Ketika hendak membeli obat pereda gejala maag, pernahkah Anda bimbang dalam menentukan jenis mana yang terbaik? Secara umumnya, ada dua macam bentuk sediaan obat maag, yakni cair dan tablet yang biasanya harus dikunyah terlebih dahulu. Kedua bentuk obat tersebut tentu memiliki keunggulannya masing-masing. Lantas, apa keuntungan yang akan didapat jika minum obat maag dalam bentuk cair?
Bagaimana cara kerja obat maag?
Maag adalah sekumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya gangguan pencernaan. Dengan kata lain, maag hanya sebuah istilah untuk memudahkan penggambaran berbagai gejala terkait sistem pencernaan, dan bukan penyakit yang sebenarnya.
Gejala yang menandakan maag biasanya meliputi mual, muntah, perut kembung, sakit perut, hingga nyeri pada dada seolah terbakar. Sementara berbagai penyakit penyebab maag yakni GERD, irritable bowel syndrome (IBS), tukak lambung, infeksi bakteri, peradangan lambung (gastritis), dan lainnya.
Penting untuk dipahami, maag yang menyerang biasanya disebabkan oleh peningkatan produksi asam pada lambung. Ketika kadar asam di dalam sistem pencernaan melebihi batas normalnya, maka kondisi ini dapat merusak lapisan lambung, usus, hingga kerongkongan (esofagus).
Alhasil, timbullah peradangan yang disertai dengan kemunculan beragam gejala maag lainnya. Itulah mengapa Anda membutuhkan obat maag untuk membantu meringankan gejalanya.
Ada beberapa jenis obat maag cair yang bisa dipilih, yakni antasida, sucralfate, dan ranitidine. Ketiga sama-sama bekerja untuk menetralkan kembali fungsi lambung dan sistem pencernaan seperti sedia kala.
Secara khususnya, obat antasida dapat menurunkan produksi asam, menetralkan kondisi asam pada lambung, sekaligus menghambat kenaikan asam ke kerongkongan.
Antasida juga dapat menghambat kerja enzim pepsin yang dihasilkan oleh lambung. Sebenarnya, enzim pepsin bermanfaat baik karena membantu lambung dalam mencerna makanan.
Namun, produksi enzim pepsin yang hanya dapat aktif di lingkungan asam. Kondisi ini berisiko merusak lapisan lambung, usus, dan kerongkongan jika kadarnya terlalu berlebih.
Sementara sucralfate tidak banyak diserap melalui saluran pencernaan. Tugas obat ini untuk mengobati lapisan perut yang terluka, sekaligus melindunginya dari paparan berbagai zat yang bisa menimbulkan infeksi lanjutan.
Di sisi lain, ranitidine berfungsi untuk mengurangi produksi asam, serta memulihkan masalah pada lambung dan tenggorokan. Atas dasar inilah, obat maag dalam bentuk cair bekerja untuk menetralkan kembali kondisi sistem pencernaan seperti sedia kala.
Apa kebaikan obat maag dalam bentuk cair?
Sebenarnya, obat maag dalam bentuk tablet maupun cair memiliki kandungan yang sama. Mulai dari kalsium karbonat, natrium bikarbonat, magnesium karbonat, alumunium hidroksida, hingga magnesium hidroksida.
Perbedaannya hanya terletak pada bentuk sediaan obat tersebut. Terkadang, obat maag juga bisa diberi tambahan alginat guna melindungi lapisan kerongkongan, serta simetikon untuk meredakan perut kembung.
Kesemua kandungan tersebut yang membuat obat maag, dalam bentuk cair maupun tablet, dapat bekerja secara efektif untuk menetralkan kadar asam pada lambung.
Selanjutnya yang kerap menjadi pertanyaan saat memilih obat maag yakni, lebih baik pilih obat maag cair atau padat untuk mempercepat penyembuhan?
Pada dasarnya, obat maag cair ataupun padat sama-sama dapat membantu meredakan berbagai keluhan akibat maag. Namun, karena bentuknya berbeda, otomatis proses serta kemampuan tubuh dalam menyerap obat maag tersebut akan berbeda pula.
Obat maag cair ternyata lebih cepat bekerja dan efektif daripada obat maag dalam bentuk tablet. Obat tablet umumnya harus dikunyah dulu atau bisa langsung ditelan.
Ketika diminum dan masuk ke dalam sistem pencernaan, obat dalam bentuk cair seolah lebih siap untuk bertugas berkat kemampuannya yang lebih mudah diserap.
Itu sebabnya, obat dalam bentuk cair bekerja lebif efektif dalam menyeimbang pH lambung yang asam. Mendukung hal tersebut, Centre for Human Drug Research di Belanda mencari tahu perbedaan keefektivan kerja dari kedua bentuk sediaan obat maag.
Melansir dari laman Canadian Society of Intestinal Research, hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Alimentary Pharmacology and Therapeutics tersebut menemukan adanya perbedaan pada efek yang diberikan.
Sekelompok orang yang minum obat maag cair melaporkan bahwa gejala maag membaik dalam kurun waktu sekitar 19 menit. Sedangkan pada kelompok lainnya yang minum obat maag tablet, butuh waktu sekitar 60 menit untuk merasa lebih baik.
Meski begitu, tidak ditemukan perbedaan yang sangat signifikan antara kedua kelompok setelah 3 jam usai minum obat maag cair maupun tablet.
Bagaimana cara yang tepat untuk minum obat maag cair?
Sebelum minum obat maag cair, sebaiknya kocok botol obat terlebih dahulu. Setelah itu, baru tuang cairan obat ke atas sendok atau gelas obat sesuai anjuran dosisnya.
Obat dalam bentuk cair paling baik untuk diminum tanpa dibarengi dengan cairan lainnya, kecuali air putih. Air putih berperan untuk melancarkan aliran obat masuk ke dalam tubuh.
Obat maag biasanya diminum sebelum makan dan sebelum tidur sesuai kebutuhan dan kondisinya. Pastikan Anda minum obat maag sesuai dengan petunjuk atau aturan minum dari dokter, apoteker, maupun yang tertera pada label kemasan obat.
Sama seperti obat-obatan lainnya, obat maag juga berisiko bereaksi dengan jenis obat-obatan lain. Maka itu, selalu sampaikan dengan dokter atau apoteker Anda mengenai jenis obat yang sedang rutin Anda minum akhir-akhir ini.
Cari tahu juga jadwal minum obat yang terbaik. Terutama ketika Anda harus minum beberapa jenis obat sekaligus, guna mencegah timbulnya masalah kesehatan.
Jangan ragu untuk bertanya pada dokter maupun apoteker Anda jika memiliki pertanyaan. Khususnya mengenai aturan, dosis, atau informasi lainnya terkait petunjuk penggunaan obat maag.
Hindari minum obat maag terus-menerus selama lebih dari 2 minggu, kecuali atas anjuran dokter. Jika maag atau keluhan gangguan pencernaan ini tidak kunjung membaik selama lebih dari 1 minggu, segera konsultasikan ke dokter.
Berikut aturan minum yang tepat bagi beberapa jenis obat maag cair:
1. Antasida
Antasida biasanya digunakan meredakan gejala seperti naiknya asam lambung, sakit perut, mual, hingga peradangan pada kerongkongan, lambung, dan usus.
Obat maag cair jenis antasida bisa diminum saat perut kosong, maupun ketika perut terisi setelah makan. Idealnya, antasida diminum beberapa jam sebelum makan, atau sekitar 1 jam setelah makan.
Konsultasikan dengan dokter atau apoteker untuk mendapatkan jadwal minum antasida terbaik sesuai kondisi Anda. Selain itu, penting untuk menyampaikan jika saat ini Anda sedang rutin minum jenis obat lainnya.
Pasalnya, obat-obatan apa pun berisiko menimbulkan interaksi dengan obat bebas maupun resep, termasuk antasida.
2. Sucralfate
Selalu biasakan untuk mengocok botol obat terlebih dahulu sebelum menuangkannya sesuai dosis. Sucralfate dikonsumsi untuk memulihkan gejala asam lambung naik, sakit perut, mual, serta muntah.
Sucralfate bisa diminum dalam kondisi perut kosong sebanyak 2-4 kali sehari sesuai arahan dokter. Obat ini biasanya diminum 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan.
Sucralfate aman diminum dalam kurun waktu 4-8 minggu. Sucralfate tidak dianjurkan untuk diminum lebih dari 8 minggu terus-menerus. Patuhi aturan minum dari dokter, dan jangan berhenti tanpa persetujuan dokter sebelumnya.
3. Ranitidine
Ranitidine kerap dipakai untuk mengobati masalah kesehatan terkait lambung dan kerongkongan. Misalnya asam lambung naik, sakit perut, susah menelan, dan lainnya.
Mirip dengan beberapa jenis obat maag cair sebelumnya, ranitidine juga bisa diminum sebelum maupun setelah makan, atau bahkan sebelum tidur. Baik dalam keadaan perut kosong atau terisi makanan.
Dokter atau apoteker biasanya akan menjelaskan aturan minum beserta dosis obat ranitidine. Normalnya, obat ini bisa diminum sebanyak 1-2 kali sehari.
Namun dalam beberapa kasus, ranitidine bisa diresepkan sekitar 4 kali minum dalam sehari tergantung kondisi medis yang Anda alami. Patuhi semua anjuran minum obat yang disampaikan oleh dokter atau apoteker Anda.
[embed-health-tool-bmr]