Masyarakat Indonesia tentu sudah cukup mengenal tanaman atau pohon bidara. Selama ini, daun bidara digunakan untuk kebutuhan ritual keagamaan dan pengobatan tradisional. Namun, secara riset apa saja manfaat daun bidara dan bahaya daun bidara yang mungkin ditimbulkan?
Mengenal daun bidara
Bidara atau jujuba (Ziziphus mauritiana L.) adalah semak daun yang umumnya tumbuh di daerah kering dan semi kering di dunia.
Bidara juga dapat menjadi obat herbal yang dibudidayakan di rumah.
Tanaman bidara dewasa bisa setinggi 7,8 meter dengan diameter kanopi 9 meter. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau mengkilap di atas, dan hampir putih di bawahnya.
Dalam pengobatan tradisional, tanaman bidara umum digunakan sebagai antidiabetes, obat penenang, bronkitis, dan antidiare oleh masyarakat.
Manfaat tersebut berasal dari kandungan senyawa bioaktif dari daun dan buah bidara.
Menurut riset dari jurnal Molecules (2016), bidara kaya akan polifenol, alkaloid siklopeptida, saponin dammarane, vitamin, mineral, asam amino, dan asam lemak tak jenuh ganda.
Lebih jauh, senyawa tersebut memiliki sifat antimikroba, antiradang, hipoglikemik (mengontrol gula darah), antioksidan, dan efek imunomodulator (menstimulasi imun tubuh).
Kandungan daun bidara
Meski ada sejumlah penelitian yang mengamati khasiat tanaman bidara, masih sedikit sumber yang menjabarkan kandungan dari daunnya secara terperinci.
Berdasarkan temuan dari Journal of nutrition and metabolism (2016), berikut ini adalah beberapa senyawa yang terkandung dalam daun bidara.
- Vitamin A.
- Flavonoid.
- Tanin.
- Saponin.
- Karbohidrat.
- Vitamin C.
- Vitamin E.
- Jujubosid B.
- Jujubogenin glikosida.
- Jujubasaponin IV.
- Flavonol glikosida.
- Rutin.
- Diglucosylphloretin: 3 mg.
Sejumlah studi juga menemukan bahwa daun bidara kaya akan komponen bioaktif yang memiliki berbagai fungsi pengobatan.
Seperti misalnya, ekstrak air dari daun jujuba pada percobaan hewan (in vivo), digunakan sebagai obat penyembuh luka lecet dan terbakar.