backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Ragam Pencegahan dan Obat untuk Mengatasi Alergi Mata

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    Ragam Pencegahan dan Obat untuk Mengatasi Alergi Mata

    Jika mata Anda sering gatal, merah, atau berair, ada kemungkinan Anda memiliki alergi mata alias konjungtivitis alergi. Alergi mata tidak dapat disembuhkan hingga tuntas, tapi Anda bisa meringankan gejalanya dengan cara alami, konsumsi obat, atau terapi.

    Pengobatan bermanfaat untuk mencegah kambuhnya alergi di kemudian hari. Apa saja pilihan obat dan pengobatan konjungtivitis alergi yang tersedia?

    Mengatasi alergi mata secara alami

    Alergi mata terjadi ketika zat asing dari lingkungan masuk ke dalam mata dan memicu respons sistem imun. Sistem imun menganggap zat asing tersebut sebagai bahaya, lalu mengirimkan histamin dan berbagai senyawa kimia lain untuk melawannya.

    Zat yang dapat memicu alergi disebut alergen. Banyak hal di sekitar Anda bisa menjadi alergen, tapi yang paling umum adalah debu, serbuk sari, dan bulu hewan peliharaan. Inilah yang harus Anda hindari bila Anda menderita alergi mata.

    Pertama-tama, kenali dahulu zat yang merupakan penyebab alergi mata Anda. Jika pemicunya adalah serbuk sari, coba lakukan tips berikut.

    • Hindari bepergian saat cuaca berangin dan berdebu, atau ketika serbuk sari sedang banyak-banyaknya (biasanya pagi dan menjelang malam).
    • Tutup pintu dan jendela ketika serbuk sari sedang banyak beterbangan.
    • Saat bepergian, hindari area dengan banyak rumput, pohon, dan bunga.
    • Gunakan kacamata wrap-around bila Anda harus bepergian.
    • Segera mandi dan berganti pakaian setelah pulang ke rumah.

    Pemicu alergi sering kali juga berasal dari dalam rumah. Rumah yang bersih sekalipun belum tentu bebas dari tungau, debu, dan bulu hewan. Guna mengatasi alergi mata di rumah, berikut kiat yang dapat Anda lakukan.

    • Tidak menggunakan karpet, permadani, dan perabotan berlapis kain.
    • Rutin membersihkan rumah dengan vacuum cleaner serta lap basah untuk permukaan perabot.
    • Mencuci dan mengganti seprai, selimut, serta sarung bantal secara berkala.
    • Menggunakan bantal dan guling berbahan sintetis.
    • Menggunakan humidifier untuk mengatur kelembapan udara di antara 30-50 persen.
    • Tidak menggantung banyak pakaian untuk mencegah tumbuhnya jamur.
    • Tidak membiarkan hewan peliharaan masuk ke kamar tidur.
    • Rutin memandikan hewan peliharaan dan membersihkan kandangnya.

    Mengatasi alergi mata dengan obat

    mengobati infeksi mata

    Bila cara alami tidak berhasil, Anda mungkin memerlukan obat-obatan. Beberapa obat alergi mata dapat dibeli tanpa resep, tapi Anda sebaiknya tetap berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat alergi dari jenis apa pun.

    Obat alergi memiliki sejumlah efek samping dan berpotensi memicu reaksi alergi pada sebagian orang. Dengan berkonsultasi ke dokter, Anda bisa mengetahui jenis obat yang sebaiknya Anda hindari.

    Setelah berkonsultasi, Anda mungkin akan disarankan untuk menggunakan salah satu atau beberapa pengobatan berikut:

    1. Air mata buatan

    Air mata buatan membantu membersihkan alergen yang menempel pada permukaan mata. Obat tetes ini juga bersifat melembapkan sehingga ampuh untuk meringankan keluhan mata gatal, merah, dan berair.

    Anda bisa membeli air mata buatan di apotek tanpa resep dokter. Obat ini boleh dipakai sesering yang Anda butuhkan. Akan tetapi, air mata buatan yang mengandung bahan pengawet sebaiknya tidak digunakan lebih dari enam kali sehari.

    2. Antihistamin

    Obat antihistamin untuk alergi mata tersedia dalam bentuk minum dan tetes mata. Obat minum dapat meredakan gatal pada mata, tapi obat ini bisa menyebabkan mata kering dan memperparah gejala alergi bila dikonsumsi secara berlebihan.

    Sementara itu, obat tetes mata antihistamin digunakan untuk mengatasi gatal, bengkak, dan mata merah. Obat resep ini bekerja dengan cepat, tapi khasiatnya mungkin hanya bertahan selama beberapa jam dan harus digunakan hingga empat kali sehari.

    3. Dekongestan

    Obat dekongestan berguna untuk mengatasi mata gatal dan merah. Obat ini tersedia dalam bentuk tetes dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Namun, Anda sebaiknya tidak memakainya lebih dari tiga hari karena dapat memperparah gejala alergi mata.

    4. Mast cell stabilizer

    Obat tetes mast cell stabilizer membantu mengatasi gejala konjungtivitis alergi seperti mata gatal, bengkak, dan berair. Mast cell stabilizer harus dibeli dengan resep dokter karena dosis pemakaiannya bergantung pada jenis obat yang Anda gunakan.

    5. Kortikosteroid

    Obat kortikosteroid dapat meredakan gejala alergi yang cukup parah atau berlangsung lama. Kendati ampuh, pemakaian kortikosteroid harus diawasi oleh dokter karena obat ini memiliki potensi efek samping berupa infeksi mata, glaukoma, hingga katarak.

    6. Suntik alergi (imunoterapi)

    Dokter bisa menyarankan suntik alergi bila pengobatan tidak memberikan hasil. Dikenal pula sebagai imunoterapi, terapi ini bertujuan untuk melatih sistem imun agar tidak lagi sensitif terhadap zat-zat yang bisa memicu konjungtivitis alergi.

    Dokter akan menyuntikkan alergen dalam dosis kecil ke lapisan luar kulit lengan Anda. Terapi dilakukan sebanyak 1-2 kali seminggu selama 3-5 tahun. Dosis alergen akan terus ditingkatkan hingga sistem imun menjadi kebal terhadap alergen.

    Seperti pengobatan alergi pada umumnya, alergi mata juga dapat diatasi dengan cara alami maupun obat-obatan. Alergi mata ringan biasanya bisa diatasi dengan cara alami, tapi alergi yang lebih parah mungkin memerlukan pengobatan lebih lanjut.

    Jika cara alami tidak ampuh mengatasi alergi, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Konsultasi juga penting mengingat beberapa jenis obat alergi dapat menimbulkan efek samping.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 13/11/2020

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan