backup og meta

5 Manfaat Maggot bagi Kesehatan Lingkungan Plus Budidayanya

5 Manfaat Maggot bagi Kesehatan Lingkungan Plus Budidayanya

Mendengar kata “maggot” atau bahkan melihat langsung bentuknya mungkin membuat beberapa orang merasa risi dan geli. Namun, siapa sangka di balik penampilannya yang menggelikan, maggot memiliki manfaat yang luar biasa.

Hewan kecil ini memiliki kemampuan dalam mengolah limbah organik yang terkadang tidak disadari banyak orang. Ini tentunya bisa berkontribusi pada kebersihan rumah dan lingkungan. Sebenarnya, apa saja manfaat maggot bagi lingkungan? Ketahui jawabannya di bawah ini. 

Apa itu maggot?

Maggot adalah larva dari lalat black soldier fly (BSF), yaitu sejenis serangga yang sangat berguna dalam proses penguraian limbah organik. 

Hewan yang memiliki nama latin Hermetia illucens ini berbentuk seperti ulat dengan ukuran 15–22 mm dan berwarna cokelat. 

Siklus hidup lalat BSF kurang lebih selama 40–43 hari dan dapat bertahan selama 14–18 hari sebelum bermetamorfosis menjadi pupa dan lalat dewasa. 

Lalat BSF berbeda dari lalat rumah biasa yang sering kali hinggap di makanan dan dianggap sebagai pembawa penyakit. Lalat ini tidak membawa patogen yang berbahaya bagi manusia. 

Tahap larvanya, yang dikenal sebagai maggot pun, memiliki kemampuan alami untuk mengonsumsi sejumlah besar limbah organik

Maggot biasanya tumbuh di lingkungan yang lembap, kaya akan bahan organik, dan hangat. Mereka juga dapat berkembang biak dengan cepat. 

Hal inilah yang menjadikan maggot ideal untuk digunakan dalam pengolahan limbah organik skala besar.

Apa saja manfaat maggot?

cara mengurangi sampah makanan

Maggot memberikan berbagai manfaat, terutama bagi lingkungan. Berikut adalah beberapa fungsi atau manfaat utama dari maggot. 

1. Pengurangan limbah organik

Peningkatan jumlah sampah organik dan pengelolaan sampah yang buruk dapat berdampak buruk pada lingkungan dan bisa menimbulkan penyakit akibat lingkungan kotor pada manusia.

Namun, beberapa tahun terakhir ini budidaya maggot kerap digunakan untuk pengelolaan limbah organik. 

Maggot bisa memakan semua limbah dari organisme hidup, seperti sisa makanan, limbah sayuran, kotoran hewan, dan produk sampah organik lainnya.

Melansir jurnal Sustainability, dengan kemampuannya yang cepat untuk mengurai limbah, maggot dapat mengurangi volume sampah organik hingga 50% daripada pengomposan sampah konvensional.  

2. Pakan ternak 

Tahukah Anda bahwa maggot mengandung protein yang tinggi sekitar 30–45%?

Dengan kandungan seperti ini, larva BSF cocok digunakan sebagai bahan pakan ternak, seperti ikan, burung, dan hewan ternak lainnya. 

Untuk mendapatkan kegunaan satu ini, maggot dapat diolah menjadi maggot kering maupun segar, tepung maggot, hingga pelet maggot. 

3. Solusi untuk limbah makanan 

Limbah makanan saat ini masih menjadi salah satu masalah global yang serius. Bayangkan saja, setiap tahunnya manusia dapat membuat lebih dari satu miliar ton limbah makanan di seluruh dunia.

Ketika dibiarkan tanpa pengawasan di tempat pembuangan sampah tradisional, makanan yang membusuk ini bisa berbahaya dan menyebarkan penyakit. 

Nah, salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan maggot. 

Mereka dapat memakan sisa makanan yang bahkan sulit terurai dan mengubahnya menjadi bahan yang bernilai, seperti pakan ternak atau pupuk. 

Tahukah Anda?

Tanpa Anda sadari, sisa makanan memiliki dampak yang signifikan terhadap pemanasan global. Ketika terbuang dan dibiarkan membusuk di tempat pembuangan sampah, makanan tersebut menghasilkan metana (CH₄), yaitu salah satu gas rumah kaca yang sangat kuat.

4. Pupuk berkualitas tinggi 

Selain menjadi pakan, maggot juga menghasilkan residu yang disebut frass, yaitu sisa-sisa makanan yang telah dicerna oleh maggot. 

Frass yang dihasilkan dari hewan kecil ini kaya akan nutrisi dan sering digunakan sebagai pupuk organik yang sangat baik untuk tanaman.

Menariknya, tidak seperti proses pengomposan konvensional yang membutuhkan waktu 8–24 minggu, pengomposan menggunakan larva BSF hanya membutuhkan waktu 5 minggu untuk mengubah sampah organik menjadi pupuk organik.

Pupuk ini dapat meningkatkan kesuburan tanah, meningkatkan hasil panen, serta menaikan kualitas nutrisi tanaman dan sayuran. 

5. Potensi ekonomi 

Budidaya maggot membuka peluang usaha baru bagi banyak orang, terutama di bidang peternakan dan pertanian. 

Dengan investasi yang relatif rendah, orang bisa memulai budidaya larva BSF untuk tujuan pengelolaan limbah atau sebagai usaha alternatif pakan. 

Selain itu, dengan meningkatnya kesadaran akan pengelolaan limbah yang berkelanjutan, permintaan larva BSF sebagai solusi alami untuk limbah organik akan terus meningkat .

Bagaimana cara budidaya maggot?

maggot

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, budidaya maggot (Hermetia illucens) bisa menjadi usaha yang menguntungkan. 

Budidaya hewan ini pun termasuk mudah dan tidak memerlukan teknik khusus dalam melakukannya. Biaya yang dikeluarkan pun relatif rendah dan perawatannya tidak menyita waktu. 

Merangkum Echo Community, berikut adalah langkah sederhana yang bisa dilakukan dalam membudidayakan larva dari lalat BSF

1. Dapatkan populasi larva awal

Untuk memulai budidaya maggot, dapatkan larva BSF dari sumber lokal atau tetaskan telur BSF dari lalat liar di lingkungan Anda. 

Gunakan atraktan (senyawa pemikat serangga), seperti buah busuk atau sisa dapur, untuk menarik BSF betina dan kumpulkan telurnya.

Anda dapat menggunakan balok kayu yang disusun di atas wadah berisi atraktan.

2. Buat kandang 

Siapkan kandang kawin dengan kelembapan 70% dan suhu antara 24—38° Celsius untuk mendukung proses kawin lalat dewasa.

Tempatkan juga sumber air dan tanaman agar lalat dapat bertelur dengan nyaman.

3. Kumpulkan telur 

Gunakan balok kayu kecil atau kardus dalam kandang untuk tempat bertelur BSF betina. Telur yang terkumpul bisa dipisahkan dan ditetaskan di atas sumber makanan yang sesuai.

Untuk mengumpulkan telur, singkirkan balik, pisahkan satu sama lain dan kikis telur dengan hati-hati menggunakan tusuk gigi atau benda kecil runcing. 

Pemisahan telur dengan larva harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari pecahnya telur-telur yang belum menetas oleh larva yang sudah terlebih dahulu menetas. 

4. Transisi dari telur ke larva 

Letakkan telur di atas makanan dengan menggunakan kain kasa agar telur tidak bersentuhan langsung dengan makanan yang basah.

Setelah telur menetas, larva akan berpindah menuju sumber makanan.

Umumnya, telur akan menetas dalam waktu 4 hari setelah bertelur. Pada tahap ini, saat larva masih kecil, Anda dapat menggunakan baki plastik untuk menampung sedikit pakan atau kotoran dan larva. 

5. Pemberian makan yang tepat 

Pakan maggot BSF adalah limbah organik rumah tangga berupa sampah sisa-sisa makanan.

Pemberian pakan ini bisa dilakukan secara langsung maupun dicacah atau dihaluskan terlebih dahulu menggunakan mesin pencacah maupun manual. 

Pakan ini ditaburkan pada media pembesaran larva. Sebanyak 15.000 larva BSF dapat menghabiskan sekitar 2 kg sampah organik hanya dalam waktu 24 jam. 

6. Panen 

Dalam waktu sekitar 10—14 hari, hewan ini sudah mencapai tahap dewasa dan bisa dipanen.

Maggot dewasa bisa dipanen dan digunakan untuk berbagai fungsi dan tujuan, baik sebagai pakan ternak maupun bahan untuk pembuatan pupuk organik. 

Biasanya, larva BSF dipisahkan dari media organik menggunakan alat pemilah sederhana, seperti saringan besar.

Maggot yang dipanen bisa langsung digunakan atau disimpan di tempat dingin untuk memperlambat proses metamorfosis menjadi lalat dewasa.

Dengan penggunaan atau bahkan budidaya maggot, Anda dapat membantu menjaga kebersihan lingkungan sebagai salah satu poin penting dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Kesimpulan

  • Maggot adalah larva dari lalat black soldier fly (BSF), sejenis serangga yang sangat berguna dalam proses penguraian limbah organik. 
  • Beberapa manfaat maggot di antaranya pengurangan limbah organik, pakan ternak, pengurangan limbah makanan, pupuk, hingga potensi ekonomi. 
  • Untuk budidaya larva BSF dapat dilakukan dengan cara mendapatkan populasi larva awal, membuat kandang, mengumpulkan telur, memperhatikan masa transisi, memberikan makan, hingga panen. 

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Black Soldier Fly Larvae Production. (n.d.). Retrieved 8 October 2024, from https://www.echocommunity.org/en/resources/86a8212a-a048-41c6-ab31-536c111e75ac

Anyega, A. O., Korir, N. K., Beesigamukama, D., Changeh, G. J., Nkoba, K., Subramanian, S., … & Tanga, C. M. (2021). Black soldier fly-composted organic fertilizer enhances growth, yield, and nutrient quality of three key vegetable crops in sub-Saharan Africa. Frontiers in plant science, 12, 680312. Retrived 8 October 2024, from https://www.frontiersin.org/journals/plant-science/articles/10.3389/fpls.2021.680312/full

Ko, H., Cassidy, G. J., Shishkov, O., Aydin, E., Hu, D. L., & Goldman, D. I. (2021). Air-fluidized aggregates of black soldier fly larvae. Frontiers in Physics, 9, 734447. Retrieved 8 October 2024, from https://www.frontiersin.org/journals/physics/articles/10.3389/fphy.2021.734447/full

Hasan, H. A. (n.d.). The Role of Black Soldier Fly Larvae in Conserving Biodiversity. Retrieved 8 October 2024, from https://journal.biotrop.org/index.php/biodivers/article/view/1981

Rehman, K. U., Hollah, C., Wiesotzki, K., Rehman, R. U., Rehman, A. U., Zhang, J., Zheng, L., Nienaber, T., Heinz, V., & Aganovic, K. (2023). Black soldier fly, Hermetia illucens as a potential innovative and environmentally friendly tool for organic waste management: A mini-review. Waste management & research : the journal of the International Solid Wastes and Public Cleansing Association, ISWA, 41(1), 81–97. Retrieved 8 October 2024, from https://doi.org/10.1177/0734242X221105441 

Amrul, N. F., Kabir Ahmad, I., Ahmad Basri, N. E., Suja, F., Abdul Jalil, N. A., & Azman, N. A. (2022). A Review of Organic Waste Treatment Using Black Soldier Fly (Hermetia illucens). Retrieved 8 October 2024, from https://www.mdpi.com/2071-1050/14/8/4565

Fadhillah, N., & Bagastyo, A. Y. (2020). IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 506(1), 012005. doi:10.1088/1755-1315/506/1/012005. Retrieved 8 October 2024, from https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1755-1315/506/1/012005

Versi Terbaru

17/10/2024

Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Eco Enzyme, Cairan Serbaguna dari Olahan Sampah Organik

Pencemaran Tanah Bukan Cuma Sampah, Apa Penyebabnya?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Putri Ica Widia Sari · Tanggal diperbarui 17/10/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan