVID-19.
Long COVID ditandai dengan gejala yang beragam, mulai dari sesak napas, kelelahan, hingga penurunan kemampuan berpikir (brain fog). Kabarnya, apabila seseorang yang sudah divaksin terkena COVID-19, risiko untuk terkena long COVID akan menurun sebanyak 49%.
Hal ini didukung oleh studi dari The Lancet Infectious Diseases. Vaksin COVID-19 tidak hanya menurunkan risiko munculnya gejala berat, tetapi juga mengurangi peluang terkena efek jangka panjang setelah sembuh.