backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

3 Cara Cepat dan Jitu Atasi Perut Panas Setelah Makan Pedas

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    3 Cara Cepat dan Jitu Atasi Perut Panas Setelah Makan Pedas

    Bagi sebagian orang, kurang lengkap rasanya jika makan tanpa sambal. Namun, umumnya, makan pedas yang berlebihan bisa menyebabkan rasa panas pada perut, mulas, dan akhirnya membuat Anda bolak-balik ke kamar mandi akibat gangguan pencernaan. Jika sudah begini bagaimana mengatasi perut panas akibat makan pedas?

    Bagaimana mengatasi perut panas akibat makan pedas?

    Hal yang wajar jika perut Anda panas setelah makan pedas. Makanan pedas akan merangsang sistem pencernaan dan meningkatkan suhu tubuh. Sebenarnya, sensasi ini disebabkan oleh zat capsaicin yang terkandung dalam cabai.

    Jadi, saat capsaicin bersentuhan dengan lapisan lambung, saraf yang ada di bagian tersebut langsung mengirimkan sinyal rasa sakit dan panas.

    Namun, reaksi ini tidak berlaku untuk semua orang. Beberapa orang mungkin bisa makan pedas dengan nyaman, dan lainnya mungkin mengalami perut panas, mulas, atau kram perut.

    Belum banyak penelitian yang membahas mengapa setiap orang memiliki reaksi yang berbeda saat makan makanan pedas. Nah, jika Anda termasuk orang yang mudah perutnya terasa panas akibat makan pedas, Anda bisa atasi dengan beberapa cara mudah ini.

    Berikut beberapa cara untuk mengatasi perut panas akibat makanan pedas.

    1. Minum teh peppermint

    perbedaan teh hijau dan teh hitam

    Peppermint dapat membantu mengatasi masalah pencernaan, termasuk irritable bowel syndrome (IBS), kram perut, mual, muntah, dan perut kembung. Peppermint memiliki zat antinyeri yang dapat mengurangi rasa nyeri perut dan perut panas.

    Beberapa penelitian telah dilakukan , suplemen peppermint terbukti dapat mengurangi gejala mulas, asam lambung naik, muntah, sakit kepala karena sakit perut.

    Selain lewat suplemen herbal, Anda bisa segera hirup aromaterapi peppermint atau seduh daun peppermint kering dan minum selagi hangat untuk menenangkan perut Anda.

    2. Minum air jahe

    cara mengatasi nyeri haid

    Sebuah penelitian menunjukkan bahwa jahe mungkin efektif dalam mengobati kondisi seperti muntah, mual, dan nyeri ulu hati.

    Meskipun jahe dianggap relatif aman bagi sebagian besar orang, ibu hamil disarankan untuk membatasi asupan jahe yaitu maksimal 1 gram per hari. Sementara bayi di bawah usia dua tahun umumnya tidak boleh mengonsumsi produk jahe dalam bentuk apapun.

    Kandungan phenolic dalam jahe berfungsi untuk meredakan gejala iritasi organ pencernaan, menstimulasi air liur, mencegah terjadinya kontraksi pada perut, hingga membantu pergerakan makanan dan minuman selama berada di pencernaan.

    Jahe juga disebut sebagai carminative, suatu substansi yang dapat membantu mengeluarkan gas berlebih yang ada di sistem pencernaan Anda. Masalah pencernaan seperti kolik dan dispepsia dapat diatasi dengan jahe.

    Cara umum untuk membuat air jahe di rumah adalah

    • Parut 1,5 sendok teh jahe segar
    • Rebus 4 gelas air
    • Tambahkan jahe ke dalam air
    • Biarkan jahe meresap selama sekitar 5-10 menit
    • Saring airnya untuk memisahkan parutan jahe
    • Air jahe dapat diminum baik panas maupun dingin.

    3. Hindari rokok, alkohol, atau kafein

    Merokok setelah makan justru dapat memperparah rasa perut panas. Hal ini karena merokok dapat melemahkan kinerja otot pada lambung yang berfungsi mencegah asam lambung naik ke tenggorokan. Kafein dan alkohol juga akan memberi efek yang sama pada perut Anda.

    Penting bagi Anda untuk tetap waspada terhadap rasa panas di perut. Jika Anda tidak mengalami perbaikan atau terjadi terus menerus lebih dari 3 jam, maka segera hubungi dokter Anda. Kemungkinan Anda menderita luka di lambung (ulkus peptikum) dapat terjadi dan membutuhkan penanganan yang tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Andisa Shabrina · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan