backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

4

Tanya Dokter
Simpan

7 Penyebab Jerawat di Hidung dan Cara Penanganannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

7 Penyebab Jerawat di Hidung dan Cara Penanganannya

Sama seperti penyebab jerawat lainnya, jerawat di hidung muncul akibat penumpukan sel kulit mati dan penyumbatan pori-pori dari minyak berlebih. Ketahui penyebab lain jerawat di hidung berikut ini dan cara penanganannya.

Daftar penyebab jerawat di hidung

Hidung termasuk dalam area T-zone, yaitu area dahi dan hidung. Area ini cenderung memproduksi lebih banyak minyak dibandingkan daerah wajah lainnya.

Akibatnya, area hidung dan sekitarnya pun sering ditumbuhi jerawat. Bukan hanya di bagian luar, jerawat di hidung juga bisa muncul di bagian dalam karena beberapa penyebab.

Berikut ini beberapa penyebab jerawat di hidung yang sebaiknya Anda ketahui.

1. Perubahan hormon

benzoyl peroxide (benzoil peroksida)

Perubahan hormon merupakan penyebab jerawat di hidung dan area T-zone lainnya. 

Ini terjadi karena hormon memiliki peran penting dalam mengatur produksi minyak (sebum) oleh kelenjar minyak di kulit. 

Saat hormon meningkat dalam tubuh, hal ini dapat merangsang kelenjar minyak di kulit untuk memproduksi lebih banyak sebum.

Area T-zone, termasuk hidung, sering kali lebih sensitif terhadap perubahan hormon ini, sehingga lebih cenderung mengalami produksi sebum berlebihan.

2. Gangguan pencernaan

Gangguan pencernaan, seperti masalah lambung atau usus, dapat menyebabkan peradangan dalam tubuh.

Ketika tubuh mengalami peradangan, respons imun tubuh dapat memicu reaksi inflamasi yang mempengaruhi kulit dan menyebabkan jerawat.

Hal ini didukung salah satu penelitian dalam jurnal Journal of cosmetic dermatology. Penelitian mengatakan bahwa sindrom iritasi usus besar lebih umum terjadi pada pasien dengan jerawat parah.

Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa gangguan pencernaan memiliki hubungan yang erat dengan munculnya jerawat.

Artikel terkait

3. Mencabut bulu hidung

Ketika bulu hidung dicabut, ada kemungkinan kecil bahwa bakteri dari tangan atau alat pencabut bulu masuk ke folikel rambut yang terbuka.

Ini bisa menyebabkan infeksi dan peradangan, yang dapat berujung pada jerawat.

Selain itu, folikel rambut yang terbuka setelah mencabut bulu hidung rentan terhadap penumpukan minyak, sel-sel kulit mati, atau kotoran.

Hal ini dapat menyebabkan sumbatan pada folikel rambut dan memicu pembentukan jerawat. 

4. Sering membuang ingus dengan mengendus keras

Sering membuang ingus dengan mengendus keras juga dapat berkontribusi pada kemunculan jerawat di hidung. 

Mengendus atau membersihkan hidung secara kasar dapat menyebabkan iritasi pada kulit di sekitar hidung.

Kulit yang teriritasi menjadi lebih rentan terhadap peradangan dan pembentukan jerawat.

Ketika membersihkan hidung secara kasar, partikel debu atau kotoran yang ada di hidung juga dapat terdorong ke dalam pori-pori kulit di sekitar hidung sehingga timbul jerawat.

5. Stres

Stres dapat berperan dalam memicu atau memperburuk jerawat di berbagai bagian tubuh, termasuk hidung dan area T-zone. 

Stres dapat mempengaruhi sistem imun tubuh, meningkatkan produksi hormon tertentu seperti kortisol dan hormon stres lainnya.

Hal ini dapat menyebabkan peradangan di kulit, yang merupakan faktor utama dalam perkembangan jerawat.

Saat stres, seseorang juga mungkin cenderung melakukan kebiasaan seperti mengonsumsi alkohol, dan makan sembarangan yang merupakan faktor risiko jerawat.

6. Riwayat genetik

perbedaan jerawat tanda hamil dan haid

Tahukah Anda bahwa genetik sangat menentukan kemunculan jerawat, termasuk jerawat di hidung. 

Genetik memengaruhi bagaimana sistem kekebalan tubuh merespons bakteri dan inflamasi di kulit. Produksi sebum oleh kelenjar minyak kulit juga dipengaruhi oleh faktor genetik. 

Ukuran dan struktur pori-pori kulit juga dapat ditentukan secara genetik.

Pori-pori wajah yang lebih besar atau lebih rentan terhadap sumbatan dapat meningkatkan risiko jerawat.

7. Kebiasaan menyentuh hidung

Sering menyentuh area hidung juga merupakan salah satu penyebab jerawat di hidung. 

Tangan merupakan tempat yang rentan terhadap kotoran dan bakteri dari lingkungan sekitar.

Saat menyentuh hidung, bakteri dan kotoran dari tangan dapat berpindah ke kulit dan masuk ke dalam pori-pori.

Hal ini dapat menyebabkan infeksi dan peradangan sehingga dapat menimbulkan jerawat.

Menyentuh atau menggaruk area hidung secara berlebihan juga menyebabkan iritasi pada kulit. Gesekan berlebihan ini dapat merusak lapisan kulit dan memperburuk kondisi jerawat.

Apa saja penyebab jerawat di hidung?

  • Perubahan hormon.
  • Gangguan pencernaan.
  • Mencabut bulu hidung.
  • Sering membuang ingus dengan mendengus keras.
  • Stres.
  • Riwayat genetik.
  • Kebiasaan menyentuh hidung.

Cara penanganan jerawat di hidung

Penanganan jerawat di hidung kurang lebih sama dengan penanganan jerawat secara umum. 

Penanganan jerawat di hidung biasanya melibatkan kombinasi perawatan yang dapat mengurangi peradangan, mengontrol produksi minyak, dan mencegah infeksi.

Berikut ini beberapa cara penanganan jerawat terutama di hidung.

1. Obat jerawat

Salah satu cara yang cukup ampuh dalam menghilangkan jerawat, terutama di hidung, adalah menggunakan obat jerawat.

Berikut ini jenis obat yang biasa digunakan untuk mengobati jerawat. 

  • Retinoid untuk mencegah penyumbatan folikel rambut.
  • Benzoil peroksida untuk membunuh bakteri penyebab jerawat.
  • Asam salisilat dan azelaic acid untuk melawan bakteri penyebab jerawat.
  • Dapsone yang biasa digunakan untuk jerawat yang mengalami peradangan.
  • Antibiotik untuk mengurangi kemerahan dan melawan bakteri penyebab jerawat.
  • Isotretinoin untuk pasien yang tidak mempan terhadap pengobatan jerawat lainnya.

2. Pilih pembersih wajah yang lembut

Selain memakai obat, ada kebiasaan lainnya yang perlu diperhatikan untuk mendukung proses menghilangkan jerawat, yaitu mencuci muka.

Usahakan untuk membersihkan wajah dengan pembersih yang lembut sebanyak dua kali sehari. 

Bila memungkinkan, cobalah untuk menghindari produk pembersih wajah yang kasar dan mengandung alkohol.

Pasalnya, produk ini dapat mengiritasi kulit dan memperparah kondisi jerawat di hidung. 

3. Hindari paparan sinar matahari langsung

Bagi beberapa orang, paparan sinar matahari dapat memperparah jerawat. Bahkan, obat jerawat yang dipakai terkadang membuat kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari.

Oleh sebab itu, Anda perlu memeriksa dahulu apakah obat yang dipakai termasuk jenis obat tersebut. 

Jika iya, usahakan untuk menghindari paparan sinar matahari secara langsung. Anda juga dapat melindungi kulit dengan tabir surya.

Pastikan pula untuk melihat apakah produk tersebut berlabel non-comedogenic (tidak menyebabkan komedo) atau non-acnegenic (tidak menyebabkan jerawat). 

4. Kompres hidung dengan air hangat

kulit kering vs kulit berminyak lebih rentan berjerawat

Jika Anda merasakan nyeri di bagian hidung yang berjerawat, cobalah untuk mengompres daerah tersebut dengan kain hangat.

Kompres hangat membantu mengurangi rasa sakit dan juga dapat mempercepat jerawat menghilang.

Kain hangat bekerja dengan cara membuka pori-pori kulit, serta membantu mengeluarkan kotoran dan minyak yang terjebak di dalamnya.

Kompres hangat juga meningkatkan sirkulasi darah di area jerawat, yang membantu mempercepat penyembuhan jerawat.

Perlu diingat, jerawat di hidung sebaiknya tidak disentuh langsung dengan tangan, apalagi tangan yang kotor.

Pasalnya, jerawat di hidung rentan mengalami infeksi apabila disentuh langsung menggunakan tangan. Gunakan cotton bud atau alat lain yang bersih untuk memberikan obat.

Anda juga sebaiknya tidak memencet jerawat di hidung. Hal ini dapat memperparah infeksi dan dapat meninggalkan bekas luka.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan

General Practitioner · None


Ditulis oleh Annisa Nur Indah Setiawati · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan