Mempunyai balita yang sulit makan tentu membuat para orangtua bingung harus berbuat apa. Tak perlu khawatir, kini sudah ada terapi yang bisa dicoba orangtua untuk anak yang susah makan, terutama pada usia balita.
Apa itu terapi makan dan bagaimana manfaatnya untuk balita Anda? Temukan jawabannya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu terapi makan?
Terapi makan merupakan cara yang digunakan untuk mengatasi seseorang yang mengalami kesulitan makan. Kondisi ini bisa terjadi pada orang di segala usia tetapi kerap terjadi pada anak-anak dan balita.
Terapi ini tidak sekadar mengajarkan anak untuk makan, melainkan juga bekerja sama dengan orangtua dan pengasuhnya agar proses makan lebih mudah.
Walaupun demikian, Anda perlu mengenali terlebih dahulu gejala apa yang membuat balita Anda membutuhkan terapi makan.
Tanda-tanda anak membutuhkan terapi makan
Menurut Kimberly Hirte, ahli patologi anak kepada Intermountain Healthcare menyatakan ada beberapa gejala yang perlu diperhatikan oleh orangtua ketika anak susah makan.
Jika tanda-tanda di bawah ini dialami oleh mereka, kemungkinan besar balita dan anak Anda membutuhkan terapi makan.
- Kesulitan saat mengunyah makanan
- Berat dan tinggi badan tidak bertambah dalam beberapa pekan terakhir
- Sering muntah dan meludahkan makanan yang baru masuk ke mulutnya
- Sulit bernapas saat makan dan minum
- Mengalami masalah saat hendak batuk atau bersendawa
- Menangis karena menolak makan
Apabila anak Anda memperlihatkan gejala tersebut atau mereka hanya makan 5-10 jenis makanan yang berbeda, kemungkinan besar anak membutuhkan terapi makan.
Cara kerja terapi untuk anak dan balita yang susah makan
Seperti yang dilansir dari laman CHOC Children, selama terapi makan berlangsung, anak dan orangtua akan didampingi oleh terapis.
Para terapis tersebut berusaha membantu anak agar keterampilan makan mereka meningkat sehingga waktu makan anak lebih menyenangkan.
Namun, tidak semua anak akan memelajari kemampuan yang sama. Kemampuan ini akan ditingkatkan berdasarkan kebutuhan.
Ini dia beberapa keterampilan umum yang akan dikembangkan dalam terapi tersebut.
1. Kemampuan mengunyah
Pada beberapa balita, cara mengunyah yang biasa mereka lakukan belum benar. Ketika mulutnya dimasukkan makanan, makanan tersebut cenderung dikunyah di gigi yang sama.
Akibatnya, anak-anak ini pun meludahkan kembali sebagian besar makanan tersebut karena merasa bosan. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh beberapa hal, seperti penyakit tertentu, tumbuh kembang yang terhambat, dan alergi.
Kemampuan mengunyah yang kurang akan meningkatkan risiko beberapa penyakit, salah satunya kurang gizi.
Di dalam terapi tersebut, para terapis membantu balita agar mereka terlatih untuk mengontrol dan memperbaiki cara mengunyah, menghirup, mengisap, dan menelan makanan.
Dengan demikian, terapi untuk anak dan balita yang susah makan ini membuat mereka menggunakan semua gigi dan lidahnya untuk memproses makanan.
2. Menambah jumlah dan jenis makanan
Selain kemampuan mengunyah,balita yang pilih-pilih makanan mungkin memerlukan terapi makan ini.
Hal ini mungkin dikarenakan ada penyakit atau alergi tertentu yang membuat anak Anda tidak dapat mengonsumsi makanan dengan bebas.
Oleh sebab itu, mereka membutuhkan bantuan agar jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi bisa bertambah. Cara ini cukup penting sebagai upaya agar anak Anda bisa menikmati makanan yang lebih seimbang dan sehat.
Terapis membutuhkan bantuan dari orangtua dan anggota keluarga lainnya agar anak mau mengonsumsi jenis dan jumlah makanan yang sudah ditentukan.
3. Menciptakan hubungan yang positif terhadap makanan
Terapi untuk anak dan balita yang susah makan ini ternyata juga bermanfaat agar anak bisa menciptakan hubungan yang positif terhadap makanan mereka.
Anak atau balita yang memiliki masalah kesehatan, seperti alergi atau kesulitan mengunyah, biasanya memiliki perasaan jelek terhadap makanannya sendiri.
Akibatnya, nafsu makan mereka menurun bahkan hilang sama sekali.
Pada sesi ini, para terapis bekerja sama dengan orangtua untuk membuat rutinitas makan anak agar tercipta hubungan yang lebih positif dengan makanan.
Misalnya, orangtua ikut makan bersama anak atau ikut mengunyah makanan yang disodorkan oleh balita agar mereka semangat.
Terapi makan ini juga mengajarkan anak minum dari gelas dan makan menggunakan sendok dan garpu.
Dengan demikian, mereka lebih bisa menikmati waktu makan dan mendapatkan pengalaman yang positif, sehingga waktu makan tidak lagi menakutkan.
Jika dilakukan sesuai dengan apa yang diajarkan, peluang terapi untuk berhasil cukup besar.
Jika Anda merasa pertumbuhan anak terhambat, konsultasikan dengan dokter anak untuk mendapatkan alternatif perawatan yang tepat.
[embed-health-tool-vaccination-tool]