Faktanya, beberapa pasien yang mengalami vaginismus mengaku tidak pernah mengalami trauma seksual atau gangguan psikis sebelumnya.
Hingga saat ini, penyebab pasti dari vaginismus tidak diketahui secara pasti, seperti dikutip dari laman Cleveland Clinic.
Hal ini juga meluruskan bahwa melahirkan, takut melakukan hubungan seks, atau memiliki pandangan yang negatif tentang seks, bukan menjadi penyebab dari vaginismus.
Namun, bisa jadi faktor-faktor pendukung yang mungkin meningkatkan risikonya.
4. Vaginismus tidak bisa disembuhkan
Salah satu mitos yang bisa berdampak buruk bagi pasien vaginismus adalah mengenai penyakitnya yang tidak bisa disembuhkan.
Faktanya, vaginismus adalah penyakit yang bisa sembuh dengan pengobatan yang tepat. Umumnya, vaginismus bisa disembuhkan dengan terapi dilatasi serta konseling bersama psikolog.
“Terapi dilatasi sendiri adalah metode penyembuhan kekakuan otot pada vaginismus dengan bukti ilmiah paling valid dan jumlah pasien paling banyak,” papar dr. Robbi.
Lewat pengobatan vaginismus ini kekakuan otot-otot pada vagina akan dikurangi dengan alat bantu medis sehingga menjadi tidak kaku lagi.
Selain dua terapi tersebut, perawatan lainnya yang bisa membantu pasien untuk sembuh dari vaginismus meliputi senam kegel, hipnoterapi, injeksi botolinum toxin, psikoterapi, dan prosedur dilatasi berbantu.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar