backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Bagaimana Kandungan Nutrisi Sayuran Layu dan Tampak Buruk Rupa?

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 30/09/2021

    Bagaimana Kandungan Nutrisi Sayuran Layu dan Tampak Buruk Rupa?

    Buah dan sayur yang tampak segar menggoda merupakan pilihan pertama Anda ketika mampir ke tukang sayur atau supermarket. Namun, tahukah Anda kalau sayuran layu pun masih layak dikonsumsi? Bagaimana dengan kandungan gizinya?

    Nutrisi sayuran layu dan tampak “jelek” sama dengan yang segar

    Ada sebagian buah dan sayur yang terlihat ‘buruk rupa’ dibanding teman-temannya yang dihasilkan dari ladang yang sama. Tapi angan buru-buru dibuang.

    Meski tampilannya memang tidak sempurna, bukan berarti buah dan sayuran tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Karena makanan tetaplah makanan, meski tidak terlihat menawan.

    Dilansir dari Health, Rachel Beller seorang nutrisionis di Los Angeles, AS, mengatakan bahwa selama buah dan sayur masih terlihat segar dan tidak busuk atau basi, tampilan fisik yang sedikit layu dan tak sempurna sebenarnya tidak masalah.

    Ia pun menjamin bahwa makanan yang terlihat tidak sempurna itu masih memiliki kandungan gizi yang sama seperti makanan sejenisnya. 

    Menurut pendiri Beller Nutritional Institute itu, buah dan sayur dapat menambah gizi harian Anda. Banyak orang kurang makan buah dan sayur. Kebiasaan membedakan buah dan sayur dari tampilan hanya akan membuat Anda semakin menjauhi makanan sehat.

    Lalu, bagaimana cara mengolah sayuran jelek ini agar tetap bernutrisi?

    Tidak ada perbedaan antara cara mengolah sayuran yang layu dan sayuran segar. Mulai dari digoreng, direbus, dikukus, dipanggang, hingga dibakar, semuanya sah-sah saja. Kandungan nutrisinya pun sama dengan buah dan sayuran segar lainnya.

    Anda hanya perlu memastikan bahwa sayuran jelek itu sudah dicuci hingga bersih. Bila ada sebagian kecil dari buah atau sayur yang sepertinya terlalu matang atau rusak, Anda bisa memotong bagian tersebut untuk dibuang dan mengonsumsi sisanya.

    Pada dasarnya, cara pengolahan dan konsumsi terbaik sayur itu tergantung dari jenisnya. Namun, yang perlu digarisbawahi yakni ketika sayur itu sudah dicabut dari batangnya. Pada saat itu, sebagian kandungan nutrisinya sudah berkurang.

    Sayur mendapatkan suplai kandungan nutrisi langsung dari tanaman atau tumbuhan itu sendiri. Jadi, ketika suplai gizinya terputus, maka kandungan nutrisi sayur pun berkurang.

    Ada juga jenis sayur yang kandungan nutrisi dan vitaminnya bisa makin kuat bila diolah dengan baik. Seperti wortel, bila direbus kandungan karotenoid seperti beta karoten bisa meningkat.

    Sementara itu kalau dikukus, kandungan vitamin C dan karotenoidnya bisa berkurang tapi bisa meningkatkan kadar asam fenolat (sejenis antioksidan).

    Apa Itu Antioksidan dan Kenapa Penting Bagi Tubuh Kita?

    Jangan salah! Ada dampak membuang buah dan sayuran jelek

    Sebuah data menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga makanan yang ada di dunia terbuang sia-sia hanya karena tampilannya. Padahal jika dimanfaatkan sebagaimana mestinya, jumlah tersebut dapat memberi makan miliaran orang yang kelaparan di dunia.

    Tak hanya itu, kebiasaan membuang-buang makanan berpenampilan jelek juga dinilai sebagai suatu kebiasaan yang dapat merusak keseimbangan hidup. Ini karena membuang makanan yang demikian turut menyebabkan kerusakan lingkungan.

    Sejumlah ahli menyatakan bahwa sampah-sampah tersebut turut menyumbang sekitar 8% dari polusi iklim global. Penelitian juga menyebutkan bahwa membuang makanan dapat berdampak pada semakin banyaknya orang yang menderita kelaparan.

    Dampak tersebut belum termasuk pemborosan air dan polusi udara dari makanan yang dibiarkan membusuk di tempat sampah. Jika nyatanya buah atau sayuran layu memiliki kandungan yang baik, yakin Anda masih akan membuangnya?

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Tania Savitri

    General Practitioner · Integrated Therapeutic


    Ditulis oleh Yuliati Iswandiari · Tanggal diperbarui 30/09/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan