Selama beberapa tahun terakhir, terdapat anggapan konsumsi pH basa baik bagi kesehatan dan dapat mencegah berbagai penyakit. Kadar pH (potential of hydrogen) basa atau alkali didefinisikan sebagai derajat keasaman yang memiliki nilai di atas nilai 7, di mana nilai pH=7 menunjukkan keadaan netral dan pH<7 menunjukan keadaan asam. Konsumsi dengan pH basa (meliputi makanan dan minuman) dianggap dapat mempengaruhi pH tubuh, semakin tinggi pH tubuh (basa) maka semakin baik. Namun benarkah pH basa baik bagi kesehatan?
Hubungan kadar pH dan kesehatan tubuh
Pada dasarnya, konsumsi dengan pH basa dilakukan berdasarkan anggapan suatu pola konsumsi dapat mempengaruhi kadar pH dalam tubuh. Konsumsi bermacam daging dan telur dianggap cenderung membuat tubuh menjadi asam, sedangkan konsumsi dengan pH basa seperti buah, kacang-kacangan dan sayuran serta konsumsi air dengan pH basa dapat menyebabkan pH tubuh menjadi netral atau bahkan basa.
Namun pada kenyataannya, tubuh terdiri dari berbagai organ yang memiliki peran dan fungsi serta variasi kadar pH masing-masing, selain itu kesehatan tubuh secara keseluruhan bergantung pada kecukupan nutrisi untuk mendukung kinerja masing-masing organ. Misalnya kadar pH normal darah yang cenderung netral hingga alkali dengan interval 7,35 – 7,45 namun sangat berbeda pada organ lambung yang memiliki kadar pH 2 hingga 3,5 atau sangat asam. Perubahan pH darah ataupun lambung melebihi batas normal akan mengganggu keseimbangan fungsi tubuh, namun hal ini hanya dapat disebabkan oleh suatu kondisi penyakit tertentu dan tidak dapat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Efek minuman dan makanan pH basa pada tubuh
Pada umumnya manfaat pola konsumsi pH basa terhadap kesehatan tubuh manusia belum didiukung oleh bukti dari hasil penelitian ilmiah yang kuat dan masih sangat sedikit sekali menunjukan pola kondisi basa akan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Salah satu studi in vitro dapat menunjukan potensi manfaat konsumsi air dengan pH 8.8 dapat berperan sebagai penyeimbang pH (buffer) pada gejala asam lambung pada penyakit Gastroesophageal Reflux (GERD) yang disebabkan oleh enzim pepsin. Meskipun demikian studi ini masih studi dengan tahap awal, efeknya pun dapat berbeda jika dilakukan pada kondisi konsumsi air minum normal pada manusia.
Pola konsumsi basa mendorong seseorang untuk meningkatkan konsumsi buah-buahan dan berbagai sayuran serta membatasi makanan berbagai makanan junk food. Selain itu belum ada laporan masalah kesehatan akibat konsumsi air minum dengan pH basa. Sehingga pola konsumsi ini cenderung aman dan baik bagi kesehatan karena komposisi makanan yang dikonsumsi namun tidak ada hubungannya dengan perubahan kadar pH yang ditimbulkan.
Mitos-mitos seputar pH basa
Hal yang menjadi permasalahan utama soal konsumsi pH basa bukanlah karena tidak adanya manfaat, namun karena berbagai mitos yang tidak sesuai dan teori yang tidak didukung data ilmiah terkait dengan manfaat dari pola konsumsi pH basa di antaranya:
1. Mitos: Tubuh yang sehat memiliki pH basa
Seperti yang dipaparkan sebelumnya, pH setiap bagian tubuh memiliki kadar normalnya masing-masing. Kadar pH asam juga dibutuhkan oleh tubuh untuk menjalan fungsinya misalnya pada lambung untuk menjalankan fungsi pencernaan, serta pH asam pada jaringan vagina berfungsi untuk mencegah berbagai infeksi jamur yang justru menjadi lebih rentan apabila kadar pH menjadi basa.
2. Mitos: Pola konsumsi dapat mempengaruhi pH darah dan urin menjadi asam
Faktanya, hal ini tidak akan terjadi karena tubuh memiliki mekanismenya tersendiri untuk menjaga keseimbangan asam dan basa, dan tanpa mekanisme ini maka akan menjadi sangat fatal bagi kesehatan jika pH tubuh kita mengikuti kadar pH dari apa yang kita konsumsi. Tubuh dapat mempertahankan pH darah sehingga tetap berada di antara 7,35 – 7,45, karena kondisi asam pada aliran darah akan menyebabkan berbagai kerusakan yang sangat dan kematian yang sangat cepat. Selain itu, urin merupakan indikator yang kurang baik untuk menggambarkan kesehatan seseorang, urin dapat menjadi asam karena berbagai kandungan substansinya yang tidak ada hubungannya dengan pH organ tubuh lainnya.
3. Mitos: Makanan yang bersifat asam dapat memicu osteoporosis
Berdasarkan teori ini maka dengan menghindari makanan yang bersifat asam seperti daging, ayam, sapi dan ikan yang merupakan sumber protein, dan kalsium yang dapat diperoleh dari sumber makanan buah-buahan dan sayuran dapat menjaga kesehatan tulang. Namun pada kenyataannya protein merupakan salah satu pembangun tubuh yang berguna dalam menjaga kesehatan tulang. Selain itu hal tidak bukti yang kondisi asam, baik dari makanan dan kondisi tubuh memicu terjadinya osteoporosis.
4. Mitos: kondisi tubuh yang terlalu asam akibat makanan dapat menimbulkan kanker
Pada kenyataannya sel kanker memang bersifat asam dan dapat membuat kadar pH tubuh menjadi asam, namun bukan berarti kadar keasaman tubuh yang menyebabkan suatu kanker itu tumbuh. Tubuh juga tidak akan menjadi terlalu asam akibat pola konsumsi karena memiliki mekanisme homeostasis asam dan basa. Selain itu suatu penelitian juga menunjukan kanker dapat tumbuh dalam kondisi basa sekalipun.
Kadar pH seimbang lebih baik bagi kesehatan
Di samping tidak adanya bukti yang kuat terkait manfaat kadar pH basa bagi tubuh, mengurangi sumber makanan yang menjadi sumber asam seperti daging dan telur tidak terbukti membuat efek buruk bagi tubuh dan hanya akan membuat tubuh kekurangan protein dan berbagai asam amino esensial yang dibutuhkan oleh tubuh. Kadar pH basa dari makanan dan minuman tidak memiliki efek kesehatan yang signifikan, terlebih lagi konsumsi air yang direkomendasikan WHO adalah air yang memiliki kadar pH mendekati netral atau sekitar 7. Kadar pH ekstrem baik itu asam maupun basa dapat berbahaya bagi kesehatan.
BACA JUGA:
- 4 Sumber Karbohidrat yang Lebih Sehat dari Nasi Putih
- MSG atau Garam Dapur: Mana yang Lebih Sehat?
- 5 Pilihan Minyak yang Lebih Sehat untuk Memasak
[embed-health-tool-bmi]