Sebelum menikah, setiap orang tentu sudah punya pola kepribadian dan sifat-sifat yang khas. Pola kepribadian dibentuk dari asuhan atau didikan yang diperoleh sepanjang hidup setiap orang. Nah, di dalam pernikahan, dua orang dengan kepribadian yang bisa jadi jauh berbeda akan disatukan menjadi paket yang tak terpisahkan. Oleh karena itu, jika Anda memutuskan untuk mengikat janji pernikahan, bersiaplah juga untuk menjalani perubahan-perubahan dalam kehidupan Anda. Perubahan ini bisa jadi datang dari dalam diri Anda sendiri, yaitu perubahan sifat setelah menikah. Mungkinkah sifat atau watak seseorang berubah setelah menikah? Cari tahu jawabannya di sini, yuk.
Apa yang bisa membuat seseorang berubah setelah menikah?
Banyak hal bisa terjadi, seperti berubahnya cara pandang Anda terhadap pasangan. Ia bukan lagi seorang kekasih melainkan pasangan hidup. Cara Anda bekerja juga bisa menjadi berbeda, dulu kerja hanya untuk kebahagiaan pribadi dan mungkin untuk beberapa orang untuk orangtua juga, tapi setelah menikah bekerja juga untuk membiayai kehidupan bersama.
Cara bertengkar pun bisa ikut berubah setelah menikah. Kedewasaan mulai timbul dalam berumah tangga dan semakin berpikir rasional dalam menghadapi pasangan. Selain itu, cara Anda melihat masa depan juga akan berbeda dengan apa yang Anda pikirkan saat masih sendiri. Memikirkan tempat tinggal bersama, kebutuhan anak, pendidikan anak, dan lain sebagainya. Banyak sekali yang akan terjadi dalam pernikahan Anda. Bahkan tidak hanya hal-hal tersebut, kepribadian Anda pun bisa menjadi ikut berubah setelah menikah karena faktor-faktor di atas.
Apakah benar menikah bisa mengubah kepribadian?
Menurut penelitian, menikah membuat Anda jadi orang yang lebih pemaaf sekaligus meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan diri. Peneliti dari Tilburg University di Belanda ini berpendapat bahwa kedua kualitas ini penting bagi rumah tangga yang bahagia.
Namun, apa yang dimaksud memaafkan dan mengendalikan diri dalam penelitian ini? Memaafkan merupakan keputusan untuk melepaskan perasaan menerima terhadap perlakuan seseorang. Dengan memaafkan, Anda berusaha mengurangi perasaan negatif terhadap orang lain.
Sedangkan pengendalian diri merupakan kemampuan untuk mengelola pikiran, perasaan, dan dorongan yang dirasakan dengan memberikan respon yang tepat. Pengendalian diri bisa mencegah Anda terbawa emosi, sementara memaafkan membantu Anda untuk terus melanjutkan hubungan yang harmonis dari waktu ke waktu bersama pasangan Anda.
Penelitian tersebut melibatkan 200 pengantin baru dan menemukan bahwa pengendalian diri dan sifat memaafkan meningkat di antara pasangan setelah menikah empat tahun lamanya. Pada penelitian ini, sejak tiga bulan menikah, pengantin baru disajikan dengan serangkaian pernyataan tentang kemampuan memaafkan dan mengendalikan diri.
Contoh pernyataannya yaitu, “Ketika pasangan saya salah, saya memaafkan dan melupakannya saja.’
Peserta diminta untuk memberi skor sejauh mana mereka setuju dengan pernyataan tersebut. Lalu empat tahun kemudian, para peneliti memberikan pernyataan yang sama pada para peserta. Nah, hasilnya menunjukan bahwa memang ada peningkatan kemampuan mengendalikan diri serta munculnya sifat pemaaf.