backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Sering Menghakimi Orang Lain? Berikut Dampak Buruknya Bagi Anda

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 30/03/2021

    Sering Menghakimi Orang Lain? Berikut Dampak Buruknya Bagi Anda

    Sadar atau tidak, menghakimi orang lain bisa menjadi kebiasaan yang dapat melukai perasaan orang yang bersangkutan. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa kebiasaan ini juga berdampak buruk terhadap diri sendiri?

    Dampak menghakimi orang lain terhadap diri sendiri

    Mengkritik dan menghakimi orang lain tanpa tahu latar belakang apa yang membuat mereka seperti itu ternyata bisa menimbulkan efek buruk bagi si pengkritik. Hal ini juga berlaku jika Anda melakukannya pada orang yang sebenarnya tidak begitu dikenal. 

    Ini dia beberapa dampak buruk yang bisa muncul: 

    1. Membuat hubungan lebih renggang

    pacar sahabat cemburu

    Salah satu dampak dari menghakimi orang lain adalah memperburuk hubungan Anda dengan orang yang dikritik. 

    Jika mereka mengetahui bahwa Anda sering menghakiminya, kebiasaan tersebut bisa menjadi penghalang dalam menjalin hubungan sehari-hari.

    Kemungkinan besar orang tersebut akan menjauhi Anda karena merasa takut atau tidak tahan dengan kritikan dan penghakiman Anda. 

    Akibatnya, hubungan Anda berdua mungkin jadi tak sedekat sebelumnya. Tidak jarang, perilaku buruk ini juga membuat Anda kehilangan teman atau koneksi.

    2. Menghambat perkembangan diri sendiri

    kenapa saya masih jomblo

    Selain membuat hubungan dengan orang lain lebih renggang, menghakimi orang juga menghambat perkembangan diri sendiri.

    Biasanya, orang yang suka menghakimi orang lain tak sadar bahwa dirinya juga melakukan hal yang sama. 

    Seperti kata pepatah, gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di ujung lautan tampak jelas.  Artinya, kesalahan orang lain tampak sangat jelas sementara kekeliruan diri sendiri tak terlihat.

    Akibatnya, Anda lebih senang melihat kesalahan orang lain untuk menyenangkan diri sendiri tanpa sadar bahwa Anda juga perlu memperbaiki diri.

    Oleh karena itu, sering menghakimi orang lain membuat perkembangan diri sendiri menjadi terhambat.

    3. Melelahkan jiwa dan pikiran

    mengatasi rasa sedih

    Terlalu banyak menghabiskan waktu dengan mengkritik orang lain tentu dapat melelahkan diri sendiri. Mungkin awalnya menyenangkan bagi Anda. Hanya saja kesenangan tersebut cuma akan bertahan di awal saja. 

    Secara tak sadar, kebiasaan ini bisa menguras energi secara perlahan. Ini karena Anda akan terus berpikir sisi mana lagi yang bisa dikritik dari seseorang.

    Oleh karena itu, coba lihat nilai yang lebih baik dalam sisi seseorang yang mungkin tidak Anda sadari. Jangan habiskan energi Anda untuk menghakimi orang lain hanya karena satu kesalahannya saja. 

    Selain melelahkan, tindakan ini bisa membuat Anda terlihat buruk di mata orang lain. Jika Anda terus menceritakan keburukan seseorang pada orang lain, bukan tidak mungkin orang yang mendengarkan merasa muak.

    4. Membuat Anda takut menjadi diri sendiri

    takut berhubungan intim

    Seperti yang dilansir dari laman Psychology Today, mengkritik orang lain juga membangun prinsip bahwa orang lain melihat kehidupan seperti Anda.

    Anda akan menganggap bahwa orang lain juga menilai apa yang Anda lakukan dan pikirkan. 

    Akibatnya, Anda menjadi takut untuk menjadi diri sendiri karena semua orang pada akhirnya akan menghakimi satu sama lain.

    Jadi, sebelum orang lain menolak Anda, Anda sudah menolak diri sendiri dan menjadi apa yang mungkin Anda pikir diinginkan oleh orang lain. 

    Menghakimi orang lain memang tidak dilarang, tetapi bukankah lebih baik melihat nilai yang positif dalam diri seseorang dibandingkan sifat buruknya saja? Dengan begitu, Anda bisa menghargai orang lain dan diri sendiri.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 30/03/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan