backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Olodaterol

Ditinjau secara medis oleh Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm · Farmasi · None


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 06/07/2023

Olodaterol

Napas yang berat dan pendek tentu terasa tidak nyaman bagi pasien penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Sebagai salah satu solusinya, dokter dapat meresepkan olodaterol untuk Anda.

Golongan obat: bronkodilator beta 2 agonis

Merk dagang olodaterol: Spiolto Respimat, Striverdi Respimat, dan Infortispir Respimat

Apa itu obat olodaterol?

olodaterol

Olodaterol adalah obat yang digunakan dalam pengobatan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), jenis penyakit paru-paru jangka panjang yang menyebabkan sesak napas dan batuk.

Obat ini bekerja dengan cara mengendurkan saluran pernapasan sehingga aliran udara akan menjadi lebih lancar. Alhasil, sesak dada, batuk, dan mengi akan mereda.

Olodaterol merupakan obat dalam bentuk cairan yang perlu digunakan dengan alat inhaler.

Dosis olodaterol

Mengutip dari laman Electronic Medicines Compendium, berikut adalah dosis olodaterol secara umum.

Dokter mungkin meresepkan obat dengan dosis yang berbeda sesuai kondisi Anda. Pastikan untuk menggunakan obat sesuai petunjuk dokter.

  • Dewasa (di atas 18 tahun): satu kali sehari, dua kali hirup. Sekali hirup setara dengan 2,5 mikrogram (mcg).

Obat ini perlu digunakan dalam perawatan jangka panjang. Jangan berhenti menggunakannya tanpa seizin dokter sekalipun jika Anda sudah merasa lebih baik.

Penting untuk diketahui!

Karena termasuk dalam golongan beta 2 agonis kerja panjang, olodaterol tidak digunakan untuk mengatasi penyempitan saluran pernapasan yang terjadi secara tiba-tiba.
Untuk mengatasi gangguan pernapasan tersebut, dokter akan meresepkan obat agonis kerja pendek seperti albuterol.

Aturan pakai olodaterol

Setiap merk olodaterol dapat memiliki aturan pakai yang berbeda. Selalu ikuti aturan pakai obat dari dokter dan petunjuk yang tertera pada label kemasan obat.

Berikut adalah aturan pakai obat PPOK ini secara umum menggunakan inhaler.

  • Pastikan corong isap berada dalam kondisi bersih dan kering.
  • Buka tutup inhaler lalu letakkan tepi isapan (mouthpiece) ke dalam mulut. Pastikan mulut Anda mengunci semua sisi mouthpiece.
  • Tarik napas perlahan melalui mulut sambil menekan inhaler untuk mengeluarkan obat.
  • Tahan napas selama 5–10 detik sebelum mengembuskannya.
  • Ulangi langkah yang sama untuk melakukan isapan kedua.
  • Jika Anda menerima inhaler baru dari dokter bersamaan dengan olodaterol, tanyakan terlebih dahulu cara penggunaan inhaler yang tepat.

    Gunakan obat ini pada waktu yang sama setiap harinya supaya efek yang dihasilkan optimal.

    Jika Anda lupa menggunakan obat, segera gunakan jika jadwal minum obat selanjutnya belum terlalu dekat.

    Namun, jika jarak minum obat yang selanjutnya sudah dekat, abaikan dosis yang terlewat dan jangan gandakan dosis.

    Jangan menghentikan penggunaan olodaterol tanpa petunjuk dari dokter meski Anda merasa sudah lebih baik. Menghentikan penggunaan obat secara tiba-tiba justru dapat memperburuk gejala penyakit.

    Efek samping olodaterol

    Sama seperti penggunaan obat-obatan pada umumnya, olodaterol mungkin juga memberikan efek samping pada beberapa orang.

    Mengutip dari MedlinePlus, berikut adalah efek samping yang paling sering ditemukan dan umumnya akan membaik sendirinya tanpa pengobatan tambahan.

    • Hidung tersumbat.
    • Batuk.
    • Nyeri sendi.
    • Sembelit.
    • Susah tidur atau terus mengantuk.
    • Tubuh gemetar.

    Jika berbagai kondisi di atas tidak juga membaik atau justru diikuti efek samping seperti berikut, segera hubungi dokter.

    • Nyeri dada.
    • Peningkatan detak jantung.
    • Kulit ruam.
    • Bengkak pada wajah, mulut, atau lidah.
    • Sesak napas.
    • Kesulitan menelan.
    • Sakit saat buang air kecil.
    • Tekanan darah meningkat.
    • Kulit gatal-gatal.

    Setiap orang mungkin merasakan efek samping yang berbeda, termasuk yang tidak tertulis di atas. Jika Anda merasa khawatir dengan gejala tertentu usai mengisap obat ini, segera beritahu dokter.

    Peringatan dan perhatian saat pakai obat olodaterol

    Selalu sampaikan kondisi medis Anda pada dokter sebelum menerima pengobatan apa pun, termasuk olodaterol.

    Berikut adalah beberapa kondisi yang akan menjadi pertimbangan dokter sebelum memberikan obat.

    • Alergi terhadap olodaterol atau bahan lain di dalamnya.
    • Asma.
    • Tekanan darah tinggi.
    • Epilepsi.
    • Penyakit jantung.
    • Tirotoksikosis.
    • Aneurisma.
    • Diabetes.
    • Penyakit ginjal.

    Simpan obat di ruangan bersuhu kamar. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak, tempat lembap, dan sinar matahari langsung. Ganti catridge di dalam inhaler setelah digunakan selama tiga bulan.

    Apabila obat sudah kedaluwarsa atau tidak digunakan, jangan buang obat sembarangan. Mintalah petunjuk dari dokter atau apoteker terkait cara pembuangan obat yang tepat.

    Apakah olodaterol aman untuk ibu hamil dan menyusui?

    Sejauh ini, belum ditemukan efek samping olodaterol pada ibu hamil maupun menyusui. Meski begitu, tanyakan pada dokter kandungan terlebih dahulu sebelum menggunakannya.

    Pemberian obat untuk ibu hamil dan menyusui hanya akan diizinkan bila manfaat yang diberikan lebih besar dari risiko yang mungkin ditimbulkan.

    Sampaikan pada dokter jika Anda merencanakan kehamilan atau hamil saat sedang mengonsumsi olodaterol.

    Interaksi obat olodaterol dengan obat lain

    Penggunaan beberapa obat secara bersamaan dapat mengurangi kinerja atau meningkatkan risiko efek samping.

    Oleh karena itu, beri tahu dokter terkait obat-obatan yang sedang atau pernah Anda konsumsi, termasuk obat tanpa resep, obat herbal, suplemen, dan vitamin sebelum menggunakan obat ini.

    Berikut adalah beberapa jenis obat yang dikhawatirkan dapat berinteraksi dengan obat olodaterol.

    • Obat-obatan golongan beta 2 agonis lainnya karena dapat meningkatkan risiko efek samping.
    • Beta blocker seperti propranolol dan timolol karena dapat mengurangi kinerja obat.
    • Obat-obatan untuk menurunkan kalium tubuh seperti steroid dan diuretik karena dapat menyebabkan ketegangan otot dan detak jantung tidak teratur.
    • Antidepresan karena dapat meningkatkan efek samping yang membahayakan jantung.

    Dalam kondisi tersebut, dokter akan menyesuaikan dosis atau mengganti obat dengan obat lain yang memiliki manfaat serupa.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

    Farmasi · None


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 06/07/2023

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan