backup og meta

Kurang Zat Besi pada Anak Memengaruhi Tinggi Badan Anak, Ini Penjelasannya

Kurang Zat Besi pada Anak Memengaruhi Tinggi Badan Anak, Ini Penjelasannya

Kekurangan zat besi pada anak atau Anemia pada si Kecil memerlukan perhatian khusus para orang tua. Pasalnya, kondisi anemia yang dibiarkan dapat memengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak dan juga kecerdasannya. Lantas, bagaimana hubungan antara kekurangan zat besi dengan pertumbuhan anak? Simak penjelasannya pada ulasan berikut ini.

Mengapa zat besi penting untuk si kecil?

Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada anak.  Menurut data dari WHO, 1 dari 3 anak Indonesia yang berusia dibawah lima tahun alami anemia. 

Anemia merupakan kondisi saat tubuh tidak bisa memiliki sel darah merah yang cukup. Di dalam sel darah merah terdapat hemoglobin atau protein yang berfungsi untuk mengikat dan mendistribusikan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.

Tanpa hemoglobin yang cukup, sel darah merah tidak bisa mencukupi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. 

Kondisi ini sering disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi pada si Kecil. Seiring dengan pertumbuhan si Kecil, kebutuhan zat besinya ikut meningkat, sehingga bila tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang cukup, anemia pada anak mungkin terjadi.

Tahukah Anda?

Zat besi merupakan mineral penting yang terlibat dalam berbagai fungsi tubuh, mulai dari membantu memproduksi hemoglobin, membentuk mioglobin atau protein untuk memberikan oksigen pada otot tubuh, memberikan energi tubuh, hingga membantu pertumbuhan fisik anak. 

 Oleh sebab itu, pemenuhan zat besi perlu diperhatikan orang tua untuk mencegah timbulnya berbagai dampak kekurangan zat besi terhadap kesehatan anak.

Dampak kurang zat besi pada anak

Organ tubuh memerlukan oksigen yang cukup untuk bisa bekerja secara normal. Saat tubuh kekurangan zat besi dan membuat pasokan oksigen di dalam tubuh menjadi rendah, maka anak rentan untuk alami beberapa gejala anemia, seperti:

  • terlihat lelah,
  • lesu,
  • pucat,
  • mengeluh sakit kepala, dan
  • kurang nafsu makan.

Selain itu, kekurangan zat besi akan menghambat hormon yang diproduksi oleh hati untuk mengatur efek pertumbuhan tulang dan jaringan atau IGF-1.

Hal ini menyebabkan beberapa gejala, seperti angka pertumbuhan si Kecil lambat, berat badan kurang, dan rambut menipis.

Hal ini juga dibuktikan dalam studi yang dilakukan di Turki bahwa anak yang alami anemia defisiensi zat besi memiliki pertumbuhan tinggi dan berat badan yang terlambat dibandingkan dengan anak yang seusianya.

Tak hanya memengaruhi pertumbuhan si Kecil, kondisi anemia defisiensi besi juga bisa berdampak pada masalah lainnya.

Pada anak yang kekurangan zat besi, terjadi hipoksia jaringan dan penurunan oksigen yang ada di otak sehingga menimbulkan gangguan fungsi kognitif dan penurunan kemampuan motorik. 

Berdasarkan sebuah studi yang dimuat dalam jurnal Cureus, kekurangan zat besi dapat memengaruhi sikap, cara berpikir, dan sosial-emosional anak sehingga cenderung menjadi lebih anti-sosial.

Si Kecil yang mengalami kurang zat besi akan ragu-ragu, murung, tidak ceria, dan tidak tertarik untuk bersosialisasi.  

Cara mengatasi kurang zat besi pada anak

Untungnya, sebagian besar kondisi anemia defisiensi besi pada si Kecil bisa diatasi dengan memberikan nutrisi zat besi yang cukup. 

Berdasarkan studi yang dilakukan di Turki, anemia pada si Kecil dapat membaik dengan memberikan asupan zat besi selama enam bulan.

Untuk memastikan kondisi anemia, Anda perlu melakukan pemeriksaan kesehatan dengan dokter anak.

Bila si Kecil ternyata benar mengalami anemia, dokter akan memberikan pengobatan anemia yang diperlukan si Kecil, mulai dari perubahan pola diet hingga pemberian obat tertentu untuk meningkatkan kondisi kesehatan anak.

Nah, selain mengikuti anjuran dokter, Anda juga bisa bantu penuhi kebutuhan zat besi si Kecil melalui tips berikut.

1. Konsumsi makanan yang kaya zat besi

Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG), anak usia di bawah lima tahun membutuhkan jumlah zat besi sebanyak tujuh hingga delapan miligram setiap harinya. 

Kebutuhan jumlah zat besi tersebut bisa Anda penuhi dengan memberikan berbagai varian makanan yang kaya zat besi, seperti:

  • daging merah,
  • daging ayam,
  • Ikan (salmon, tuna, atau sarden),
  • hati ayam,
  • sayuran hijau, dan
  • telur.

2. Pilihan buah kaya vitamin C untuk bantu penyerapan zat besi 

Vitamin C juga menjadi faktor penting dalam mengatasi kurang zat besi pada anak. Pasalnya, konsumsi vitamin C membantu meningkatkan penyerapan zat besi ke dalam tubuh. 

Oleh sebab itu, saat si Kecil sedang mengonsumsi makanan yang kaya zat besi, jangan lupa untuk melengkapinya dengan konsumsi vitamin C. Anda bisa mendapatkan vitamin C dari konsumsi buah-buahan jenis:

  • sitrus, seperti jeruk
  • tropikal, seperti kiwi dan nanas
  • beri, misalnya stroberi dan blueberry

3. Konsumsi minuman kaya zat besi dan vitamin 

Memberikan minuman atau makanan yang difortifikasi zat besi dan vitamin juga bisa menjadi pilihan Anda untuk memenuhi kebutuhan asupan zat besi harian, misalnya sereal dan susu.

Dalam memilih susu, jangan lupa untuk mencari susu dengan kandungan zat besi dan vitamin C yang dapat memaksimalkan penyerapan nutrisi penting hingga dua kali lipat. 

Asupan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan zat besi dan vitamin C dapat membantu mencegah anemia defisiensi zat besi dan dukung perkembangan otaknya.

Pasalnya, satu dari tiga anak dibawah usia 5 tahun rentan terkena anemia yang dapat mengganggu perkembangan otaknya. Hal ini dapat menimbulkan masalah kognitif seperti penurunan daya konsentrasi dan memori yang mempengaruhi kemampuan belajar anak.

Selain itu, pilih juga susu yang dilengkapi dengan nutrisi lengkap, seperti DHA, minyak ikan, omega 3&6, protein, tinggi kalsium, vitamin D, zinc, dan serat pangan sehingga dapat membantu mencegah anemia zat besi sekaligus membantu si Kecil tumbuh maksimal. 

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

 

Iron for Toddlers and Children. Retrieved 18 December 2023. https://www.qld.gov.au/health/condition/child-health/diet-and-eating/iron-for-toddlers-and-children 

Iron and Iron Deficiency. Retrieved 18 December 2023. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/iron 

Food – Ways to boost iron intake for babies, toddlers and children. Retrieved 18 December 2023. https://www.schn.health.nsw.gov.au/fact-sheets/ways-to-boost-iron-intake

IGF-1 (Insulin-like Growth Factor 1) Test.  Retrieved 18 December 2023. https://medlineplus.gov/lab-tests/igf-1-insulin-like-growth-factor-1-test/

WHO Global Anaemia estimates, 2021 Edition. Retrieved 18 December 2023. https://www.who.int/data/gho/data/themes/topics/anaemia_in_women_and_children 

Ashraf T. Soliman., et al. 2009. Linear Growth in Children with Iron Deficiency Anemia Before and After Treatment, Journal of Tropical Pediatrics, Volume 55, Issue 5, Pages 324–327, https://doi.org/10.1093/tropej/fmp011

Medise, Bernie E. 2021. The Role of Iron for Supporting Children’s Growth and Development. World Nutrition Journal, 5(1). https://doi.org/10.25220/WNJ.V05.S1.0003 

Shah, H. E., et al. (2021). Iron Deficiency-Induced Changes in the Hippocampus, Corpus Striatum, and Monoamines Levels That Lead to Anxiety, Depression, Sleep Disorders, and Psychotic Disorders. Cureus, 13(9), e18138. https://doi.org/10.7759/cureus.18138 

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013  Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. Retrieved 18 December 2023. http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf  

Versi Terbaru

06/08/2024

Ditulis oleh Fatin Nur Jauhara

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Riska Herliafifah


Artikel Terkait

Sering Disepelekan, Ternyata Kekurangan Zat Besi Menghambat Perkembangan Otak Anak! 

Anemia pada Remaja


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Fatin Nur Jauhara · Tanggal diperbarui 06/08/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan