backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Minum Susu Terlalu Banyak Menyebabkan 4 Efek Buruk Ini

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Minum Susu Terlalu Banyak Menyebabkan 4 Efek Buruk Ini

    Baik buruknya susu bagi tubuh saat ini menjadi kontroversi. Organisasi kesehatan mendukung konsumsi susu karena baik untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa susu memiliki dampak buruk bagi tubuh. Selain itu, juga ada kondisi-kondisi tertentu pada orang yang tidak dapat mengonsumsi susu. Apa saja dampak negatif susu yang mungkin terjadi? Simak penjelasannya berikut ini.

    Mengapa susu belum tentu baik bagi tubuh?

    Di samping fungsinya yang banyak, kadang susu juga membawa dampak negatif bagi tubuh. Beberapa orang mungkin juga disarankan untuk tidak menjadikan susu sebagai sumber utama kalsium bagi tubuhnya. Ada beberapa alasan mengapa susu mungkin bukan menjadi sumber kalsium terbaik untuk semua orang, yaitu:

    1. Intoleransi laktosa (lactose intolerance)

    Orang yang mempunyai intoleransi laktosa tidak disarankan untuk menjadikan susu sebagai sumber kalsium bagi tubuhnya. Susu dan produk susu, seperti keju, yogurt, dan produk susu lainnya mengandung laktosa (gula susu) yang akan dicerna tubuh dengan bantuan enzim bernama laktase. Namun, laktase di dalam tubuh seseorang berbeda-beda jumlahnya. Beberapa orang tidak dapat mencerna laktosa dari susu dengan baik karena hanya mempunyai sedikit enzim laktase dalam tubuhnya. Kondisi ini dinamakan sebagai intoleransi laktosa (lactose intolerance).

    Bagi orang yang mempunyai intoleransi terhadap laktosa, makan atau minum produk susu dapat menyebabkan masalah kram, kembung, perut bergas, dan diare. Gejala-gejala ini dapat muncul dari tingkat ringan sampai berat.

    Lalu bagaimana orang dengan intoleransi laktosa dapat mencukupi kebutuhan kalsiumnya? Salah satu caranya adalah dengan mengonsumsi sumber kalsium lain selain susu, antara lain sayuran berdaun hijau (seperti brokoli, lobak hijau, dan pokcoy), ikan dengan durinya (seperti sarden dan ikan teri), kacang-kacangan (seperti kedelai dan almond).

    Jika tetap ingin mengonsumsi susu, carilah susu yang sudah ditambahkan enzim laktase ke dalamnya, susu rendah laktosa, atau susu bebas laktosa. Bagi mereka yang mempunyai intoleransi laktosa, minum susu dengan porsi yang lebih kecil sepertinya masih dapat ditoleransi oleh tubuh. Mereka juga masih dapat mengonsumsi susu yang telah difermentasi, seperti yogurt, atau produk susu tinggi lemak, seperti mentega (de Vrese, et al., 2001).  Namun, kondisi ini berbeda-beda pada setiap orang.

    2. Alergi pada susu

    Bagi mereka yang memiliki alergi susu, jelas susu membawa dampak negatif. Alergi pada susu sapi sering ditemukan pada bayi dan anak kecil. Alergi ini muncul pada anak yang mempunyai kadar antibodi susu sapi yang tinggi pada darahnya. Sensitivitas pada susu sapi sangat bervariasi antar anak yang memiliki alergi susu. Beberapa anak memiliki reaksi yang parah setelah mencerna sedikit susu. Lainnya mungkin mempunyai reaksi yang lebih ringan setelah mencerna susu dalam jumlah yang lebih banyak.

    Untuk menghindari dampaknya, hindari makanan dan minuman yang mengandung susu sapi dan produk susu sapi lainnya. Anda dapat membaca label pada setiap kemasan makanan atau minuman sebelum membelinya.

    Apa bedanya alergi susu dengan intoleransi laktosa? Alergi susu merupakan reaksi berlebih dari sistem imun terhadap protein dalam susu. Ketika protein dalam susu dicerna, protein ini dapat merangsang reaksi alergi  mulai dari reaksi ringan (seperti munculnya ruam, gatal-gatal, dan bengkak) sampai reaksi yang berat (seperti sulit bernapas dan kehilangan kesadaran). Berbeda dengan alergi susu, intoleransi laktosa adalah reaksi yang timbul akibat kekurangan enzim laktase untuk mencerna susu, bukan karena sistem imun.

    3. Menimbulkan jerawat

    Sebagian besar remaja pasti pernah mempunyai jerawat di wajahnya. Salah satu makanan atau minuman yang dapat menyebabkan jerawat adalah susu atau produk yang mengandung protein whey. Di dalam susu terkandung insulin dan hormon pertumbuhan IGF-1. Kedua faktor inilah yang dapat memicu tumbuhnya jerawat. Peningkatan insulin atau IGF-1 dalam tubuh dapat memberi sinyal pada faktor-faktor yang dapat menimbulkan jerawat pada wajah (Melnik, 2011).

    4. Kemungkinan peningkatan risiko kanker

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi susu yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker, seperti kanker ovarium dan kanker prostat. Analisis yang dikumpulkan dari 12 penelitian kohort prospektif dan melibatkan lebih dari 500.000 wanita, menemukan bahwa wanita dengan asupan tinggi laktosa, yaitu setara dengan 3 gelas susu per hari, memiliki risiko kanker ovarium sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki asupan laktosa terendah. Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara susu atau produk susu dengan kanker ovarium. Beberapa peneliti memiliki hipotesis bahwa praktek produksi susu di industri modern telah mengubah komposisi hormon susu dalam cara-cara yang dapat meningkatkan risiko kanker yang berhubungan dengan hormon ovarium dan hormon lainnya (Genkinger, et al., 2006). Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kebenarannya.

    Penelitian lainnya mengaitkan susu dengan risiko kanker prostat. Sebuah penelitian di Harvard menunjukkan bahwa pria yang minum dua gelas susu atau lebih dalam sehari mempunyai kemungkinan risiko kanker prostat hampir dua kali lipat dibandingkan mereka yang tidak minum susu sama sekali. Hubungan ini sepertinya muncul karena kandungan kalsium dalam susu. Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa pria dengan asupan kalsium tinggi, yaitu setidaknya 2000 mg per hari, memiliki hampir dua kali lipat risiko kanker prostat seperti mereka yang memiliki asupan terendah (kurang dari 500 mg per hari) (Giovannucci, et al., 1998; Giovannucci, et al., 2007).

    Banyak jenis kanker dan masing-masing jenis kanker mempunyai hubungan yang berbeda dengan konsumsi susu. Beberapa penelitian menunjukkan konsumsi susu meningkatkan risiko kanker. Namun, juga ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa konsumsi susu dapat menurunkan risiko kanker kolorektal (Aune, et al., 2012). Hubungan antara kanker dan konsumsi susu sangat kompleks. Susu mungkin bisa menjadi salah satu penyebab kanker, tetapi hal ini berbeda-beda tergantung individu masing-masing dan susu jenis apa yang diminum. Hubungan antara kanker dan konsumsi susu jelas perlu diteliti lebih lanjut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Arinda Veratamala · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan