backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Dienogest

Ditinjau secara medis oleh Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm. · Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 26/04/2022

Dienogest

Endometriosis tidak hanya menimbulkan gejala yang menyakitkan, tetap juga bisa menyebabkan infertilitas pada penderitanya. Oleh karena itu, pengobatan dibutuhkan untuk mengatasi penyakit ini. Salah satunya dengan mengonsumsi obat dienogest setiap hari.

Golongan obat: Androgen

Merek dagang: Endovelle, Nelandoz, Visanne

Apa itu obat dienogest?

Dienogest adalah obat hormon progesteron buatan yang digunakan dalam pengobatan endometriosis.

Endometriosis adalah kondisi yang terjadi ketika lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim, seperti ovarium atau tuba falopi.

Kondisi ini sering menimbulkan nyeri panggul kronis serta nyeri selama menstruasi dan berhubungan seksual.

Obat dienogest bekerja dengan menekan produksi estradiol dan mencegah pertumbuhan jaringan endometrium.

Berkat cara kerjanya tersebut, manfaat obat dienogest dapat membantu mengurangi nyeri panggul serta nyeri haid akibat endometriosis.

Sementara itu, obat dienogest yang dikombinasikan dengan estradiol valerate memiliki fungsi sebagai pil kontrasepsi.

Ini utamanya untuk mencegah kehamilan serta mengobati keluarnya darah menstruasi yang berlebihan.

Dosis obat dienogest

sulfadiazine

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 2 mg yang digunakan secara oral (minum). Dosisnya yaitu 2 mg sekali sehari untuk mengurangi nyeri panggul dan sakit saat menstruasi.

Konsumsi obat dimulai saat menstruasi dan diminum secara terus menerus selama 28 hari terlepas dari perdarahan menstruasi Anda.

Jika satu kemasan telah habis, lanjutkan ke kemasan berikutnya tanpa jeda.

Selain wanita dewasa, obat ini juga bisa diberikan pada anak atau remaja di atas usia 12 tahun setelah mengalami haid pertama mereka. Pemberian dosisnya sama dengan dosis orang dewasa.

Dosis obat bisa berbeda pada setiap wanita tergantung pada kondisinya. Pastikan Anda selalu mengikuti petunjuk dokter ketika mengonsumsinya.

Aturan pakai obat dienogest

Selalu ikuti aturan minum obat yang dokter berikan atau sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label kemasan.

Jangan pernah mengurangi atau melebihkan dosis obat, atau meminumnya lebih sering dari yang dokter tentukan.

Dienogest merupakan obat yang dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Pastikan Anda meminumnya setiap hari sejak hari pertama siklus menstruasi (hari pertama perdarahan haid).

Sebaiknya, Anda meminum obat ini pada sekitar waktu yang sama setiap harinya. Telan utuh obat dengan air putih secukupunya.

Bila Anda lupa atau melewatkan satu dosis obat, konsumsi obat ini sesegera mungkin setelah Anda mengingatnya.

Namun, bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Intinya, jangan menggandakan dosis obat Anda.

Bila obat tidak terserap ke dalam tubuh karena muntah atau diare setelah 3-4 jam mengonsumsinya, minum kembali satu dosis obat Anda.

Pastikan Anda terus mengonsumsi obat ini sesuai jangka waktu yang telah dokter tetapkan untuk Anda.

Jangan pernah berhenti konsumsi obat tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter meski Anda sudah merasa lebih baik.

Jika Anda menghentikan konsumsi obat, gejala endometriosis Anda bisa saja terjadi kembali.

Tanyakan kepada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut mengenai aturan minum obat ini.

Efek samping obat dienogest

Tidak semua orang mengalami efek samping setelah mengonsumsi obat ini.

Namun, beberapa efek samping umum berikut bisa terjadi pada beberapa orang setelah mengonsumsi obat ini.

  • Perubahan pada pola menstruasi, seperti lebih jarang atau sering haid, siklus menstruasi tidak teratur, haid berkepanjangan, atau tidak menstruasi sama sekali.
  • Berat badan meningkat.
  • Perubahan suasana hati dan depresi.
  • Sulit tidur.
  • Gugup.
  • Gairah seksual menghilang.
  • Sakit kepala atau migrain.
  • Mual, sakit perut, perut kembung, atau muntah.
  • Jerawat atau kebotakan.
  • Nyeri punggung.
  • Nyeri payudara, kista payudara, atau hot flashes.
  • Terasa lemah atau cepat marah.

Selain yang umum, efek samping obat dienogest yang lebih serius juga bisa terjadi.

Bila Anda mengalami efek samping di bawah ini sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter.

  • Sesak napas.
  • Batuk yang tidak biasa.
  • Nyeri dada yang hebat yang bisa mencapai lengan kiri.
  • Sakit kepala atau migrain yang parah, tidak biasa, atau berkepanjangan.
  • Kehilangan penglihatan sebagian atau seluruhnya atau penglihatan ganda.
  • Cadel atau cacat bicara.
  • Perubahan mendadak pada indera pendengaran, penciuman, dan pengecap.
  • Pusing atau pingsan.
  • Kelemahan atau mati rasa di bagian tubuh mana pun.
  • Sakit perut yang parah.
  • Nyeri yang hebat atau bengkak di salah satu kaki.
  • Benjolan di payudara.
  • Perdarahan vagina yang berat dan tidak biasa.
  • Keluhan lainnya pada bagian perut yang berbeda dengan gejala endometriosis umumnya.
  • Tanda-tanda masalah pada liver, seperti urine berwarna gelap, tinja berwarna terang, kelelahan, muntah, atau mata dan kulit menguning.

Selain itu, Anda pun harus segera pergi ke rumah sakit jika muncul reaksi alergi setelah mengonsumsi obat ini.

Misalnya, ruam dan gatal-gatal, kemerahan, bersin-bersin, pembengkakan pada wajah atau mulut, serta sulit bernapas.

Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu, konsultasikanlah pada dokter Anda.

Peringatan dan perhatian saat pakai obat dienogest

Clarithromycin

Selalu beri tahu pada dokter mengenai kondisi medis yang pernah dan sedang Anda alami. Pasalnya, beberapa kondisi medis tidak dianjurkan untuk mengonsumsi dienogest.

Berikut adalah beberapa kondisi medis yang tidak dianjurkan untuk mengonsumsi obat ini.

  • Alergi terhadap obat ini atau kandungan lain yang ada di dalamnya.
  • Sedang hamil atau berpikir Anda hamil.
  • Sedang menyusui.
  • Ada gumpalan darah di pembuluh darah Anda (trombosis).
  • Penyakit kardiovaskular, seperti serangan jantung, stroke, atau angina pectoris.
  • Diabetes.
  • Penyakit hati yang parah.
  • Kanker hati non-invasif atau invasif.
  • Tumor yang bergantung pada hormon seks invasif, seperti kanker payudara atau alat kelamin.
  • Perdarahan vagina yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
  • Anak perempuan yang belum pernah menstruasi.
  • Menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormon.

Cara menyimpan obat

Terkait dengan penyimpanan obat, biarkan obat tersimpan dalam wadah yang sudah tersedia sejak Anda mendapatkannya. Simpan pada suhu ruangan atau antara 15-30°Celsius.

Jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap, seperti di kamar mandi. Jauhkan pula obat dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

Buang sisa obat yang sudah tidak terpakai atau yang sudah habis masa berlakunya. Namun, jangan buang obat ini ke dalam toilet atau sampah rumah tangga Anda.

Lebih baik perhatikan instruksi pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda mengenai bagaimana cara aman membuang obat ini.

Apakah obat dienogest aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Seperti penjelasan sebelumnya, obat ini tidak boleh digunakan oleh wanita hamil atau yang berpikir sedang hamil serta menyusui.

Melansir laman Memorial Sloan Kettering Cancer Center, jika Anda hamil selama mengonsumsi obat ini, ada kemungkinan embrio berkembang di luar rahim (kehamilan ektopik).

Oleh karena itu, Anda disarankan untuk menggunakan alat kontrasepsi guna mencegah kehamilan yang tak diinginkan selama mengonsumsi obat ini.

Namun, pastikan alat kontrasepsi yang Anda gunakan adalah kontrasepsi nonhormonal. Penggunaan alat kontrasepsi hormonal tidak diperbolehkan selama menjalani pengobatan.

Selain itu, Anda pun disarankan untuk tidak menyusui bayi Anda bila memerlukan obat ini dalam keadaan menyusui.

Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut.

Interaksi obat dienogest dengan obat lain

obat progesteron

Beri tahu dokter mengenai semua obat yang sedang Anda konsumsi, termasuk obat resep, obat yang dibeli bebas di apotek, serta suplemen dan obat herbal.

Pasalnya, beberapa obat dapat berinteraksi dengan obat ini yang bisa meningkatkan risiko efek samping atau mengurangi efektivitas obat.

Berikut adalah beberapa obat yang dapat mengurangi efektivitas dienogest bila dikonsumsi bersamaan.

  • Obat epilepsi, seperti phenytoin, barbiturates, primidone, carbamazepine, oxcarbamazepine, topiramate, dan felbamate.
  • Rifampicin untuk mengobati tuberkulosis.
  • Obat untuk infeksi HIV, seperti nevirapine.
  • Antibiotik griseofulvin.

Selain itu, beberapa obat di bawah ini diketahui dapat meningkatkan kadar dienogest dalam darah Anda.

  • Obat infeksi jamur, seperti ketoconazole, itraconazole, dan fluoconazole.
  • Antibiotik erythromycin, clarithromycin, dan roxithromycin.
  • Obat untuk mengatasi depresi, seperti nefadozone, fluvoxamine, fluoxetine.
  • Cimetidine.
  • Obat tekanan darah, seperti diltiazem dan verapamil.
  • Protease inhibitor untuk infeksi HIV, seperti ritonavir, saquinavir, indinavir atau nelfinavir.

Mungkin ada obat lainnya yang bisa berinteraksi dengan dienogest. Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

Apt. Seruni Puspa Rahadianti, S.Farm.

Farmasi · Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 26/04/2022

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan