Jika Anda mulai merasakan gejala gangguan mental yang mengganggu aktivitas sehari-hari, langkah terbaik untuk mengatasinya adalah dengan berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
Sebagian dari Anda mungkin masih bingung dengan perbedaan keduanya. Agar Anda tak salah pilih, simak penjelasannya terlebih dahulu di bawah ini.
Perbedaan psikolog dan psikiater
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa pada 2018, terdapat 1 dari 8 orang di seluruh dunia yang mengidap gangguan mental.
Lebih lanjutnya, ada lebih dari 280 juta orang di dunia yang hidup dengan depresi dan 301 juta orang lainnya yang mengalami gangguan kecemasan (anxiety disorder).
Sementara itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari Kementerian Kesehatan RI pada 2018 menunjukkan ada sekitar 7 dari 1.000 orang yang mengidap skizofrenia.
Gangguan mental dan emosional pada penduduk remaja usia di bawah 15 tahun pun cukup tinggi, yakni sebanyak 9,8% atau sekitar 20 juta penduduk.
Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gangguan mental, konsultasi dengan seorang terapis dapat membatu mengungkap penyebab serta cara mengobatinya.
Sebelum itu, mari pelajari dulu apa bedanya psikolog dan psikiater melalui uraian berikut ini.
1. Pendidikan dan pelatihan
Psikolog bukanlah dokter medis, melainkan tenaga ahli bidang kesehatan mental yang terlebih dahulu lulus dari program sarjana psikologi (S.Psi.).
Selanjutnya, sarjana psikologi harus mengikuti program pendidikan Magister Psikologi Profesi (Mapro) selama paling tidak dua tahun untuk mendapatkan gelar Magister Psikologi dan psikolog (M.Psi., Psikolog).
Sementara itu, psikiater (Sp.KJ) merupakan dokter medis dari lulusan sarjana kedokteran yang mengambil spesialis untuk menangani masalah kejiwaan.
Saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), calon psikiater akan mempelajari diagnosis dan pengobatan masalah kesehatan mental setidaknya selama empat tahun.
2. Metode diagnosis
Psikolog dan psikiater sama-sama bisa memberikan diagnosis penyakit atau gangguan mental. Meski begitu, terdapat perbedaan metode diagnosis di antara keduanya.
Seorang psikolog mendiagnosis masalah yang dialami pasien lewat kepribadian, tingkah polah, perilaku dan kebiasaan, cara berbicara, serta melalui cerita yang pasien curahkan.
Sementara itu, psikiater mendiagnosis pasien melalui ilmu kedokteran fisik, termasuk tentang pengaruh kerja otak dan sistem saraf terhadap gangguan yang pasien alami.
Tak jarang psikiater juga melakukan pemeriksaan penunjang, termasuk melalui tes darah, tes urine, serta MRI atau CT-scan untuk memindai otak bila diperlukan.
3. Perawatan dan resep obat
Karena psikolog bukan dokter, psikolog tidak bisa meresepkan obat. Layanan pengobatan yang diberikan oleh psikolog meliputi konsultasi dan terapi psikologis (psikoterapi).
Kedua perawatan ini berfokus pada hubungan antara akar dari masalah, pola pikir, dan perilaku yang perlu pasien ubah untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
Umumnya, Anda dan psikolog akan terlebih dahulu menentukan satu tujuan yang spesifik untuk dicapai setelah serangkaian terapi selesai dilakukan.
Selain membuka sesi terapi psikologis, psikiater juga sekaligus dapat meresepkan obat-obatan.
Perbedaan antara psikolog dan psikiater ini membuat dokter spesialis kejiwaan bisa melakukan terapi pendukung, seperti check-up umum dan terapi elektrokonvulsif (ECT).
4. Ruang lingkup praktik
Psikolog umumnya berpraktik dalam ruang lingkup yang kecil, seperti klinik swasta. Akan tetapi, ada pula beberapa psikolog yang melakukan praktik di rumah sakit.
Sementara itu, psikiater cenderung bekerja di lingkungan rumah sakit atau klinik yang lebih besar. Hal ini bertujuan untuk mengobati pasien yang butuh perawatan medis intensif.
Karena merawat pasien gangguan jiwa yang lebih rumit, psikiater juga memerlukan dukungan dari dokter spesialis lain, tergantung kondisi pasien yang ditanganinya.
Lebih baik konsultasi dengan psikolog atau psikiater?
Jika Anda mencurigai diri sendiri atau orang terdekat mengalami gangguan mental, baik karena depresi maupun kecemasan, sebaiknya berkonsultasilah terlebih dahulu dengan dokter umum.
Dokter umum dapat memberikan diagnosis awal. Kemudian, dokter umum bisa merujuk Anda ke spesialis kesehatan jiwa untuk memastikan gangguan apa yang sedang Anda hadapi.
Psikolog lebih mungkin menangani pasien dengan gangguan yang masih bisa ditangani secara efektif melalui terapi psikologis, seperti terapi perilaku dan kognitif (CBT).
Psikolog akan mendengarkan cerita pasien terlebih dahulu, baru kemudian mendiagnosis dan membuat rencana yang harus pasien terapkan sehari-hari guna mengatasi masalahnya.
Beberapa kondisi yang ditangani oleh psikolog meliputi masalah perilaku (seperti kecanduan), gangguan emosi, fobia, kesulitan belajar, depresi, dan gangguan kecemasan.
Sementara itu, psikiater umumnya mengobati orang yang membutuhkan terapi dan pengobatan setelah mempertimbangkan kebutuhan medis, psikologis, dan sosialnya.
Pasien psikiater cenderung orang-orang dengan gangguan kejiwaan yang lebih rumit, misalnya gangguan bipolar, depresi berat atau depresi mayor, atau skizofrenia.
Seseorang yang memiliki pikiran untuk bunuh diri atau pernah melakukan usaha bunuh diri juga biasanya akan dirujuk untuk konsultasi dengan psikiater.
Psikiater juga bisa bekerja sama dengan dokter spesialis lain untuk menangani masalah Anda.
Sebagai contoh, bila suatu masalah mental menyebabkan Anda mengalami kurang gizi, psikiater akan merujuk Anda untuk berkonsultasi juga dengan dokter gizi.
Anda bisa melihat mencari tempat untuk konseling kesehatan mental terdekat yang ada di sekitar Anda. Pilihlah yang sesuai dengan kebutuhan Anda dan booking layanannya melalui Hello Sehat.
Kesimpulan
- Keputusan konsultasi dengan psikolog dan psikiater harus didasari dengan gangguan mental yang Anda hadapi.
- Jika Anda tidak yakin apakah harus menemui seorang psikolog atau psikiater, lebih baik untuk melakukan konsultasi dengan dokter umum terlebih dahulu.
- Dokter akan memberikan rujukan tergantung pada diagnosis awal dan jenis pengobatan yang mungkin Anda butuhkan.
- Sebagian orang mungkin harus menemui psikolog dan psikiater pada waktu yang bersamaan.