backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Benarkah Makanan Darat dan Laut Tidak Boleh Dimakan Bersamaan?

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 18/12/2020

Benarkah Makanan Darat dan Laut Tidak Boleh Dimakan Bersamaan?

Anda mungkin pernah mendengar anggapan yang menyatakan bahwa makan makanan darat dan laut secara bersamaan bisa berakibat buruk bagi kesehatan. Kebiasaan ini dikatakan dapat menyebabkan sakit perut, gangguan pencernaan, hingga keracunan makanan. Lantas, apakah hal tersebut benar adanya?

Asal mula larangan makan makanan darat dengan makanan laut

Sumber: The Washington Post

‘Larangan’ mengonsumsi makanan darat bersamaan dengan makanan laut sebenarnya berawal dari tatanan agama dan adat istiadat.

Pada agama tertentu misalnya, ikan dan daging merah ada dalam dua kategori makanan yang tidak boleh dimakan bersamaan.

Pada beberapa kelompok masyarakat, larangan untuk makan makanan darat bersama makanan laut sudah terbentuk menjadi aturan turun-temurun.

Di sisi lain, ada pula orang-orang yang meyakini bahwa mengonsumsi keduanya secara bersamaan bisa menimbulkan gangguan kesehatan.

Hal ini didasarkan pada perbedaan waktu cerna makanan darat dan makanan laut.

Sebagai gambaran, lambung memerlukan waktu sekitar 45 sampai 60 menit untuk mencerna ikan. Sementara untuk mencerna ayam dibutuhkan waktu 1,5 sampai 2 jam dan 3 jam untuk mencerna daging sapi.

Awalnya, waktu cerna yang berbeda ini disinyalir berpengaruh besar bagi pencernaan.

Berdasarkan waktu cerna makanan yang bervariasi, makanan laut seperti ikan seharusnya akan dicerna lebih dahulu dibandingkan ayam dan daging sapi.

Makanan yang lebih lama dicerna akan tertahan di dalam lambung dan diduga dapat menurunkan pH asam lambung.

Tidak hanya itu, lambung juga harus memproduksi lebih banyak enzim untuk menguraikan daging yang lebih lama dicerna. Akibatnya, kondisi di dalam lambung pun menjadi tidak seimbang.

Hal ini membuat orang yang makan makanan darat dan laut secara bersamaan dinilai lebih berisiko mengalami gangguan pencernaan. Misalnya sakit perut, mulas, kembung, hingga naiknya asam lambung.

Apakah hal tersebut terbukti benar?

sistem pencernaan

Faktanya, sistem pencernaan tidak bekerja dengan cara demikian.

Hal ini disebabkan karena tubuh manusia telah berevolusi untuk mencerna makanan utuh yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan nutrisi lainnya sekaligus.

Saat Anda mengonsumsi beberapa jenis makanan dalam waktu yang sama, lambung akan memproduksi berbagai enzim untuk mencerna semua nutrisi di dalamnya.

Enzim pencernaan dapat bekerja dengan efektif jika pH lambung tetap asam, yakni 1 hingga 2,5.

Masuknya makanan darat dan laut secara bersamaan mungkin dapat mengubah pH lambung hingga 5 selama sesaat.

Akan tetapi, dinding lambung mampu memproduksi asam lambung dan menurunkan kembali nilai pH-nya dalam waktu cepat.

Selama nilai pH-nya tetap asam dan seluruh enzimnya berfungsi dengan baik, lambung akan selalu bekerja secara optimal.

Organ ini dapat mencerna ikan, ayam, maupun daging sapi dengan baik tanpa terdampak oleh waktu cerna yang berbeda.

Ada saatnya memisahkan makanan darat dengan makanan laut

Anda boleh saja mengonsumsi makanan darat bersama dengan makanan laut.

Namun, ada kalanya Anda perlu memisahkan kedua makanan ini, yakni saat menyimpan dan mengolah keduanya serta jika Anda alergi terhadap makanan laut.

Ketika memasak dan menyimpan makanan darat serta makanan laut, selalu tempatkan keduanya dalam wadah terpisah.

Anda bisa membungkusnya dengan plastik atau menyimpannya dalam kotak dengan penutup.

Saat mengolah makanan, pisahkan makanan yang sudah matang dengan bahan yang masih mentah.

Pasalnya, membiarkan makanan matang berdekatan dengan makanan mentah dapat mengakibatkan keracunan makanan.

Bagi Anda yang memiliki alergi terhadap makanan laut, selalu sajikan makanan laut dalam wadah yang berbeda dengan makanan darat.

Usai waktu makan, tetap simpan keduanya dalam wadah yang berbeda dan tutup dengan tudung saji untuk mencegah makanan terkena kotoran.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.



Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 18/12/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan