Buah dan jantung pisang biasa dikonsumsi sebagai makanan, sedangkan daunnya digunakan sebagai pembungkus makanan. Namun, tahukah Anda daun pisang juga punya manfaat untuk pengobatan dan kesehatan?
Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Buah dan jantung pisang biasa dikonsumsi sebagai makanan, sedangkan daunnya digunakan sebagai pembungkus makanan. Namun, tahukah Anda daun pisang juga punya manfaat untuk pengobatan dan kesehatan?
Di Indonesia, daun pisang umumnya digunakan sebagai bungkus makanan.
Namun, bisakah daun ini dimakan? Meski tidak lazim, daun pisang bisa dimakan, tetapi sulit dicerna karena tingginya kadar serat dan tanin.
Selain untuk mempersiapkan makanan, ada khasiat daun pisang dalam mengatasi penyakit atau mendukung fungsi kesehatan tertentu.
Manfaat kesehatan daun pisang tersebut berasal dari kandungan yang terdiri dari:
Penggunaan daun pisang sebagai obat herbal bisa menawarkan beberapa manfaat berikut.
Daun pisang mengandung senyawa khas atau fitonutrien yang bersifat antioksidan, yaitu epigallocatechin gallate (EGCG). Ini adalah salah satu jenis flavonoid utama pada daun pisang.
Sebagai antioksidan, EGCG melawan radikal bebas yang merusak sel-sel tubuh.
Diketahui, paparan radikal bebas yang terlalu tinggi bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti diabetes, Parkinson, katarak, hingga kanker.
Manfaat daun pisang yang satu ini berasal dari sifat antibakterinya.
Studi terbitan Foods (2020) menemukan bahwa daun pisang mengandung polifenol yang berpotensi menghambat bakteri pemicu keracunan makanan, seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis, Escherichia coli, dan Salmonella.
Tak hanya bakteri, peneliti juga menemukan bahwa daun ini bisa menghambat pembentukan lapisan beracun akibat jamur Candida albicans.
Pembalut luka sebaiknya menjaga kelembapan luka dan melindungi luka dari paparan mikroorganisme. Agar tidak semakin mengiritasi luka, pembalut harusnya juga tidak lengket dan mudah dilepas.
Nah, daun pisang ternyata berpotensi sebagai pembalut luka. Daun pisang tidak menempel di luka sehingga tidak menimbulkan rasa perih setiap kali dibuka dan diganti.
Karena tidak menempel di luka, daun ini mengurangi risiko luka rusak akibat tarikan setiap mengganti pembalut luka. Oleh karena itu, proses penyembuhan luka bisa berlangsung dengan baik.
Manfaat daun pisang selanjutnya adalah menurunkan risiko nosokomial, yakni infeksi yang timbul akibat bakteri atau virus di rumah sakit.
Daun pisang mengandung senyawa bernama alkaloid dan tanin yang berpotensi melawan bakteri methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA).
Jenis bakteri ini kerap ditemukan di rumah sakit dan tidak bisa mati bila menggunakan obat antibiotik.
Meski begitu, riset tentang khasiat ini masih terbatas sehingga perlu diteliti lebih lanjut.
Studi menemukan bahwa daun pisang memiliki potensi manfaat sebagai obat herbal untuk diabetes.
Penelitian terbitan Brazilian Journal of Pharmacognosy (2013) menemukan bahwa ekstrak daun pisang meningkatkan kadar insulin pada tikus dengan diabetes sehingga kadar gula darah turun.
Selain itu, pemberian ekstrak daun pisang memicu proses pengubahan gula menjadi glikogen yang disimpan ke liver. Hal ini menurunkan kadar gula darah.
Manfaat ini berasal dari senyawa flavonoid bernama rutin. Namun, studi masih dilakukan pada tikus, bukan pasien diabetes langsung.
Daun pisang mengandung senyawa bernama lignin.
Penelitian terbitan International Journal for Research Trends and Innovation (2018) menemukan bahwa lignin dari ekstrak daun pisang dengan konsentrasi sebesar 3% bisa mencegah penyerapan sinar ultraviolet pada kulit yang setara dengan tabir surya SPF 5,3.
Namun, Anda perlu ingat bahwa riset ini menggunakan daun yang sudah diekstrak dan diambil kadar ligninnya, bukan mengoleskan tumbukan daun ke kulit langsung.
Oleh karena itu, Anda tidak bisa menggunakan daun pisang sebagai satu-satunya tabir surya.
Daun pisang mengandung eugenol dan phytol yang berpotensi menghambat pembentukan sel kanker di permukaan serviks.
Hal ini disampaikan dalam riset yang terbitan Research Square (2020).
Meski begitu, penelitian ini baru menguji ekstrak daun pisang pada sel kanker serviks di laboratorium, bukan mengamati pasien kanker yang mengonsumsi daun pisang.
Bisa disimpulkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut dan daun pisang belum bisa dijadikan sebagai satu-satunya obat herbal.
Belum ada penelitian atau sumber pasti yang menjelaskan cara pakai daun pisang sebagai obat herbal di rumah.
Penggunaan daun pisang untuk obat herbal mungkin bisa berbeda-beda, tergantung dengan khasiat yang ingin Anda peroleh.
Dari penelitian yang telah disebutkan, peneliti mendapatkan potensi manfaat daun pisang umumnya dari pengujian ekstrak daunnya.
Ekstrak daun pisang diperoleh dengan mengambil sari kandungan aktif yang memiliki khasiat melalui beberapa proses kimia.
Daun pisang juga bisa digunakan secara topikal, ditempelkan langsung ke kulit, untuk menyembuhkan luka. Namun, ada risiko timbulnya alergi pada beberapa orang.
Meski ada berbagai manfaat, ada efek samping daun pisang yang perlu Anda ketahui.
Tanin pada daun pisang merupakan senyawa antinutrisi. Dalam hal ini, tanin dapat mengikat zat besi di dalam saluran pencernaan dan mencegah penyerapan zat besi di tubuh.
Akibatnya, kadar zat besi di tubuh akan berkurang dan meningkatkan risiko anemia defisiensi besi.
Tanin bisa mengiritasi permukaan saluran pencernaan. Hal ini menyebabkan Anda rentan mual dan sakit perut.
Untuk menghindari risiko ini, konsumsi daun pisang atau air rebusannya setelah makan berat. Tanin bisa mengikat protein dan karbohidrat makanan sehingga mengurangi risiko iritasi.
Ada berbagai potensi manfaat daun pisang bagi kesehatan yang cukup menjanjikan. Namun, sebagian besar uji coba masih terbatas, baru dilakukan pada hewan atau sel di laboratorium, bukan pada manusia.
Sebaiknya, Anda tidak menggunakan daun pisang sebagai satu-satunya obat atau pengganti obat dari dokter.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar