Dalam proses tumbuh kembangnya, wajar jika anak sesekali berbuat salah. Namun, saat itu terjadi, tak sedikit anak justru dikurung di rumah oleh orangtuanya. Tujuannya agar anak bisa merenungi dan mau memperbaiki kesalahannya. Lantas, apakah hukuman mengurung anak di kamar ini baik di lakukan? Berikut penjelasannya.
Apakah anak dikurung di rumah hukuman yang tepat?
Hukuman mengurung anak sering dipakai orangtua sebagai salah satu teknik mendisiplinkan anak.
Hal ini dilakukan ketika anak melakukan hal yang tidak baik, tidak pantas, atau melakukan kesalahan. Psikolog menyebut bentuk hukuman ini sebagai isolasi sosial.
Isolasi sosial dilakukan dengan memisahkan anak dari orangtua dan anak-anak lain di sebuah ruangan atau tempat tertentu.
Melalui isolasi sosial, secara tidak sengaja orangtua memberi pesan kepada anak bahwa kesalahannya tidak bisa diterima.
Secara psikologis, memberi hukuman mengurung anak sebenarnya bukanlah hal yang tepat untuk dilakukan orangtua.
Dengan mengurung anak di kamar, orangtua justru jadi kesulitan untuk membimbing dan membantu anak memahami kesalahannya.
Hal ini bisa terjadi karena anak sudah terlanjur berpikir bahwa orangtua menjauhi atau meninggalkannya saat pengurungan dilakukan.
Bukannya memperbaiki kesalahan, anak cenderung untuk merespons hal tersebut dengan menyerang diri sendiri atau orang lain, menarik diri, atau menghindar.
Dengan demikian, arahan dari orangtua tidak akan lagi mempan pada anak.
Pada dasarnya, anak-anak dapat mengatasi setiap masalah dengan baik bila mendapat dukungan dari orang-orang di sekitar mereka.
Oleh karena itu, anak sebenarnya tidak perlu dikurung saat melakukan kesalahan. Justru, mereka membutuhkan pemahaman dari orangtuanya.
Dengan demikian, memberi hukuman mengurung anak di kamar hanya akan membuat mereka merasa menderita sendirian.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Apa dampak hukuman anak dikurung di rumah?
Melansir dari Institute for Family Studies, anak yang diisolasi atau dikurung atas kesalahannya bisa mengalami peningkatan pada aliran darahnya.
Kondisi ini sama seperti ketika anak merasakan sakit secara fisik. Dengan demikian, dampak hukuman mengurung anak sama halnya dengan menyakiti anak secara fisik.
Selain itu, anak yang dikurung di rumah bisa memberikan dampak negatif lainnya, seperti berikut.
- Membuat anak menjadi lebih marah.
- Mengurangi kapasitas anak untuk mengembangkan coping skill untuk menyelesaikan masalah.
- Merusak hubungan antara orangtua dan anak.
- Mengabaikan alasan yang mendasari perilaku orangtua.
- Membuat anak menjadi lebih egois karena mereka kurang memikirkan perilakunya. Justru anak lebih banyak berpikir bahwa apa yang terjadi padanya tidak adil.
- Membuat anak merasa bahwa dirinya tidak berharga, karena orangtua mengabaikan kebutuhan anak saat mereka paling membutuhkan.
Apa alternatif hukuman untuk anak yang efektif ?
Daripada memberi hukuman mengurung anak, lebih baik berikan bimbingan kepadanya.
Oleh karena itu, saat anak berbuat kesalahan, gunakan kesempatan tersebut untuk menyelesaikan permasalahan bersama antara orangtua dan anak.
Orangtua perlu menunjukkan rasa empati dan perspektif yang benar mengenai perilaku anak.
Daripada dikurung, ajaklah anak bicara atas kesalahan yang dibuatnya.
Melibatkan percakapan dan kerja sama antara orangtua dan anak dapat membantu mengembangkan empati anak, dan demikian juga pemikiran anak.
Selain itu, langkah ini dapat membangun hubungan yang baik antara orangtua dan anak.
Kesimpulan
- Mengurung anak di kamar sebagai hukuman (isolasi sosial) dapat menimbulkan dampak psikologis negatif dan tidak membantu anak memahami kesalahannya.
- Hukuman semacam ini bisa membuat anak merasa ditolak, marah, tidak berharga, dan sulit mengembangkan keterampilan menghadapi masalah.
- Pendekatan ini juga dapat merusak hubungan antara orangtua dan anak serta menghambat perkembangan empati dan tanggung jawab anak.
- Sebagai alternatif, orangtua sebaiknya membimbing anak dengan empati dan komunikasi terbuka agar anak belajar dari kesalahan dalam suasana yang mendukung.