backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan

Perbedaan Hepatitis Akut dan Kronis, Apa Saja?

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None


Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany · Tanggal diperbarui 13/10/2022

    Perbedaan Hepatitis Akut dan Kronis, Apa Saja?

    Sejak kemenkes mengumumkan adanya ancaman penyakit hepatitis akut pada Mei lalu, Anda mungkin semakin familier dengan istilah hepatitis akut dan kronis. Namun, tidak semua orang mengetahui perbedaan keduanya.

    Simak ulasan berikut untuk mengetahui perbedaannya kedua penyakit liver ini!

    Hepatitis akut dan kronis, apa bedanya?

    Penyakit hepatitis merupakan peradangan pada organ hati yang disebabkan oleh virus.

    Hepatitis termasuk penyakit menular yang dapat menginfeksi orang lain dengan cepat.

    Anda mungkin mengetahui berbagai jenis hepatitis, mulai dari hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C.

    Namun, tidak sedikit yang sulit mengetahui perbedaan kondisi akut dan kronis dari penyakit peradangan hati ini.

    Sekilas keduanya mungkin terdengar sama-sama parah.

    Namun Anda bisa melihat beda hepatitis kronis dan akut dari gejala, penyebab, dan cara mengobatinya seperti dalam penjelasan berikut.

    1. Durasi penyakit dan gejala

    hepatitis akut dan kronis

    Hepatitis bisa dikategorikan sebagai jenis akut atau kronis berdasarkan durasi peradangan dan efeknya pada parenkim (jaringan hati).

    Pada hepatitis akut, seseorang bisa mengalaminya secara tiba-tiba dan terjadi dalam durasi waktu yang cukup singkat.

    Sementara itu, hepatitis kronis biasanya terjadi paling tidak selama 6 bulan atau lebih.

    Pasien hepatitis kronis mungkin tidak merasakan gejala yang serius di awal, tetapi kondisi ini dapat memburuk bila dibiarkan.

    Hepatitis kronis juga meningkatkan risiko sirosis hati hingga pembengkakan limpa.

    Baik hepatitis akut maupun hepatitis kronis sama-sama bisa menyebabkan demam, nyeri perut, dan penyakit kuning.

    Namun, gejala hepatitis kronis biasanya lebih parah, contohnya adalah  pembengkakan limpa dan penumpukan cairan di perut.

    2. Penyebab

    hepatitis akut dan kronis

    Perbedaan hepatitis kronis dan akut selanjutnya terletak pada penyebab seseorang mengalami penyakit ini.

    Umumnya, hepatitis disebabkan oleh infeksi virus yang mengakibatkan terganggunya fungsi organ hati.

    Keduanya sangat mungkin merupakan akibat penyakit hepatitis yang berkembang semakin parah, seperti hepatitis A, B, C, D, dan hepatitis E.

    Meski begitu, dilihat dari gejala yang ditimbulkan, peradangan hati kronis dan akut juga dapat disebabkan oleh hal yang berbeda.

    Hepatitis akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang meningkatkan risiko terkena penyakit ini, seperti:

    • infeksi bakteri, 
    • kerusakan hati, 
    • cedera pada bagian liver, 
    • racun,
    • penyakit autoimun, 
    • sanitasi yang buruk, 
    • konsumsi alkohol, 
    • infeksi HIV, dan 
    • perlemakan hati.

    Sementara itu, penyebab dan faktor risiko hepatitis kronis meliputi:

    • hepatitis autoimun, 
    • perlemakan hati alkoholik dan non-alkoholik, 
    • penyakit Celiac
    • hemokromatosis, 
    • gangguan tiroid, 
    • penyakit Wilson, dan 
    • penggunaan obat tertentu seperti isoniazid.

    3. Pengobatan

    Selain melihat gejala dan penyebabnya, perbedaan hepatitis akut dan kronis juga terletak pada pengobatan yang akan dijalani oleh pasien.

    Pasalnya, masing-masing memiliki gejala yang berbeda, sehingga diperlukan pengobatan yang berbeda pula. 

    Untuk hepatitis akut, Anda akan menjalani pengobatan peradangan hati berdasarkan penyebabnya berikut.

    • Hepatitis A: diperlukan istirahat cukup, makan bergizi seimbang, dan menghindari obat pereda nyeri.
    • Hepatitis B: lebih banyak istirahat, mencukupi kebutuhan cairan, dan konsumsi makanan sehat secara teratur.
    • Hepatitis C: pemberian obat antiviral dan penanganan lanjut dari dokter.
    • Hepatitis D: obat alpha interferon, tapi tidak untuk pasien dengan sirosis hati, masalah mental, dan penyakit autoimun.
    • Hepatitis E: istirahat cukup, penuhi kebutuhan cairan, konsumsi makanan bergizi, dan terapi medis bila diperlukan.

    Selanjutnya, di bawah ini adalah pengobatan untuk hepatitis kronis berdasarkan penyebab dan gejala yang dialami pasien.

    • Hepatitis B: obat antivirus seperti entecavir, telbivudine, dan lamivudine.
    • Hepatitis C: pengobatan diberikan berdasarkan jenis virusnya, meliputi obat pegylated interferon alfa, kombinasi ribavirin dan sofosbuvir, dan protease inhibitor.
    • Hepatitis autoimun: obat yang diberikan bukan antivirus, melainkan untuk meredakan gejala, seperti obat kortikosteroid dan imunosupresif.
    • Kondisi komplikasi: transplantasi hati mungkin akan direkomendasikan dalam kondisi ini.

    Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter Anda guna mendapatkan penanganan yang tepat.

    Pastikan Anda mendapatkan vaksin hepatitis dapat menurunkan risiko Anda terkena peradangan hati akut dan kronis. 

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Andreas Wilson Setiawan

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany · Tanggal diperbarui 13/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan