Beberapa orang dengan gangguan saraf mungkin mengalami suatu gejala yang disebut dengan afasia. Ini merupakan kondisi ketika seseorang mengalami gangguan komunikasi, baik secara verbal maupun tulisan. Namun, gejala yang dirasakan bisa berbeda pada setiap orang tergantung pada jenisnya. Apa saja jenis afasia yang dimaksud?
Jenis afasia yang bisa menyerang penderita penyakit saraf
Afasia bisa memengaruhi kemampuan komunikasi dalam berbagai cara. Ini termasuk kemampuan bicara, memahami perkataan, membaca, serta menulis.
Biasanya, kondisi ini terjadi secara tiba-tiba akibat stroke atau cedera kepala. Namun, afasia juga bisa muncul secara bertahap akibat tumor otak atau demensia.
Adapun penyebabnya adalah kerusakan pada bagian otak yang mengontrol bahasa. Meski begitu, gejala yang dirasakan setiap penderitanya bisa berbeda tergantung pada jenisnya.
Berikut adalah jenis-jenis afasia yang perlu Anda ketahui serta dengan masing-masing gejala atau ciri-cirinya.
1. Afasia Broca
Jenis ini dinamai dari seorang ilmuwan Prancis, Paul Broca, yang pertama kali mengaitkan bentuk afasia ini dengan kerusakan otak tertentu.
Bentuk ini dikenal juga dengan nama afasia tidak lancar atau ekspresif. Orang dengan bentuk afasia ini mungkin mengalami kesulitan bicara, tetapi dapat memahami perkataan orang lain.
Saat bicara, ia cenderung menggunakan kalimat yang sangat pendek yang biasanya kurang dari empat kata. Ia pun sering kesulitan menemukan kata-kata yang tepat.
Beberapa di antaranya pun lebih sulit menggunakan kata kerja daripada kata benda. Bahkan, saking sulitnya, ia sering merasa frustasi karena sadar dirinya memiliki keterbatasan.
Afasia Broca biasanya terjadi karena kerusakan pada otak yang mengontrol bicara dan bahasa, seperti gyrus frontal inferior pada otak kiri. Biasanya, ini terjadi akibat stroke atau cedera otak.
Selain kemampuan bicara, penderita afasia ini pun mungkin mengalami kelumpuhan atau kelemahan pada bagian tubuh sisi kanan.
2. Afasia Wernicke
Mirip dengan Broca, jenis Wernicke juga dinamai dari seorang ahli saraf Carl Wernicke yang pertama kali menghubungkan kerusakan pada bagian otak tertentu dengan pola afasia ini.
Kerusakan otak yang dimaksud yaitu di area temporal posterior pada bagian kiri otak. Ini merupakan bagian otak yang berperan untuk memproses arti kata dan bahasa lisan.
Akibat kerusakan otak tersebut, penderita afasia ini tidak mampu memahami perkataan orang lain dengan baik atau bahkan dirinya sendiri ketika berbicara.
Namun, orang dengan kondisi ini masih dapat berbicara dengan lancar meski dengan kalimat yang panjang, rumit, tidak masuk akal, atau menggunakan kata yang tidak perlu.
Pengidapnya pun sering kali tidak sadar jika orang lain tidak memahami perkataannya. Ia juga sering kesulitan untuk membaca dan menulis.
Karena kemampuan bicaranya tak terganggu, jenis afasia ini disebut juga dengan afasia lancar atau afasia reseptif.
3. Afasia Global
Jenis afasia ini adalah dampak dari kerusakan pada otak yang cukup parah dan melibatkan kedua bagian otak Broca dan Wernicke.
Area otak ini sangat penting untuk memahami perkataan, mengakses kosakata, menggunakan tata bahasa, dan memproduksi kata dan kalimat.
Inilah mengapa penderita afasia global kesulitan untuk memahami perkataan orang lain serta membentuk kata dan kalimat.
Penderitanya pun tidak dapat membaca atau menulis. Biasanya, kondisi ini terjadi pada pasien setelah menderita gejala stroke atau trauma otak.
Gejala dapat membaik dalam beberapa bulan setelah stroke, terutama jika kerusakan otak belum meluas.
Namun, kerusakan otak yang sudah meluas bisa menyebabkan kecacatan yang parah dan bertahan lama.
4. Afasia anomik
Dibandingkan tiga jenis di atas, National Aphasia Association menyebut bahwa afasia anomik merupakan salah satu bentuk afasia yang lebih ringan.
Orang dengan bentuk ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
- Sering tidak mampu mengeluarkan kata-kata yang ingin dibicarakan, terutama kata benda dan kata kerja yang signifikan.
- Dapat bicara dengan lancar dan secara tata bahasa benar, tetapi penuh dengan kata-kata yang tidak jelas atau berbelit-belit karena berusaha menjelaskan apa yang ingin diungkapkan.
- Sering mengalami tip of the tongue atau lethologica, yaitu ketika Anda mengetahui sebuah kata, tetapi tidak dapat memikirkan dan mengingatnya serta seperti tertahan di ujung lidah. Hal ini sering membuatnya frustasi.
- Dapat memahami ucapan dengan baik dan dapat mengulangi kata dan kalimat. ‘
- Dapat membaca dengan baik, tetapi sulit menemukan kata-kata yang tepat dan jelas dalam tulisan.
5. Afasia progresif primer
Sesuai namanya, afasia progresif primer atau primary progressive aphasia (PPA) adalah jenis afasia yang terjadi secara perlahan dan progresif.
Seseorang dengan bentuk afasia ini umumnya mengalami gangguan bahasa terlebih dahulu. Ini bisa berupa afasia Wernicke (lancar) atau Broca (tidak lancar).
Seiring waktu, gangguan ini memburuk dan menyebabkan hilangnya kemampuan untuk membaca, menulis, bicara, dan memahami perkataan orang lain.
Kondisi yang memburuk dapat terjadi selama beberapa tahun. Namun, fungsi mental lainnya, seperti memori, penalaran, wawasan, dan penilaian, biasanya tidak terpengaruh.
Itulah mengapa penderita PPA perlu dibedakan dengan penyakit Alzheimer yang umumnya akan memengaruhi memori penderitanya.
Meski begitu, penderita penyakit Alzheimer juga bisa mengalami kondisi ini bila bagian otak yang mengontrol bicara dan bahasa terpengaruh.
Sebaliknya, gejala penderita PPA juga bisa berkembang ke memori hingga kemudian mengalami hilang ingatan.
[embed-health-tool-bmi]