Pada saat Anda berada di tempat umum dan menyaksikan sebuah kecelakaan yang menimpa orang lain di depan mata Anda, tentu hati nurani tidak dapat menolak untuk membantu orang tersebut, bukan? Faktanya, tidak semua orang akan memberikan pertolongan. Kondisi tersebut disebut sebagai bystander effect. Bystander effect adalah fenomena yang sudah sering terjadi di kalangan masyarakat, mengapa demikian?
Apa itu bystander effect?
Bystander effect adalah suatu fenomena dalam psikologi sosial ketika seseorang membutuhkan pertolongan tapi orang di sekitarnya tidak ada yang membantu. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban.
Akan tetapi, karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali. Oleh karena itu, fenomena ini disebut bystander karena orang-orang tersebut hanya menonton korban meminta tolong sambil berharap orang lain akan membantunya.
Penyebab bystander effect
Menurut Bibb Latane dan John Darley, pencetus istilah bystander effect, terdapat dua alasan mengapa fenomena ini dapat terjadi.
1. Difusi tanggung jawab
Yang dimaksud difusi tanggung jawab di sini adalah keadaan ketika orang tidak merasa harus menolong dan bertanggung jawab terhadap keadaan korban karena ada banyak orang di sekitarnya.
Mereka merasa bahwa membantu orang lain di ruang publik adalah tanggung jawab bersama, sehingga harus ada yang memulai agar korban dapat tertolong.
Semakin banyak orang dalam ruang publik, keinginan mereka untuk menolong akan semakin sedikit. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut merasa tidak bertanggung jawab atas individu itu.
2. Terlalu melihat situasi
Pada saat menolong seseorang, terutama korban kecelakaan, diperlukan cara dan langkah-langkah yang benar serta diterima secara sosial. Biasanya, ketika ada seseorang yang meminta bantuan, mungkin Anda akan melihat reaksi orang lain terlebih dahulu.
Selain itu, Anda atau orang lain mungkin merasa takut untuk menolong karena tidak mengetahui cara yang tepat untuk memberikan bantuan.
Kemudian, Anda akan memperhatikan keadaan sekitar, apakah orang lain akan ikut membantu atau tidak. Jika yang menolong hanya sedikit, Anda atau orang lain cenderung tidak akan menolong karena merasa sudah selesai.
Alasan dibalik mengapa orang lain tidak ingin membantu
Ada berbagai latar belakang mengapa seseorang takut menolong orang lain. Mulai dari takut salah hingga merasa dirugikan setelah membantu orang tersebut.
Misalnya, ketika ada sebuah kecelakaan lalu lintas ada pria yang terkapar di tengah jalan dan saat itu hari sudah malam. Anda melihat ada banyak orang yang menonton korban kecelakaan yang mungkin sudah tidak sadarkan diri.
Tidak jarang, ketika dihadapkan pada situasi tersebut orang akan memilih untuk lewat karena tidak tahu melakukan pertolongan pertama, sehingga takut semakin melukai korban. Di sisi lain, orang lain juga khawatir dijadikan tersangka kecelakaan.
Oleh karena itu, orang-orang menjadi pemilih ketika membantu orang lain.
Selain itu, manusia lebih cenderung menolong ketika orang tersebut mereka kenal karena terdapat sebuah ikatan. Bila kejadian ini terjadi pada orang asing, Anda mungkin lebih takut dianggap mencampuri urusan orang lain dibandingkan dampaknya terhadap korban.
Contoh kasus
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah kejadian bystander effect yang mungkin sering Anda temui di lingkungan masyarakat sekitar. Misalnya, ketika Anda menyaksikan atau mendengar tetangga dilukai oleh pasangannya, kemudian ia meminta pertolongan kepada tetangga-tetangga, namun banyak tetangga maupun anda tidak melakukan apa-apa.
Hal tersebut termasuk dalam bystander effect. Alasan terbesar yang paling sering diungkapkan oleh orang-orang adalah tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain.
Walaupun mungkin tidak ada dampak buruk yang terlihat secara langsung, bystander effect akan memengaruhi nilai moral Anda kepada sesama manusia.
Tips menghadapi fenomena bystander effect
Sebenarnya, menghadapi fenomena bystander effect dapat dilakukan dengan mudah bila ada niatan yang kuat untuk membantu. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:
- Menumbuhkan rasa empati dan simpati terhadap orang lain bila Anda adalah seorang pengamat.
- Menghubungi pihak yang dapat membantu, seperti pertolongan medis, ambulans, atau satpam terdekat.
- Berinisiatif untuk menolong orang tersebut bila tidak ada yang membantu karena bystander efeknya seperti domino. Jika ada orang yang menolong, makan semua akan mencoba ikut membantu.
- Ikut mengedukasi orang-orang agar tetap aktif dan melawan rasa apatis ketika orang lain membutuhkan pertolongan.
Jika Anda sebagai orang yang minta tolong, mungkin meminta tolong ke orang tertentu bisa menjatuhkan domino tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan eye contact agar orang yang dimintai tolong merasa segan dan sulit menolak. Fenomena bystander effect berlaku kepada orang dewasa dan anak-anak.
Kesimpulannya, bystander effect adalah fenomena yang tergantung pada setiap individu. Apakah mereka ingin mengelompokkan diri sebagai kelompok apatis atau tidak menimbulkan kejadian ini.