Pernahkah Anda melihat seorang anak kecil yang suka jalan jinjit? Mungkin juga anak Anda sendiri yang sering melakukan hal ini? Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan anak suka jalan dengan cara jinjit. Ketahui apa saja penyebab jalan jinjit pada anak dan apakah ini merupakan kondisi yang perlu diatasi melalui ulasan di bawah ini.
Normalkah anak suka jalan jinjit?
Jalan jinjit adalah cara berjalan yang dilakukan dengan menapakkan jempol kaki atau bagian depan kaki ke permukaan tanpa mengenai bagian tumit kaki.
Pada dasarnya, cukup normal bagi anak-anak berusia di bawah 3 tahun untuk berjalan dengan cara jinjit (berjalan pada ujung jari kaki), terutama saat anak sedang belajar berjalan.
Fase ini biasanya terjadi pada anak-anak usia dini dan sering kali merupakan bagian dari eksplorasi dan pengembangan keterampilan motorik mereka.
Anak-anak mungkin berjalan jinjit karena merasa lebih mudah untuk menjaga keseimbangan, meniru apa yang orang lain lakukan, atau sekadar merasa hal itu menyenangkan.
Namun, dilansir dari Cleveland Clinic, jika anak terus berjalan jinjit setelah usia 2 tahun atau jika Anda memperhatikan bahwa mereka hampir selalu berjalan dengan cara ini, ada baiknya untuk berkonsultasi kepada dokter untuk mengetahui anak suka jalan jinjit tanda apa.
Pasalnya, jalan jinjit sudah termasuk kondisi yang tidak normal untuk anak-anak di atas usia 3 tahun.
Berjalan jinjit secara terus-menerus bisa menjadi kebiasaan. Namun, kondisi ini juga dapat menunjukkan adanya kondisi medis tertentu yang perlu mendapat penanganan.
Misalnya gangguan saraf, otot, atau masalah perkembangan lainnya yang mungkin menyebabkan anak telat jalan dengan cara normal.
Untungnya, lebih dari 90% kasus ini dapat ditangani dengan pilihan pengobatan yang tepat tanpa diperlukan pembedahan.
Penyebab anak suka jalan jinjit
Kenapa anak suka jalan jinjit bisa bervariasi penyebabnya dan tidak selalu menunjukkan adanya masalah medis.
Beberapa faktor yang bisa menyebabkan anak berjalan jinjit meliputi berikut ini.
1. Proses pembelajaran
Apakah anak Anda sedang belajar berjalan? Pada kondisi ini, sangat wajar jika anak suka berjalan jinjit.
Berjalan jinjit bisa menjadi bagian dari proses eksplorasi mereka terhadap kemampuan motorik baru.
2. Kenyamanan atau kebiasaan
Beberapa anak mungkin merasa lebih nyaman berjalan dengan cara jinjit karena merasa lebih stabil, nyaman, atau lebih mudah menjaga keseimbangan saat bergerak.
Namun, bagi beberapa anak, berjalan jinjit merupakan kebiasaan yang dilakukannya.
3. Meniru orang lain
Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa atau anak-anak lain di sekitar mereka.
Jika mereka melihat orang lain berjalan dengan cara jinjit atau mendapat pujian ketika mereka melakukannya, mereka mungkin akan menirunya.
4. Masalah kesehatan
Meski umumnya normal, ada juga beberapa kondisi medis yang bisa menjadi penyebab anak berjalan jinjit, termasuk berikut ini.
- Masalah otot atau tendon. Ketegangan otot atau ketidakseimbangan otot bisa membuat anak lebih cenderung untuk berjalan dengan cara jinjit.
- Kelainan anatomi. Beberapa kelainan struktural pada kaki atau kaki yang datar dapat memengaruhi cara anak berjalan.
- Gangguan neurologis. Beberapa kondisi neurologis seperti cerebral palsy, autisme, atau masalah saraf lainnya bisa memengaruhi cara anak berjalan.
- Gangguan perkembangan. Beberapa anak mungkin mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik mereka yang menyebabkan suka jalan jinjit.
Kapan harus ke dokter?
Penanganan anak suka jalan jinjit
Penanganan anak yang suka jalan jinjit tergantung pada penyebabnya. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil untuk menangani anak yang berjalan jinjit.
1. Konsultasi kepada dokter
Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang cara berjalan anak Anda, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah berkonsultasi kepada dokter anak atau dokter spesialis lainnya.
Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk mencari tahu penyebab anak suka berjalan jinjit dan memberikan panduan yang tepat.
2. Evaluasi medis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin merujuk anak Anda untuk melakukan tes tambahan jika diperlukan.
Tes tambahan ini mungkin meliputi pemeriksaan saraf, rontgen, atau tes lainnya untuk mengevaluasi struktur dan fungsi otot dan tulang anak.