backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Apa Perbedaan Penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid?

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti · Tanggal diperbarui 06/05/2022

    Apa Perbedaan Penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid?

    Hipertiroid dan hipotiroid merupakan kondisi medis yang sama-sama berkaitan dengan jumlah hormon tiroid yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid di dalam tubuh. Untuk mengetahui apa saja perbedaan hipertiroid dan hipotiroid, Anda bisa simak penjelasan di bawah ini.

    Mengenali perbedaan hipertiroid dan hipotiroid

    penyebab kanker tiroid

    Istilah hipertiroid sendiri mengacu pada suatu kondisi ketika tubuh terlalu banyak memproduksi hormon tiroid. Ini artinya kelenjar tiroid terlalu aktif dalam bekerja.

    Pada kasus hipertiroid, metabolisme tubuh menjadi lebih cepat. Kondisi ini dapat memengaruhi detak jantung, berat badan, nafsu makan, dan kecemasan seseorang.

    Namun, lain halnya dengan hipotiroid. Ini merupakan kondisi ketika kelenjar tiroid tidak mampu menghasilkan hormon tiroid yang cukup.

    Sebagai akibatnya, tubuh Anda kekurangan hormon tiroid. Sel-sel tubuh juga akan memberikan respons yang lebih lambat.

    Untuk mengetahui apakah Anda menderita penyakit tiroid, diperlukan tes untuk mengetahui produksi hormon-hormon tiroid yang terdiri atas hormon T3 (triiodothyronine), T4 (tiroksin), dan TSH (thyroid stimulating hormone).

    Gejala penyakit hipertiroid vs hipotiroid

    Hormon tiroid berperan penting dalam berbagai proses di dalam tubuh, termasuk metabolisme. Jadi, saat produksinya sendiri sudah terganggu karena beberapa hal, ini juga akan memengaruhi proses metabolisme itu sendiri.

    Penyakit hipertiroid dan hipotiroid memiliki banyak perbedaan dalam gejalanya. Berikut ini beberapa contohnya.

    Ciri-ciri hipertiroid

    Ada banyak gejala penyakit hipertiroid. Mungkin tidak semua pengidap hipertiroid akan menunjukkan gejala yang sama, sebab hal ini tergantung pada kondisi kesehatan masing-masing.

    Meskipun demikian, pada umumnya pengidap hipertiroid akan mengalami gejala berikut ini.

    • Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
    • Merasa cemas.
    • Detak jantung lebih cepat.
    • Mudah berkeringat.
    • Kulit merah dan terasa gatal.
    • Sering buang air besar.
    • Masalah tidur.
    • Perubahan periode menstruasi.
    • Rambut rontok dan terdapat perubahan tekstur rambut.
    • Otot melemah.
    • Mata menonjol (bisa terlihat pada penyakit Graves).

    Gejala hipotiroid

    Saat hormon tiroid terlalu rendah, sel-sel tubuh tidak mendapatkan hormon tiroid yang cukup untuk menjalankan fungsinya. Akibatnya, berbagai proses dalam tubuh pun jadi melambat.

    Jika respons tubuh yang demikian terjadi, berikut ini gejala-gejala yang mungkin Anda alami.

    • Peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
    • Kesulitan menurunkan berat badan.
    • Depresi.
    • Kelelahan.
    • Rambut rontok dan kering.
    • Kram otot.
    • Kulit kering.
    • Gondok (pembengkakkan kelenjar tiroid).
    • Kuku rapuh.
    • Detak jantung melambat.
    • Lebih sensitif terhadap cuaca dingin.
    • Sembelit.

    Penyebab hipertiroid dan hipotiroid

    jenis kanker tiroid

    Meskipun hipertiroid dan hipotiroid sama-sama berkaitan dengan masalah produksi hormon tiroid, masing-masing kondisi tersebut ternyata tidak disebabkan oleh faktor yang sama.

    Berikut faktor-faktor yang dapat menyebabkan hipertiroid dan hipotiroid.

    Penyebab hipertiroid

    Terdapat beberapa kondisi medis yang bisa menyebabkan seseorang menderita hipertiroid.

    1. Penyakit Graves

    Pada kasus penyakit Graves, sistem kekebalan tubuh Anda menyerang kelenjar tiroid. Alhasil, hormon tiroid pun diproduksi terlalu banyak.

    Bisa dikatakan kalau penyakit Graves merupakan penyakit turunan dari keluarga. Jadi, jika keluarga Anda mempunyai penyakit ini, kemungkinan untuk Anda memilikinya pun meningkat.

    Berdasarkan kasus sejauh ini, Penyakit Graves termasuk penyebab hipertiroid yang paling umum. Jumlah kasusnya pun mencapai 85% dari seluruh pengidap hipertiroid.

    2. Nodul tiroid

    Nodul tiroid ditunjukkan dengan adanya benjolan atau pertumbuhan sel pada kelenjar tiroid seseorang. Biasanya, pengidapnya cenderung menghasilkan lebih banyak hormon daripada yang diperlukan tubuh.

    3. Tiroiditis

    pengobatan penyembuhan kanker tiroid

    Tiroiditis menandakan adanya peradangan pada kelenjar tiroid yang bisa saja menyakitkan atau tidak. Kondisi ini bisa terjadi setelah ibu melahirkan anaknya dalam kurun waktu satu tahun, atau dikenal sebagai tiroiditis postpartum.

    Saat Anda sudah mengalami tiroiditis, maka kemungkinan terjadinya hipertiroid lebih besar.

    Pada beberapa orang, tiroiditis bahkan dapat menyebabkan hipertiroid dan hipotiroid sekaligus.

    4. Mengonsumsi yodium berlebih

    Apabila selama ini Anda telah mengonsumsi yodium dalam jumlah banyak, baik itu lewat obat-obatan atau dari pola makan, risiko mengidap penyakit hipertiroid pun lebih tinggi.

    Ini karena konsumsi yodium yang berlebihan dapat meningkatkan produksi hormon tiroid. Yodium sendiri merupakan mineral yang dibutuhkan kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon.

    Contoh obat dengan kandungan yodium tinggi yaitu amiodaron.

    Penyebab hipotiroid

    Ada banyak alasan kenapa sel-sel kelenjar tiroid Anda tidak dapat membuat hormon tiroid dalam jumlah yang cukup.

    Berikut ini merupakan penyebab utama timbulnya penyakit hipotiroid.

    1. Operasi pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroid

    Biasanya pengidap penyakit nodul tiroid, penyakit Graves, atau kanker tiroid akan melakukan operasi pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar tiroidnya.

    Operasi pengangkatan kelenjar tiroid secara menyeluruh pastinya akan menyebabkan hipotiroid. Namun, jika operasi hanya dilakukan sebagian, mungkin masih terdapat  hormon tiroid yang cukup untuk menjaga kadar normalnya dalam darah.

    2. Tiroiditis

    Tiroiditis memang akan menyebabkan dua kondisi sekaligus, yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Namun, hipertiroid biasanya hanya berlangsung dalam waktu singkat, sebab setelahnya tiroid jadi kurang aktif sehingga muncul hipotiroid.

    3. Asupan yodium yang terlalu banyak atau sedikit

    Yodium sangatlah diperlukan tubuh untuk membuat hormon tiroid. Maka dari itu, sangat penting untuk menjaga kandungan yodium dalam tubuh.

    Namun, saat jumlah yodium dalam tubuh terlalu banyak atau sedikit, ini justru dapat menyebabkan hipotiroid.

    4. Kerusakan pada kelenjar pituitari

    Kelenjar pituitari akan memberitahu tiroid seberapa banyak hormon yang harus diproduksinya. Saat kelenjar pituitari rusak karena tumor, operasi, atau radiasi, fungsinya dalam memberikan instruksi kepada kelenjar tiroid akan terganggu.

    Alhasil, tiroid tidak bisa memproduksi hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Kondisi ini pun menyebabkan hipotiroid.

    Perbedaan pengobatan hipertiroid dan hipotiroid

    pengobatan hipertiroid dan hipotiroid

    Ada dua cara mengatasi hipertiroid dan hipotiroid, yaitu melalui jalur pengobatan atau dengan menghindari penyebab utama yang mungkin masih dapat Anda kendalikan.

    Nah, untuk hipertiroid sendiri, terdapat berbagai pilihan pengobatan seperti berikut.

    • Obat antitiroid (methimazole atau propylthiouracil).
    • Yodium radioaktif.
    • Pembedahan.
    • Beta blocker (atenolol, metoprolol, nadolol).

    Durasi pengobatan hipertiroid tidak bisa dipastikan karena bergantung pada penyebabnya. Namun, jika Anda menerima terapi antitiroid, kadar hormon biasanya turun hanya dalam waktu 6–12 minggu saja.

    Sementara pada pengobatan hipotiroid, meskipun tidak bisa disembuhkan total, Anda masih dapat mengendalikannya.

    Caranya dengan mengganti hormon tiroid Anda menggunakan obat-obatan ini sehingga jumlahnya kembali normal dalam darah.

    • Tablet natrium levotiroksin (Synthroid).
    • Liotironin.
    • Sintetis T4 (tiroksin).
    • Penambahan T3 seperti Cytomel.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Ocha Tri Rosanti · Tanggal diperbarui 06/05/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan