Banyak yang mengira bahwa jika sudah pernah kena cacar air sekali, kita tidak bisa kena lagi selamanya. Jangan salah, karena tidak menutup peluang kalau penyakit itu akan datang lagi di kemudian hari dalam bentuk lain, yaitu cacar api. Dalam dunia medis, cacar api disebut dengan herpes zoster alias shingles.
Apa itu herpes zoster?
Herpes zoster adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Varicella zoster. Di Indonesia, selain cacar api herpes zoster juga kerap disebut sebagai cacar ular.
Namun, jenis herpes ini harap dibedakan dengan penyakit yang bernama sama yaitu herpes genital. Herpes genital adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus Herpes simplex.
Herpes zoster bisa menyerang siapa saja yang sudah pernah mengalami cacar air. Itu artinya cacar ular bisa terjadi pada anak-anak yang sebelumnya pernah kena cacar air saat masih bayi, atau anak yang lahir dari ibu yang mengalami cacar air saat hamil. Cacar ular juga bisa terjadi walaupun gejala dari kasus cacar air sebelumnya tidak begitu kentara.
Sebab, kedua jenis cacar ini sama-sama disebabkan oleh virus Varicella zoster.
Apa penyebab herpes zoster?
Setiap orang yang sudah pernah kena cacar air memang akan membangun antibodi khusus untuk mencegah penyakit tersebut kambuh kembali. Namun setelah berobat dan sembuh dari cacar air, virus Varicella zoster sebenarnya tidak benar-benar musnah.
Virus tersebut masih tinggal dan menetap di dalam jaringan saraf, tapi dalam kondisi “tertidur’ atau tidak aktif. Jika suatu saat virus tersebut hidup kembali atau dibangunkan oleh pemicu tertentu, maka cacar ular atau herpes zoster bisa terjadi.
Nah, penyebab utama virus cacar kembali menyerang Anda adalah masalah daya tahan tubuh. Ketika sistem imun sedang lemah, virus tersebut melihatnya sebagai kesempatan emas untuk hidup kembali.
Beberapa hal yang berpeluang untuk membangkitkan’ kembali virus penyebab cacar adalah:
- Stres berat dan depresi
- Usia yang semakin menua
- Mengalami penyakit yang mengganggu sistem imun, seperti kanker atau HIV/AIDS
- Sedang menjalani pengobatan kanker, seperti kemoterapi dan terapi radiasi
- Konsumsi obat-obatan, khususnya obat imunosupresif yang biasanya dipakai setelah menjalani cangkok organ
Penting untuk digarisbawahi bahwa penyakit cacar ular ini tidak mungkin muncul jika Anda tidak pernah terkena cacar air maupun terpapar virus Varicella zoster sebelumnya.
Apakah herpes zoster menular?
Beda dengan cacar yang mudah menular, herpes zoster tidak akan menular dari satu orang ke orang lainnya. Jika Anda pernah kena cacar air tapi belum pernah kena cacar api, amat kecil kemungkinannya untuk ketularan dari orang sekitar yang sedang mengalaminya.
Namun, virus cacar yang aktif dapat menular dari seseorang yang sedang sakit herpes zoster kepada seseorang yang belum pernah kena cacar air sama sekali. Dalam kasus seperti ini, orang yang ketularan itu tidak jadi ikut kena cacar api, melainkan mengalami cacar air.
Perlu diperhatikan bahwa virus cacar ular ini tidak menyebar melalui batuk atau bersin, tetapi dari kontak langsung dengan cairan atau lepuhan di kulit. Jika lepuhan atau lentingan di kulit belum muncul atau setelah lepuhan tersebut membentuk kerak, orang tersebut juga tidak dapat menularkan virus cacar ular.
Maka itu, sebaiknya hindari kontak fisik langsung dengan orang yang sedang sakit cacar air jika Anda belum pernah terkena. Apalagi bagi beberapa orang yang daya tahan tubuhnya sedang lemah, seperti ibu hamil, bayi baru lahir, lansia, atau sedang terserang penyakit tertentu.
Apa saja tanda dan gejala herpes zoster?
Herpes zoster adalah perkembangandari penyakit cacar air. Maka gejala yang ditimbulkan biasanya akan lebih parah.
Cacar ular sebenarnya bisa muncul di bagian tubuh mana pun, tapi biasanya ruam pada kulit hanya akan timbul di salah satu bagian tubuh saja. Hal ini dikarenakan virus tersebut hanya menyerang bagian saraf tertentu, sehingga kulit di area tersebutlah yang menunjukkan ruam.
Karakteristik atau ciri ruam kulit akibat cacar ular biasanya terlihat seperti:
- Ruam bintik bergerombol berwarna kemerahan di bagian tubuh tertentu saja, seperti punggung, wajah, leher, serta telinga
- Bentol lepuhan atau lentingan berisi cairan yang mudah pecah
- Ruam menimbulkan rasa gatal, nyeri, mati rasa
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, ruam mungkin lebih muncul lebih luas dan terlihat mirip dengan ruam karena cacar air.
Selain ruam, beberapa gejala lainnya yang juga akan muncul, seperti:
- Demam
- Panas dingin
- Sakit kepala
- Kelelahan parah
- Kelemahan otot
- Nyeri sendi
- Mual
- Rasa nyeri, panas, baal, atau kesemutan
- Sensitif terhadap cahaya
- Pembengkakan kelenjar getah bening
Rasa nyeri biasanya merupakan gejala awal dari cacar ular, tapi nyeri yang dirasakan tersebut bisa bervariasi pada setiap orang. Ada yang tidak terlalu merasakannya, sementara ada yang merasa nyeri tersebut sangat kuat bahkan intens. Biasanya, kuat lemahnya intensitas nyeri tergantung dari lokasi di mana nyeri tersebut muncul.
Apa komplikasi yang bisa muncul dari herpes zoster?
Herpes zoster juga bisa menimbulkan komplikasi yang terbilang jarang tapi cukup serius, yakni:
- Ruam dan nyeri sampai melibatkan mata, sehingga membutuhkan penanganan khusus untuk mencegah kerusakan permenan pada mata.
- Kehilangan pendengaran atau timbul rasa sakit di satu atau kedua telinga, serta lidah kehilangan kemampuannya untuk merasakan makanan.
- Infeksi bakteri yang ditandai dengan kulit menjadi berwarna kemerahan, membengkak, serta hangat saat disentuh.
- Masalah pada saraf tergantung pada lokasinya. Umumnya, bisa sampai mengakibatkan peradangan otak (ensefalitis), kelumpuhan wajah, maupun masalah pendengaran dan keseimbangan.
Bagaimana cara mengobati herpes zoster?
Jika Anda mengalami cacar ular, biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat yang bisa membantu mengurangi gejala, seperti:
- Obat antivirus (asiklovir, valasiklovir, dan famciclovir) untuk mengurangi rasa sakit dan membantu mempercepat pemulihan.
- Obat antiinflamasi (ibuprofen) untuk meringankan rasa sakit dan pembengkakan pada kulit.
- Obat analgesik untuk mengurangi rasa sakit pada lepuhan atau lentingan di kulit.
- Obat antihistamin seperti diphenhydramine (Benadryl) untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.
- Obat dalam bentuk krim atau salep topikal, misalnya lidocaine, untuk mengurangi rasa sakit pada lepuhan kulit.
- Obat capsaicin (Zostrix) untuk membantu mengurangi nyeri saraf karena post-herpetic neuralgia, yang biasanya terjadi setelah pemulihan dari cacar air.
Gejala yang muncul karena virus cacar ular bisa bantu dipulihkan dengan melakukan beberapa hal, meliputi:
- Pastikan ruam pada kulit selalu dalam kondisi kering bersih guna mencegah risiko infeksi.
- Gunakan pakaian yang longgar untuk memberikan kenyamanan sekaligus menghindari gesekan berlebih pada kulit.
- Hindari pemakaian krim antibiotik atau balutan perekat karena bisa memperlambat proses penyembuhan.
- Jika ruam perlu ditutup, gunakan balutan perekat dengan kualitas baik untuk mencegah kondisi kulit semakin memburuk.
- Tidur dan istirahat yang cukup untuk mempercepat proses pemulihan.
- Pakai kompres dingin ke bagian kulit yang mengalami ruam untuk mengurangi rasa sakit dan gatal.
Jika Anda mengalami tanda dan gejala yang mengarah ke herpes zoster, segeralah ke dokter. Pengobatan anti-virus yang dimulai secara dini dapat menyembuhkan ruam dengan lebih cepat.
Umumnya, herpes zoster bisa pulih dan sembuh dalam beberapa minggu. Akan tetapi, jika gejala Anda tidak berkurang dalam waktu 10 hari, sebaiknya konsultasikan kembali dengan dokter untuk penanganan lebih lanjutnya.
Bagaimana cara mencegah herpes zoster?
Pencegahan cacar ular dapat dilakukan dengan pemberian vaksin. Ada 2 vaksin yang bisa membantu mencegah penyakit ini, yakni vaksin cacar air (varicella) dan vaksin herpes zoster (varicella-zoster).
1. Vaksin cacar air
Vaksin varicella (Varivax) telah menjadi imunisasi rutin yang harus diberikan pada anak untuk mencegah cacar air. Biasanya diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 12-15 bulan dan diulang kembali pada usia 4-6 tahun. Vaksin ini juga bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air sebelumnya.
Meskipun vaksin tidak dapat menjamin sepenuh bahwa Anda tidak akan terkena cacar air sama sekali, tapi pemberian vaksin setidaknya bisa mengurangi kemungkinan keparahan penyakit. Di sisi lain, vaksin juga akan membantu menurunkan risiko komplikasi dari penyakit tersebut ketimbang tidak mendapatkan vaksin sama sekali.
2. Vaksin herpes zoster
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pemberian vaksin herpes zoster bagi Anda yang sudah berusia lebih dari 50 tahun. Sebab kelompok usia ini memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami herpes zoster dan komplikasi lebih lanjutnya.
Vaksin varicella-zoster terbagi menjadi dua, yakni Zostavax (vaksin zoster hidup) dan Shingrix (vaksin zoster rekombinan). Zostavax sudah disetujui pada tahun 2006 oleh Food and Drug Administration (FDA), atau setara dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia.
Vaksin jenis ini telah terbukti mampu mencegah dan melindung penyakit herpes zoster selama sekitar lima tahun. Ini adalah vaksin hidup yang diberikan dalam bentuk suntikan, biasanya di bagian lengan atas. Sedangkan shingrix disetujui oleh FDA pada tahun 2017 dan merupakan alternatif pilihan untuk Zostavax.
Vaksin shingrix diyakini dapat memberikan perlindungan terhadap herpes zoster hingga lebih dari lima tahun. Ini adalah vaksin tidak hidup yang terbuat dari komponen virus, dan diberikan dalam dua dosis. Shingrix biasanya disarankan untuk orang telah berusia 50 tahun ke atas, termasuk mereka yang pernah menerima vaksin Zostavax sebelumnya.
Namun, vaksin Zostavax umumnya tidak dianjurkan sebelum usia Anda memasuki 60 tahun atau lebih. Efek samping yang paling umum dari vaksin herpes zoster akan menimbulkan kemerahan, nyeri, bengkak, dan gatal di area kulit bekas disuntik.
Di samping itu, vaksin ini juga kadang bisa membuat penerimanya mengalami sakit kepala sebagai efek samping lainnya. Tidak jauh berbeda dengan vaksin cacar air, vaksin untuk penyakit herpes zoster ini juga tidak menjamin Anda akan sepenuhnya terhindar atau tidak mengalami cacar ular sama sekali.
Hanya saja, vaksin ini paling tidak dapat membantu menurunkan risiko keparahan penyakit dan komplikasi yang mungkin Anda alami.
Pada intinya, kedua jenis vaksin untuk mencegah cacar air dan cacar ular ini hanya digunakan sebagai tindak pencegahan. Bukan ditujukan untuk mengobati orang yang saat ini sedang mengalami cacar air atau cacar ular.
Adakah yang tidak boleh menerima vaksin herpes zoster?
Meski bermanfaat baik, tapi ternyata tidak semua orang boleh mendapatkan vaksin herpes zoster ini. Sekali pun boleh, biasanya perlu pertimbangan kuat dari dokter dengan menyesuaikan kondisi kesehatan tubuh.
Berikut daftar beberapa kelompok orang yang harus mendapatkan rekomendasikan dari dokter terlebih dahulu sebelum mendapat vaksin herpes zoster:
- Pernah mengalami reaksi atau gejala alergi parah terhadap gelatin, antibiotik neomycin, maupun komponen lain yang terkandung dalam vaksin herpes zoster.
- Orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat lemah.
- Wanita yang sedang hamil.
- Orang yang sedang memiliki penyakit infeksi.
Sebaiknya konsulastikan lebih lanjut dengan dokter sebelum melakukan pemberian vaksin untuk Anda. Dokter akan mempertimbangkan pemberian vaksin sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.
Kebanyakan orang yang sudah pernah mengalami herpes zoster tidak akan mengembangkan penyakit tersebut di kemudian hari. Namun dalam kasus yang jarang, tidak menutup kemungkinan penyakit ini dapat datang lagi lebih dari satu kali.