Scabies atau kudis adalah infeksi kulit akibat parasit tungau Sarcoptes scabiei. Kondisi ini membuat kulit gatal-gatal, terutama pada malam hari. Dari dulu, banyak orang yang sudah mencoba membunuh parasit penyebab scabies dengan garam.
Namun, apakah metode penyembuhan penyakit kulit ini sudah terbukti secara ilmiah?
Potensi garam untuk membunuh scabies
Pada dasarnya, garam bersifat antimikroba dan antiparasit sehingga berpotensi mengurangi keberadaan mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, dan parasit.
Mengutip riset yang diterbitkan National Academies Press (2010), garam dapat berpindah dari larutan yang cair ke larutan yang lebih pekat. Proses ini disebut dengan osmosis.
Osmosis membuat kandungan air pada mikroorganisme terkuras sehingga mengalami dehidrasi dan akhirnya mati.
Selain itu, garam bisa menghambat laju pertumbuhan mikroorganisme penyebab penyakit kulit dengan cara membatasi oksigen di dalam sel dan mengganggu kerja enzim yang berperan dalam pembelahan sel.
Karena manfaat ini, tidak heran jika banyak orang berendam dengan air garam untuk kesehatan kulit sejak dulu.
Sayangnya, masih belum ada riset yang meneliti langsung potensi garam untuk membunuh Sarcoptes scabiei hingga saat ini.
Jadi, cara membunuh scabies dengan garam masih belum diketahui keampuhannya.
Efek samping membunuh scabies dengan garam
Garam belum terbukti secara ilmiah bisa mengatasi infeksi scabies, penggunaan garam justru bisa menyebabkan masalah kulit tertentu.
Rasa gatal yang kuat akibat kudis bisa membuat Anda menggaruk kulit secara tidak sadar. Kulit gatal yang terus digaruk rentan menimbulkan luka.
Kulit yang terluka justru tidak boleh dibalurkan garam. Butiran garam yang tajam dan keras justru memperparah kondisi luka. Hal ini menyebabkan iritasi kulit sehingga luka terasa lebih sakit.
Jadi, garam tidak boleh lagi digunakan di atas kulit yang terluka selama efektivitasnya untuk menyembuhkan luka belum teruji secara pasti.