backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Apakah Masturbasi Dapat Menyebabkan Disfungsi Ereksi?

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh dr. Jessica Yulianti · Tanggal diperbarui 22/02/2021

    Apakah Masturbasi Dapat Menyebabkan Disfungsi Ereksi?

    Beberapa orang percaya bahwa masturbasi dapat sebabkan disfungsi ereksi. Ketika seseorang mengalami impotensi, banyak di antara mereka yang terbiasa untuk langsung mengaitkan dengan kebiasaan onani yang mereka jalani. Namun, apa benar akibat masturbasi salah satunya adalah bisa bikin seorang pria mengalami impotensi?

    Apakah masturbasi sebabkan disfungsi ereksi?

    masturbasi menyebabkan jerawat

    Jawabannya adalah tidak. Pernyataan yang mengatakan bahwa masturbasi sebabkan impotensi hanyalah sebuah mitos. Masturbasi adalah kegiatan yang umum dan bermanfaat.  Kegiatan masturbasi juga tidak membawa akibat pada kualitas atau frekuensi ereksi.

    Penelitian menunjukkan bahwa kegiatan yang satu ini sangat umum dilakukan di semua usia. Hasil survei mengatakan bahwa sekitar 74 persen pria melaporkan melakukan masturbasi. Sedangkan wanita berada di angka lebih rendah, yaitu 48,1.

    Sebagian besar pria mungkin mengalami kesulitan mendapatkan atau mempertahankan ereksi pada titik tertentu dalam kehidupan mereka. Kondisi kesulitan mencapai ereksi inilah yang kemudian disebut sebagai disfungsi ereksi (DE).

    Manfaat masturbasi bagi kesehatan

    Alih-alih membawa akibat fatal, masturbasi justru disebut-sebut memiliki manfaat kesehatan. Menurut Planned Parenthood, masturbasi dapat membantu melepaskan ketegangan, mengurangi stres, dan membantu tidur.

    Meski tidak sebabkan disfungsi ereksi, bukan berarti seorang pria segera dapat ereksi lagi setelah melakukan masturbasi. Periode ini disebut dengan periode refraktori pria. Kondisi ini tentu berbeda dengan impotensi alias disfungsi ereksi. Periode refraktori pria adalah waktu pemulihan sebelum pria dapat ereksi lagi setelah ejakulasi.

    Terdapat satu studi yang dilakukan terhadap seorang pria. Ia memercayai bahwa kebiasaan masturbasi yang dia lakukan sebabkan impotensi, sehingga tidak bisa mencapai ereksi. Ia pun berniat mengakhiri pernikahannya yang hampir saja berujung perceraian.

    Ia kemudian menjalani konsultasi ke dokter dan didiagnosis mengalami gangguan depresi berat. Setelah melakukan konseling seks dan pergi ke terapis perkawinan, pria ini dan pasangannya pun dapat melakukan hubungan seksual dalam beberapa bulan.

    Studi lain juga meminta responden untuk meningkatkan komunikasi dan pemahaman mereka tentang kebiasaan seksual masing-masing pasangan. Meski tidak disebutkan masturbasi dalam penelitian ini, mereka yang menjalani komunikasi dengan baik bersama pasangannya, memiliki keluhan impotensi yang lebih rendah.

    Secara umum, para peneliti percaya bahwa masturbasi tidak sebabkan impotensi (disfungsi ereksi). Justru, kesulitan mendapatkan dan mempertahankan ereksi, baik selama masturbasi atau saat berhubungan seks, justru merupakan tanda dari kondisi lain.

    Kenapa seseorang mengalami impotensi?

    obesitas

    Usia diperkirakan merupakan faktor paling signifikan yang sebabkan seseorang mengalami impotensi, bukan masturbasi. Umumnya, disfungsi ereksi terjadi pada pria di atas 40 tahun.

    Sekitar 40% dari pria yang berusia 40 tahun biasanya terpengaruh hingga batas tertentu. Namun, kemungkinan seseorang akan mengalami disfungsi ereksi lengkap, atau ketidakmampuan untuk ereksi, akan naik sebanyak 15 persen pada usia 70 tahun.

    Beberapa faktor lain yang bisa menyebabkan seseorang mengalami impotensi, termasuk:

    • Diabetes
    • Kegemukan
    • Penyakit jantung
    • Adanya gejala gangguan saluran kemih bagian bawah (masalah kandung kemih, prostat, atau uretra)
    • Alkohol dan rokok

    Disfungsi ereksi pada pria yang lebih muda

    Kini kita telah mengetahui bahwa masturbasi tidak sebabkan impotensi. Sebenarnya, penyebab paling umum disfungsi ereksi adalah kondisi usia atau beberapa kondisi kesehatan lainnya. Meski begitu, disfungsi ereksi bisa saja menimpa mereka yang berusia lebih muda.

    Sebuah studi pada tahun 2013 menemukan fakta bahwa sebanyak seperempat pria di bawah 40 tahun mendapatkan diagnosis impotensi. Kondisi ini bisa jadi disebabkan oleh faktor psikologis atau emosional. Apalagi, pria yang lebih muda juga memiliki kadar testosteron yang lebih tinggi dalam tubuh mereka dan cenderung memiliki beberapa faktor risiko lain untuk disfungsi ereksi.

    Beberapa faktor yang menyebabkan disfungsi ereksi pada pria yang lebih muda, antara lain:

    • Stres
    • Kecemasan
    • Depresi, gangguan stres pasca-trauma, gangguan bipolar, atau dalam pengobatan untuk penyakit-penyakit ini
    • Kegemukan
    • Insomnia atau kurang tidur
    • Masalah saluran kemih
    • Cedera tulang belakang, multiple sclerosis, atau spina bifida
    • Memiliki pekerjaan dengan stres yang tinggi

    Pornografi dan disfungsi ereksi

    kecanduan pornografi

    Seperti halnya mitos soal masturbasi sebabkan impotensi, belum ada pula bukti yang menunjukkan bahwa menonton film porno menyebabkan disfungsi ereksi. Para peneliti bahkan percaya bahwa pornografi justru dapat memengaruhi kemampuan pria untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi.

    Meski ada peneliti yang percaya bahwa pornografi tidak menyebabkan impotensi, terdapat hasil survei yang menunjukkan bahwa meningkatnya akses pornografi di internet beriringan dengan meningkatnya diagnosis disfungsi ereksi pada pria di bawah 40 tahun.

    Argumen beberapa peneliti menyebutkan bahwa hal ini disebabkan oleh paparan pornografi di internet mengurangi sensitivitas seorang pria terhadap rangsangan seksual di dunia nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa karakteristik pornografi internet yang tak terbatas. Para peneliti tersebut berpikir bahwa hal ini menyebabkan ekspektasi yang tidak terpenuhi di dunia nyata, sehingga menyebabkan gairah seksual menurun dan sulit mencapai ereksi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh dr. Jessica Yulianti · Tanggal diperbarui 22/02/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan