Biofarma bekerja sama dengan Agility Transformation, dan Google Cloud mengadakan acara bertajuk Agility for Healthcare Industry: The Future of Healthcare Business Ecosystem. Acara yang membahas masa depan ekosistem bisnis kesehatan ini berlangsung pada Kamis (26/1), di Kantor Google Cloud Indonesia, Pacific Century Place, Jakarta.
Salah satu poin utama yang menjadi fokus pembahasan adalah bagaimana membangun ekosistem kesehatan dengan mengikuti perkembangan teknologi. Bio Farma menilai kondisi pandemi COVID-19 yang makin terkendali dapat menjadi momentum untuk perbaikan ekosistem bisnis kesehatan. Untuk itu diperlukan inovasi layanan dan inovasi proses dalam industri kesehatan.
“Teknologi kesehatan ini juga harus dikembangangkan sejalan dengan perkembangan penyakit, pergeseran gaya hidup, juga harus sejalan dengan perkembangan teknologi,” jelas Strategic Partnership & Marketing Direktorat Transformasi Digital PT Bio Farma (Persero), Patih Rajahasta, dalam sambutannya.
Masa depan ekosistem bisnis kesehatan
Digital Pharma Manufacturing Specialist PT Bio Farma, Adeva Oktoveri, dalam acara tersebut membahas potensi teknologi ekosistem bisnis kesehatan di masa depan.
Sejumlah inovasi diperlukan misalnya dalam personalize medicine, mempersingkat proses distribusi (supply chain), stability strategies, dan keamanan data. Sementara di bagian hilir, ekosistem kesehatan fokus pada pasien.
“Membangun super apps, menggabungkan layanan kesehatan dalam satu aplikasi. Sekarang serba teknologi ya, dari konsultasi online, e-farmasi, preventive care, hingga booking rumah sakit. Ada offline juga tentunya, punya klinik, laboratorium, home service. Semua layanan ini dalam satu aplikasi dan terintegrasi dengan satu sehat,” jelas Adeva.
Dengan digitalisasi ini, diharapkan dapat membuat masyarakat lebih mudah mengakses fasilitas kesehatan. Adeva juga menegaskan bahwa bisnis kesehatan tetap harus mengedepankan keamanan data.
“Meskipun untuk kontrol itu tidak perlu lagi membawa berkas-berkas rekam medis, misalnya hasil CT scan yang besar itu, kita harap semuanya digital. Tapi tetap yang paling penting adalah kita menjamin data itu aman,” tegasnya.
Adeva mengatakan inisiasi ini sudah mulai dijalankan sejak tahun lalu oleh Bio Farma dengan soft launching aplikasi telemedicine Medevo serta Medbiz, marketplace yang menyediakan obat dan alat kesehatan khusus untuk retailer seperti apotek.
Induk dari Holding BUMN Farmasi ini juga sedang melakukan uji klinis pada Medwell, platform yang memungkinkan penggunanya melakukan pencegahan penyakit kronis.
Platform ini memungkinkan pengguna untuk menganalisis data gaya hidup seperti aktivitas sehari-hari, nutrisi, tidur, dan tingkat stres yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kebugaran penggunanya.
“Semoga tahun depan kita sudah bisa merasakan manfaatnya,” kata Adeva.
Bio Farma berkolaborasi dengan Google Cloud, Fitbit, dan ConnectedLife antara lain untuk membangun penyimpanan dan basis data, jaringan (networking), manajemen keamanan dan identitas (security and identity management), serta modernisasi infrastruktur.
Biofarma x MIT Hacking Medicine 2023
Acara ini menjadi wadah untuk mengembangkan ide sebagai bagian dari rangkaian pre-event Biofarma x MIT Hacking Medicine 2023.
“Kita ingin mengakomodir teman-teman dari semua multidisiplin untuk berkolaborasi dan berideasi bagaimana bertransformasi di digital untuk kesehatan,” terang Patih.
Sesi ini menghadirkan beberapa pembicara selain Adea Oktaveri, ada pula Cloud Sales – Healthcare & Life Sciences Dewi Febrianti, Head of Content and Communication Jabar Digital Service Alexander R. P, Chairman, Data Science Indonesia (DSI) Nabil Badjri, Founder & CEO, Agility Transformation, Founder & Chairman Infradigital Foundation Muhammad Rofi, Founder, Synbio Indonesia M Farhan Maulana, dan Organizer UXiD Bandung Rizki Nino.
[embed-health-tool-bmi]