Salah satu tantangan terbesar dalam membesarkan anak dengan autisme adalah berkomunikasi secara efektif. Sering kali anak dengan autisme dikira sedang mengamuk (tantrum), padahal ia sedang mengalami meltdown. Sayangnya, mereka tidak bisa mengungkapkan emosi dan pikirannya dengan gamblang pada orangtua. Akibatnya, Anda dan anak pun malah jadi ribut karena sama-sama tidak paham. Lalu, bagaimana caranya mengajari anak dengan autisme supaya bisa mengendalikan diri saat meltdown? Ini dia tipsnya.
Mengenal meltdown pada anak dengan autisme
Meltdown berbeda dengan tantrum, yaitu amukan atau ledakan amarah anak pada umumnya. Pada kasus meltdown, anak-anak dengan autisme tidak mencari perhatian siapa pun. Mereka justru cenderung tidak peduli dengan orang-orang di sekitarnya. Selain itu, meltdown terjadi karena anak dengan autisme merasa tak berdaya. Sedangkan tantrum terjadi karena anak merasa ia punya kekuatan dan cara agar keinginannya dikabulkan.
Pada anak dengan autisme, meltdown bisa terjadi karena berbagai hal. Misalnya karena ia tidak tahan dengan cahaya yang menyilaukan, suara bising, perubahan rencana, atau rasa makanan yang asing di mulut. Hal ini membuatnya jadi resah. Keresahan ini diungkapkan misalnya dengan cara menangis, menjerit-jerit, menggaruk kulit, memukul, menendang, atau menggigit kuku.
[embed-health-tool-vaccination-tool]
Tips mengajari anak penderita autisme untuk mengendalikan diri
Meltdown pada anak dengan autisme pada dasarnya bisa dicegah dan dikendalikan. Berikut tips-tipsnya.